Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Stepa (pexels.com/Julia Volk)

Bioma stepa adalah salah satu ekosistem daratan yang menarik dan penting di seluruh dunia. Ciri khas utamanya adalah hamparan vegetasi yang didominasi oleh rumput-rumputan tahan kekeringan, semak, dan pohon yang jarang. Berbeda dengan padang rumput tropis, stepa memiliki iklim lebih kering dan dingin, menjadikannya habitat yang menantang bagi kehidupan.  

Lokasi stepa umumnya berada di dekat pegunungan dan jauh dari laut, sehingga kelembapan udaranya rendah. Kondisi ini membuat kualitas tanahnya buruk untuk pertanian, meski beberapa area memiliki tanah subur. Tak heran, stepa jarang dihuni manusia. Namun, bioma ini menyimpan keunikan ekologis yang patut dipahami. Lebih lanjut, simak enam fakta menarik seputar stepa berikut.  

1. Sub-tipe padang rumput yang kering dan dingin

Stepa (commons.wikimedia.org/Kosun)

Stepa dikenal sebagai padang rumput beriklim benua, dengan perbedaan suhu ekstrem antara musim panas dan dingin. Dilansir dari Geography Notes, suhu musim panas bisa mencapai lebih dari 20°C, sementara musim dingin turun drastis hingga di bawah nol, bahkan disertai salju selama berbulan-bulan di wilayah utara.  

Perubahan suhu yang tajam ini memaksa flora dan fauna beradaptasi. Misalnya, rumput stepa memiliki sistem akar dalam untuk bertahan di musim kering, sementara hewan seperti serigala mengandalkan bulu tebal di musim dingin. Fenomena ini juga memmengaruhi siklus pertumbuhan vegetasi, yang biasanya mencapai puncaknya di musim semi saat suhu mulai hangat.  

2. Ditemukan di hampir semua benua

Stepa Patagonia (commons.wikimedia.org/Jason Hollinger)

Stepa tersebar luas di zona beriklim sedang, antara daerah tropis dan kutub. Blue Planet Biomes melansir, bioma ini ada di semua benua kecuali Australia dan Antarktika. Di Eurasia, stepa membentang dari Mongolia hingga Kazakhstan, sementara di Amerika Utara, ia dikenal sebagai Great Plains.  

Wilayah stepa di Amerika Selatan (seperti Patagonia) dan Afrika (misalnya Afrika Selatan) memiliki karakteristik berbeda karena pengaruh geografis setempat. Misalnya, stepa Patagonia lebih berangin dan kering, sedangkan stepa Afrika didominasi semak berduri. Keragaman ini menjadikan stepa ekosistem yang unik secara global.  

3. Kualitas tanah yang bervariasi

Stepa di Mongolia (flickr.com/Brian)

Meski sering dianggap memiliki tanah buruk, stepa sebenarnya menyimpan chernozem (tanah hitam subur kaya nutrisi). Jenis tanah ini mendukung pertanian gandum dan jagung di wilayah seperti Ukraina, yang dijuluki "keranjang roti Eropa".  

Namun, tidak semua area stepa sebagus  itu. Sebagian besar tanahnya kering, berbatu, atau mengandung garam akibat penguapan tinggi. Penelitian dalam Journal of Arid Environments, bahwa erosi angin dan minimnya curah hujan memperparah degradasi tanah, sehingga menyulitkan pertanian skala besar.  

4. Vegetasi utama berupa rerumputan dan herba

Tanaman bromus di stepa (flickr.com/Matt Lavin)

Vegetasi stepa didominasi rumput tahunan seperti Bromus dan Stipa, serta herba tahan api dan kekeringan. Tumbuhan ini berevolusi dengan akar menjalar hingga 2 meter untuk menjangkau air tanah. Tumbuhan seperti semak belukar kecil juga sering ditemukan. Contohnya adalah Artemisia, semak yang biasa dijumpai di stepa Asia tengah.

Menurut studi Journal of Arid Land, vegetasi stepa berperan penting mencegah erosi dan menjaga siklus air. Rerumputan juga menjadi penyimpan karbon alami melalui sistem akarnya yang masif. Sayangnya, alih fungsi lahan untuk peternakan mengancam kelestarian vegetasi asli di banyak wilayah.

5. Curah hujan yang rendah

Ilustrasi stepa (pexels.com/Oziel Gómez)

Curah hujan stepa hanya 250–500 mm/tahun, bahkan di beberapa area seperti Gurun Gobi hanya 30 mm/tahun. Hujan yang jarang dan tidak teratur membuat kelembaban tanah minim. Kondisi ini membuat vegetasi yang tumbuh di sana didominasi oleh rumput, karena pohon dan semak besar sulit bertahan di lingkungan dengan curah hujan yang minim.

Kondisi ini diperparah oleh penguapan tinggi akibat angin kencang. Akibatnya, hanya tumbuhan dengan metabolisme rendah, seperti sukulen dan rumput berdaun sempit, yang bisa bertahan. Adaptasi ini dijelaskan dalam Climatic Change Journal, yang menyoroti risiko pemanasan global memperluas kekeringan di bioma stepa.

6. Keragaman hewan yang rendah

Stepa (pexels.com/ArtHouse Studio)

Dibandingkan sabana tropis, keanekaragaman fauna stepa tergolong rendah. Hanya herbivora besar seperti bison, kijang saiga, dan kuda Przewalski yang mampu bertahan, bersama predator seperti serigala dan elang emas.  

Dilansir dari Study, hewan-hewan ini mengandalkan rumput sebagai makanan utama dan mengembangkan strategi seperti migrasi musiman atau hibernasi. Namun, kerusakan habitat dan perburuan liar mengancam populasi mereka. Saat ini, kijang saiga di stepa Asia bahkan masuk kategori kritis oleh IUCN.  

Stepa mungkin terlihat seperti hamparan rumput biasa, namun ia memainkan peran vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Dari chernozem yang mendukung ketahanan pangan hingga vegetasi yang mencegah krisis iklim, keunikan stepa patut dilindungi. Ancaman alih fungsi lahan dan perubahan iklim harus diatasi agar bioma ini tetap menjadi rumah bagi spesies yang telah beradaptasi lama. Melalui enam fakta ini, semoga kita bisa lebih menghargai bioma stepa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team