7 Alasan Kuda yang Patah Kaki akan Disuntik Mati, Tak Bisa Diobati?

- Tulang kaki kuda cenderung hancur berkeping-keping
- Risiko komplikasi mematikan (laminitis) pada kaki yang sehat
- Kuda tidak bisa berbaring lama selama penyembuhan
Pemandangan seekor kuda pacu yang cedera parah di lintasan seringkali berakhir dengan eutanasia atau suntik mati. Bagi kita sebagai orang awam, keputusan ini mungkin terdengar kejam dan terlalu brutal. Kita sering berpikir, jika manusia bisa sembuh dari patah kaki dengan gips atau operasi, mengapa hewan sekuat dan semegah kuda ini tidak bisa?
Jawabannya ternyata tuh ternyata lebih rumit dan terletak pada biologi unik kuda itu sendiri. Kuda adalah hewan besar dengan bobot ratusan kilogram, namun ironisnya, mereka ditopang oleh struktur tulang kaki yang relatif ringan dan rapuh. Saat terjadi patah tulang, serangkaian komplikasi medis yang fatal hampir selalu menyertai, membuat penyembuhan menjadi sangat sulit dan seringkali mustahil. Lalu, apa saja alasan kuda yang patah kaki akan disuntik mati? Simak artikel ini, ya.
1. Tulang kaki kuda cenderung hancur berkeping-keping

Alasan utamanya terletak pada anatomi kuda itu sendiri. Kuda, terutama ras pacuan, secara selektif dibiakkan untuk memiliki tulang kaki yang sangat ringan namun kuat agar bisa berlari kencang. Ironisnya, saat tulang ini patah akibat satu langkah salah, tulang tersebut tidak patah dengan rapi seperti ranting. Tulang mereka cenderung hancur berkeping-keping atau remuk. Patah tulang semacam ini, yang secara medis disebut patah tulang kominutif, membuat operasi penyambungan kembali menjadi sangat sulit atau bahkan mustahil dilakukan oleh dokter hewan. Cukup sedih, ya.
2. Risiko komplikasi mematikan (laminitis) pada kaki yang sehat

Ini mungkin adalah alasan medis paling krusial dan paling menyedihkan. Saat seekor kuda mengalami patah di satu kaki, ia akan secara alami memindahkan seluruh berat tubuhnya, yang bisa mencapai ratusan kilogram, ke tiga kaki lainnya yang masih sehat. Masalahnya, kaki kuda tidak dirancang untuk menahan beban berlebih dalam waktu lama, terutama kaki depan yang menopang lebih dari 60 persen berat badan.
Beban konstan pada kaki yang sehat ini akan memicu kondisi sekunder yang disebut Laminitis. Ini adalah peradangan hebat pada jaringan sensitif di dalam kuku yang menopang tulang kaki. Peradangan ini menyebabkan rasa sakit luar biasa yang sering digambarkan lebih buruk daripada patah tulangnya sendiri. Laminitis sangat sulit disembuhkan, dan jika sudah kronis, kuda tersebut terpaksa disuntik mati untuk mengakhiri penderitaannya yang konstan, bahkan jika tulang yang patah mulai sembuh.
3. Kuda tidak bisa berbaring lama selama penyembuhan

Manusia yang patah kaki bisa berbaring total selama berminggu-minggu, namun kuda tidak bisa. Secara biologis, kuda tuh hewan mangsa yang berevolusi untuk menghabiskan sebagian besar waktunya berdiri, bahkan saat tidur. Jika mereka dipaksa berbaring terlalu lama, berat badan mereka sendiri akan menekan organ-organ vital, mengganggu sirkulasi darah, dan menyebabkan luka borok yang parah. Selain itu, berbaring terlalu lama dapat menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru, yang seringkali berujung pada pneumonia fatal.
4. Anatomi kaki kuda minim jaringan lunaknya

Anatomi kaki kuda bagian bawah sangat berbeda dari manusia. Di bawah area lutut atau sendi hock, kaki kuda hampir tidak memiliki jaringan otot sama sekali. Bagian ini sebagian besar terdiri dari tulang, tendon, ligamen, dan kulit tipis. Pada manusia, otot di sekitar patahan berfungsi sebagai penyangga alami yang membantu menstabilkan tulang yang patah. Kuda tidak memiliki kemewahan ini. Karena tidak ada bantalan otot, patahan tulang seringkali menjadi tidak stabil dan mudah menembus kulit, mengubahnya menjadi patah tulang terbuka.
5. Risiko infeksi sangat tinggi dan sulit diobati

Ini adalah dampak langsung dari anatomi di poin sebelumnya. Ketika patahan tulang menembus kulit, bakteri dari lingkungan luar bisa dengan mudah masuk. Masalahnya, karena area kaki bawah kuda minim otot, suplai darah ke area tersebut juga sangat terbatas. Sistem kekebalan tubuh (sel darah putih) dan antibiotik yang diberikan oleh dokter hewan bergantung pada aliran darah untuk mencapai lokasi infeksi. Dengan aliran darah yang buruk, infeksi menjadi sangat sulit diobati dan dapat menyebar dengan cepat, seringkali berujung fatal.
6. Kuda tidak bisa terus berdiam dalam masa penyembuhan

Kuda adalah hewan mangsa yang memiliki naluri flight atau lari yang sangat kuat. Suara keras, gerakan tiba-tiba, atau rasa panik sekecil apa pun dapat memicu mereka untuk melompat atau berlari secara refleks. Gerakan eksplosif dan tiba-tiba ini akan memberikan tekanan luar biasa pada kaki yang sedang disembuhkan. Sekali saja mereka bergerak salah, implan operasi bisa patah, dan tulang yang baru mulai menyambung bisa hancur kembali, membuat semua upaya medis menjadi sia-sia.
7. Kualitas hidup kuda akan berbeda setelah patah kaki

Terakhir, dan yang paling penting, adalah pertimbangan kualitas hidup. Bahkan jika operasi yang rumit dan mahal itu berhasil menyambung tulang, kuda tersebut hampir pasti tidak akan pernah kembali normal. Ia kemungkinan besar akan menderita rasa sakit kronis seumur hidupnya. Kuda adalah hewan yang berevolusi untuk berlari dan bergerak bebas di padang rumput. Memaksanya hidup terkurung di kandang selamanya, atau tidak bisa bergerak tanpa rasa sakit, dianggap sebagai kualitas hidup yang sangat buruk. Oleh karena itu, daripada membiarkan hewan tersebut hidup dalam penderitaan jangka panjang, eutanasia seringkali dipandang sebagai keputusan yang paling manusiawi.
Ternyata, keputusan untuk melakukan eutanasia pada kuda yang patah kaki memang terdengar tragis, sekaligus yang paling manusiawi. Anatomi unik kuda, dari tubuh yang berat di atas kaki yang ringan hingga ketidakmampuan mereka untuk berbaring lama, menciptakan serangkaian komplikasi fatal seperti laminitis dan infeksi yang sangat sulit diatasi. Cukup menyedihkan, ya.


















