Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kuda Islandia
Kuda Islandia (pixabay.com/xiSerge)

Intinya sih...

  • Kuda Islandia berasal dari bangsa Viking Skandinavia dan disilangkan dengan kuda dari Irlandia, Pulau Man, dan Skotlandia.

  • Ras murni Kuda Islandia dijaga melalui isolasi geografis dan peraturan hukum yang ketat sejak tahun 982 M.

  • Kuda Islandia memiliki tinggi rata-rata 132-142 cm, berat antara 330-380 kg, serta memiliki dua gaya berjalan unik: tölt dan skeið.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Islandia, dengan nama resmi Republik Islandia, adalah negara Nordik yang terletak di Punggungan Atlantik Tengah antara Samudra Arktik dan Atlantik Utara. Luas wilayahnya 103.000 kilometer persegi dengan populasi 332.529 jiwa.

Meskipun dikenal karena fenomena alamnya yang unik dan menakjubkan, tetapi keanekaragaman hayati Islandia relatif rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Kondisi ini disebabkan oleh geografis dan iklim subarktik yang keras, seperti suhu dingin, perubahan suhu ekstrem, dan isolasi geografisnya sebagai pulau. Namun, Icelandic Horse alias kuda Islandia, merupakan pengecualian unik serta bagian penting dari warisan biologis dan budaya negara tersebut karena karakteristiknya yang istimewa.

Ingin tahu fakta menarik lainnya tentang kuda ras murni kebanggaan Islandia ini? Simak artikel berikut ini, ya!

1. Berawal dari bangsa Viking Skandinavia

Kuda Islandia (commons.wikimedia.org/Bernd Thaller)

Asal-usul kuda Islandia merupakan kisah yang sangat menarik dan erat kaitannya dengan sejarah Islandia itu sendiri. Kuda Islandia diperkirakan dibawa ke Islandia oleh bangsa Viking Skandinavia antara tahun 860 dan 935 M. Kuda-kuda ini kemudian disilangkan dengan kuda yang dibawa oleh imigran Nordik dari Irlandia, Pulau Man, dan Skotlandia, yang merupakan nenek moyang dari ras seperti kuda poni Shetland, Highland, dan Connemara.

Secara genetik, kuda Islandia menunjukkan hubungan dengan kuda Mongolia dan memiliki kemiripan fisik dengan ras Nordik seperti Nordlandshest, kuda Fjord Norwegia, dan kuda poni Faroe.

2. Ras murni

Kuda Islandia (pixabay.com/castleguard)

Kuda Islandia dianggap sebagai salah satu ras kuda paling murni di dunia. Kemurnian ras ini terjaga melalui isolasi geografis dan peraturan hukum yang sangat ketat. Untuk menghentikan persilangan dan menjaga ras, Parlemen Islandia (Alþingi) pada tahun 982 M mengesahkan undang-undang yang melarang impor kuda. Sejak saat itu, ras ini telah dibiakkan secara murni di Islandia selama lebih dari 1.000 tahun.

Hingga saat ini, larangan masih berlaku, serta aturan ekspor satu arah, di mana kuda yang diekspor tidak diizinkan untuk kembali ke pulau tersebut. Hal ini memastikan kuda Islandia tetap menjadi keturunan langsung yang murni dari kuda Viking asli.

3. Bukan kuda poni

Kuda Islandia (pixabay.com/susnpics)

Kuda Islandia memiliki tinggi rata-rata 132-142 cm dan berat antara 330-380 kg. Mereka memiliki lebih dari 100 nama untuk berbagai warna dan pola dalam bahasa Islandia, termasuk kastanye, dun, bay, hitam, abu-abu, palomino, pinto, dan roan. Meskipun ukurannya sering masuk kategori kuda poni, tetapi peternak dan registri ras selalu menyebutnya kuda.

Menurut Cars Iceland, kuda Islandia tidak dianggap sebagai kuda poni karena mereka memiliki proporsi dan struktur tulang yang mirip kuda besar—leher, punggung, serta kaki yang lebih panjang dan kuat—bukan tubuh pendek dan tebal seperti kuda poni. Kuda Islandia memiliki dua gaya berjalan yang tidak dimiliki ras lain, yaitu tölt dan skeið. Selain itu, kuda Islandia digunakan untuk berbagai tugas yang lebih umum dilakukan oleh kuda, seperti balap, menggembala, dan menarik kereta.

4. Sangat tangguh dan berumur panjang

Kuda Islandia (commons.wikimedia.org/Marek Ślusarczyk)

Meskipun tubuhnya kecil, tetapi kuda Islandia sangat tangguh dan berumur panjang. Mereka mampu beradaptasi di iklim Islandia yang sangat dingin, berangin, dan ekstrem berkat bulunya yang tebal. Mereka juga sangat kuat untuk berjalan di medan yang sulit, seperti daerah berbatu dan terjal, atau lanskap vulkanik.

