Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Fenomena Langit Bulan Juli 2025, Banyak Hujan Meteor

ilustrasi hujan meteor (unsplash.com/Matt Wang)
ilustrasi hujan meteor (unsplash.com/Matt Wang)

Bulan Juli 2025 akan memberikan fenomena langit menarik yang bisa diamati dari berbagai wilayah di Indonesia. Memasuki puncak musim kemarau, langit cenderung lebih cerah dan minim awan. Ini menjadikannya waktu ideal untuk berburu keindahan malam.

Dari fase Bulan yang terang hingga peristiwa konjungsi planet dan hujan meteor tahunan, bulan ini menyimpan banyak momen yang patut dinantikan oleh para pengamat langit. Melansir laman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan sumber lainnya, berikut 6 fenomena langit bulan Juli 2025.

1. Titik terjauh Bumi dari Matahari (4 Juli)

ilustrasi matahari menyinari bumi (pixabay.com/abhaylal122)
ilustrasi matahari menyinari bumi (pixabay.com/abhaylal122)

Pada 4 Juli 2025, Bumi akan mencapai titik aphelion, yaitu posisi terjauh dari Matahari dalam orbit elipsnya. Pada saat ini, jarak antara Bumi dan Matahari mencapai sekitar 152,5 juta kilometer atau 1,016644 Satuan Astronomi (SA).

Meskipun terdengar jauh, aphelion tidak terlalu berdampak besar pada suhu atau musim di Bumi karena perbedaan musim lebih dipengaruhi oleh kemiringan sumbu rotasi Bumi, bukan jarak terhadap Matahari. Namun, peristiwa ini tetap menarik sebagai bagian dari dinamika orbit tahunan Bumi dan menjadi momen edukatif tentang bagaimana planet kita bergerak.

2. Bulan purnama (11 Juli)

Fase Bulan purnama akan terjadi pada 11 Juli 2025, ketika seluruh permukaan Bulan yang menghadap Bumi disinari penuh oleh Matahari. Bulan akan tampak cerah dan bulat sejak Matahari terbenam hingga menjelang fajar. Ini menciptakan peluang ideal bagi pengamat untuk menikmati atau memotret permukaan Bulan secara detail.

Setelah melewati fase purnama ini, waktu terbit Bulan akan bergeser semakin malam, mengikuti siklus alami Bulan menuju fase-fase berikutnya. Purnama juga akan mendominasi cahaya langit malam yang akan menyulitkan pengamatan objek langit redup.

3. Konjungsi Bulan dan Saturnus (16 Juli)

ilustrasi Saturnus (unsplash.com/Zyanya Citlalli)
ilustrasi Saturnus (unsplash.com/Zyanya Citlalli)

Pada 16 Juli, Bulan akan tampak berdekatan dengan Saturnus dalam peristiwa konjungsi yang bisa diamati sejak tengah malam hingga fajar. Kedua objek langit ini hanya akan terpisah sejauh 6,6 derajat dan muncul hampir beriringan di langit timur.

Saturnus terbit lebih dahulu pada pukul 22:19 WIB, disusul oleh Bulan pada pukul 22:34 WIB. Menjelang pagi, keduanya akan mencapai posisi tinggi sekitar 71 derajat di atas horison timur. Ini adalah waktu yang ideal untuk melihat keindahan Saturnus dengan cincin khasnya ditemani oleh sinar terang Bulan.

4. Hujan meteor Piscis Austrinid (28–29 Juli)

Menjelang akhir Juli, langit malam akan mulai dihiasi oleh hujan meteor Piscis Austrinid yang mencapai puncaknya pada malam 28 hingga dini hari 29 Juli. Meskipun termasuk hujan meteor minor dengan intensitas sekitar 5 meteor per jam, peristiwa ini tetap menarik untuk diamati karena berlangsung dalam periode langit relatif gelap.

Meteor-meteor ini tampak datang dari rasi Piscis Austrinus dan bergerak dengan kecepatan sedang, sekitar 35 km/detik. Titik radian mulai naik di atas horison sekitar pukul 19:51 WIB. Waktu terbaik untuk menyaksikannya adalah pukul 02:13 WIB ketika radian berada paling tinggi di langit.

5. Hujan meteor Delta Aquarid Selatan (30–31 Juli)

ilustrasi hujan meteor (pexels.com/Dominykas)
ilustrasi hujan meteor (pexels.com/Dominykas)

Salah satu hujan meteor utama di bulan Juli, Delta Aquarid Selatan, akan mencapai puncaknya pada malam 30 hingga 31 Juli. Meteor-meteor ini tampak datang dari rasi Aquarius dan berasal dari pecahan komet Marsden dan Kracht.

Dengan intensitas hingga 25 meteor per jam dan kecepatan lintasan sekitar 41 km/detik, hujan meteor ini menawarkan pemandangan menarik bagi pengamat langit. Waktu terbaik untuk mengamati adalah sekitar pukul 02:00 WIB, ketika rasi Aquarius berada tinggi di langit.

Pengamatan dapat dimulai sejak pukul 19:47 WIB hingga menjelang fajar. Untungnya, Bulan akan terbenam lebih awal sekitar pukul 23:02 WIB, sehingga langit malam akan cukup gelap dan optimal untuk berburu meteor.

6. Hujan meteor Alpha Capricornid (30–31 Juli)

Pada waktu yang bersamaan dengan Delta Aquarid Selatan, hujan meteor Alpha Capricornid juga akan mencapai puncaknya. Hujan meteor ini berasal dari sisa komet 45P/Honda-Mrkos-Pajdusakova dan tampak berasal dari rasi Capricornus.

Meskipun intensitasnya relatif rendah, Alpha Capricornid dikenal menghasilkan meteor-meteor yang bergerak lambat dan kadang menampilkan kilatan terang atau bola api (fireball). Ini menjadikannya menarik untuk diamati.

Pengamatan terbaik bisa dilakukan sekitar pukul 23:45 WIB saat titik radian berada di posisi tertinggi. Dengan Bulan yang sudah terbenam pukul 23:02 WIB, langit akan cukup gelap untuk memungkinkan observasi maksimal.

Juli 2025 menawarkan beragam fenomena langit yang menarik, mulai dari fase Bulan purnama hingga hujan meteor yang menghiasi malam-malam di akhir bulan. Dengan cuaca musim kemarau yang cenderung cerah, ini adalah waktu yang ideal untuk menikmati keindahan langit malam.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us