Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Fakta Markhor, Kambing Tanduk Sekrup dari Pegunungan Asia Selatan

Markhor (Capra falconeri) (pixabay.com/Dieter444)
Intinya sih...
  • Markhor berasal dari bahasa Persia yang berarti "pemakan ular" tapi sebenarnya adalah hewan herbivora
  • Ada lima subspesies kambing markhor, masing-masing dengan bentuk tanduk yang berbeda
  • Markhor adalah spesies kambing liar berukuran besar dengan bulu panjang, tinggal di pegunungan terjal, dan memiliki perilaku adaptif

Pernahkah kamu membayangkan seekor hewan dengan tanduk spiral seperti sekrup? Bukan fiksi, melainkan makhluk yang nyata! Namanya markhor, alias si kambing liar pegunungan dengan tanduk paling ikonik di dunia. Namun sayang, di balik keunikan tanduknya, tersimpan perjalanan hidup yang dramatis dan penuh perjuangan.

Nah, biar gak penasaran, mari kita kupas tuntas fakta-fakta menakjubkan tentang hewan tangguh ini. So, get ready!

1. Mengapa disebut “markhor”?

Markhor alias "pemakan ular" (unsplash.com/Anton Volnuhin)

Nama “markhor” berasal dari bahasa Persia, yaitu "mar" yang berarti ular dan "khor" yang berarti pemakan. Jadi, secara harfiah, markhor diartikan sebagai "pemakan ular". Asal-usul nama ini berkaitan dengan kepercayaan lokal bahwa markhor memiliki kemampuan untuk membunuh dan memakan ular. Bahkan, air liur atau cairan berbusa yang dihasilkan markhor setelah mengunyah makanan, dipercaya dapat mengekstrak bisa ular.

Meskipun demikian, secara ilmiah, markhor adalah hewan herbivora, yang artinya mereka tidak memakan ular, melainkan hanya memakan tumbuhan seperti rumput, dedaunan, tunas pohon, dan ranting. Oleh karena itu, nama "pemakan ular" lebih bersifat mitos atau berdasarkan cerita rakyat lokal karena bentuk tanduknya yang spiral menyerupai ular yang melingkar.

2. Ada lima subspesies kambing markhor

Markhor (Capra falconeri) (flickr.com/ar_ar_i_el)

Markhor (Capra falconeri) memiliki tiga hingga lima subspesies, yang dibedakan berdasarkan bentuk tanduknya. Bentuk tanduk bisa sangat bervariasi, bahkan dalam populasi yang sama, sehingga klasifikasi subspesies terkadang menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan. Dilansir AZ Animal, ada tiga subspesies kambing markhor yang diakui oleh IUCN, antara lain:

  1. Astor Markhor (Capra falconeri falconeri), disebut juga Pir Panjal Markhor. Tanduknya besar, pipih, bercabang lebar, dan melengkung ke berbagai arah. Mereka dapat ditemukan di Afghanistan, Pakistan, dan India

  2. Bukharan Markhor (Capra falconeri heptneri), alias Tajik, Turkmenian, atau Heptner's Markhor. Tanduknya bengkok dengan tiga setengah putaran spiral. Mereka tersebar di Afghanistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan

  3. Kabul Markhor (Capra falconeri megaceros), atau markhor bertanduk tegak lurus dengan sedikit putaran spiral. Mereka dapat ditemukan di Afghanistan dan Pakistan

Sedangkan, dua spesies berikut masih diperdebatkan keberadaannya, yaitu:

  1. Kashmir Markhor (Capra falconeri cashmiriensis), seringkali diidentikkan dengan Astor Markhor. Namun, mereka memiliki tanduk yang lebih berat, datar, dan putaran longgar seperti pembuka botol dengan dua setengah putaran

  2. Sulaiman Markhor (Capra falconeri jerdoni), tanduknya memiliki putaran spiral yang sangat rapat dengan empat setengah putaran

3. Profil mengesankan

Penampilan markhor (pixabay.com/Jamie92)

Markhor adalah spesies kambing liar berukuran besar yang memiliki ciri fisik sangat unik, sehingga mudah dikenali. Mereka memiliki bulu panjang berwarna cokelat, cokelat muda, abu-abu kehitaman, atau kombinasi warna-warna tersebut, dan kaki berwarna hitam dan putih. Bulu markhor cenderung pendek dan halus di musim panas, tetapi tumbuh lebih panjang dan tebal di musim dingin.