Menurut Arctic Adventures, kuda Islandia dikenal berumur panjang, rata-rata hidup 20-30 tahun, dan bisa mencapai usia yang sangat tua. Seperti seekor kuda bernama Tulle di Denmark yang hidup hingga usia 57 tahun. Mereka tumbuh lebih lambat dan baru mulai dilatih pada usia 4 tahun, tetapi mereka tetap aktif dan bisa ditunggangi hingga usia 20-an.

5. Cerdas dan ramah

Kuda Islandia (commons.wikimedia.org/Gerd Eichmann)

Kuda Islandia dikenal memiliki kepribadian yang sangat disukai, yang membuatnya ideal sebagai kuda pekerja maupun hewan peliharaan. Mereka umumnya sangat mudah bergaul dan memiliki sifat yang ramah terhadap manusia. Energi dan semangatnya tinggi, tetapi secara alami mereka tenang dan mudah diatur, sehingga tidak sulit dikendalikan.

Mereka juga hewan yang cerdas dan cepat belajar, sehingga mudah dilatih. Berkat adaptasi terhadap lingkungan Islandia yang keras, mereka cenderung berani dan tidak mudah terkejut atau panik oleh hal-hal baru, sehingga membuat mereka menjadi kuda tunggangan yang andal.

6. Memiliki gaya berjalan yang unik

Kuda Islandia (commons.wikimedia.org/Marcel Schifferle)

Sebagian besar ras kuda lain hanya memiliki tiga gaya berjalan dasar, yaitu berjalan, berlari kecil, dan berpacu. Namun, kuda Islandia terkenal di dunia karena memiliki lima gaya berjalan yang berbeda. Dilansir Islandshestar, dua gaya berjalan tambahan mereka yang istimewa dan membuat mereka menarik untuk ditunggangi adalah Tölt dan Skeið.

Lima gaya berjalan tersebut, yaitu:

  1. Fet (Walk), gaya berjalan alami dengan empat ketukan lambat.

  2. Brokk (Trot), gaya berjalan alami dengan dua ketukan, di mana kaki kuda bergerak secara diagonal.

  3. Stökk (Canter/Gallop), gaya berjalan tiga ketukan atau empat ketukan yang paling cepat dan digunakan untuk kecepatan tinggi.

  4. Tölt, gaya berjalan empat ketukan yang cepat, mulus, dan lateral (kaki di satu sisi bergerak bersamaan). Ini memungkinkan pengendara merasa sangat nyaman dan tidak terpantul, karena selalu ada setidaknya satu kaki kuda di tanah.

  5. Skeið (Flying Pace), gaya berjalan dua ketukan yang sangat cepat—mencapai sekitar 48 km/jam—di mana kaki depan dan belakang pada sisi yang sama bergerak serentak, membuat kuda seolah melayang di udara untuk sesaat. Gaya berjalan ini hanya digunakan untuk jarak pendek, balapan, atau pertunjukan.

Kemampuan gaya berjalan unik ini disebabkan oleh mutasi gen yang memungkinkan mereka menyelaraskan sisi kanan dan kiri tubuh, sehingga membantu mereka bergerak lebih cepat dan menghemat energi saat bergerak di padang rumput.

7. Simbol budaya yang kuat

Kuda Islandia (commons.wikimedia.org/Elma)

Kuda Islandia memiliki peran krusial dalam sejarah Islandia sebagai alat transportasi utama dan simbol budaya yang kuat. Mereka membantu para pemukim awal membangun masyarakat di lingkungan yang keras, mulai dari mengangkut barang hingga orang, dan bahkan menjadi bagian dari ritual dan cerita rakyat. Saat ini, peran mereka bergeser dari fungsi vital menjadi simbol budaya, rekreasi, dan olahraga, tetapi tetap dianggap sebagai aset nasional yang berharga.

Menurut center hotels, saat ini kuda Islandia tersebar luas di seluruh dunia, termasuk di tempat-tempat jauh seperti Alaska, Australia, dan Hawaii. Hingga tahun 2024, terdapat lebih dari 300.000 ekor Kuda Islandia yang terdaftar secara global, dengan 40% di antaranya masih berada di Islandia. Kuda yang hidup di luar Islandia, sebagian besar ditemukan di Jerman—dengan populasi kuda Islandia terbesar di luar Islandia, yaitu hampir 50.000 ekor—dan Amerika Utara.

Kuda Islandia lebih dari sekadar hewan tunggangan. Dengan kemurnian genetiknya yang terjaga sejak era Viking dan gaya berjalannya yang legendaris, ia berdiri sebagai simbol hidup ketangguhan, warisan, dan keunikan alam Islandia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team