Tanduk markhor bisa tumbuh sangat panjang hingga 1,5 meter pada jantan dewasa, sedangkan tanduk betina jauh lebih pendek, sekitar 25 cm. Tingginya mencapai bahu sekitar 65-115 cm, panjang 132-186 cm, dan berat 32-110 kg. Jantan memiliki surai dan bulu yang lebih panjang dan lebat menyerupai janggut di dagu, tenggorokan, dada, dan di kaki bagian atas, sedangkan markhor betina memiliki janggut yang lebih pendek berwarna hitam dan tanpa surai. Markhor jantan juga dikenal memiliki bau yang lebih tajam dan kuat dibandingkan kambing domestik, yang berfungsi untuk menarik betina dan menandai wilayahnya.

4. Tinggal di pegunungan terjal

Habitat markhor di pegunungan terjal bebatuan (flickr.com/Eric Kilby)

Markhor hidup di lingkungan pegunungan terjal, tepatnya di Karakoram dan Himalaya, pada ketinggian 600 m hingga 3.600 m di atas permukaan laut. Habitatnya tersebar di Asia Tengah hingga Asia Selatan, meliputi Turkmenistan, Uzbekistan, Tajikistan, Afghanistan, Pakistan, dan India utara. Mereka umumnya ditemukan di semak belukar, hutan terbuka, dan hutan yang terdiri dari pohon oak, pinus, dan juniper.

Diet markhor bervariasi, tergantung pada musim dan ketersediaan sumber makanan. Di musim semi dan musim panas, mereka memakan rumput segar, sedangkan di musim gugur dan musim dingin, mereka beralih menjadi pemakan ranting, bahkan mereka rela berdiri menggunakan kaki belakangnya demi mencapai cabang pohon yang lebih tinggi. Mereka juga sering terlibat persaingan dengan kambing domestik yang populasinya lebih banyak untuk mendapatkan makanan.

5. Perilaku dan gaya hidup yang adaptif

Markhor melompat dari satu batu ke batu lainnya dengan presisi (flickr.com/Eric Kilby)

Markhor adalah hewan diurnal yang aktif di pagi dan sore hari, serta bisa menghabiskan 8-12 jam sehari untuk mencari makan dan beristirahat. Mereka sangat lincah, kuat, dan ahli dalam beradaptasi dengan medan pegunungan yang curam. Indra penglihatan dan penciuman mereka juga tajam, terutama untuk mendeteksi bahaya dan menemukan makanan.

Markhor dapat mengeluarkan suara mengembik sebagai peringatan bahaya atau untuk berinteraksi sosial. Jantan dewasa seringkali terlihat menyendiri, tetapi selama musim kawin, mereka akan terlibat pertarungan untuk memperebutkan hak kawin dengan betina. Kawanan markhor biasanya berjumlah 9 ekor, yang terdiri dari betina dewasa dan anak-anak markhor.

6. Tanduknya sering diburu hingga mengancam populasi

Tanduk markhor sering diburu untuk trofi (unsplash.com/Eduardo Alemán)

Seperti spesies satwa liar lainnya, markhor juga menghadapi berbagai ancaman di habitatnya. Selain dari predator seperti macan tutul salju, serigala, lynx Eurasia, beruang cokelat, dan elang emas, fragmentasi habitat dan perburuan ilegal adalah salah satu ancaman terbesar bagi markhor. Tanduk markhor yang unik sangat diminati untuk dijadikan trofi.

Pada tahun 2015, status konservasi markhor di Daftar Merah IUCN adalah "Hampir Terancam". Namun, ada kabar baik mengenai status konservasinya saat ini, berkat program konservasi yang melibatkan masyarakat lokal, yaitu "perburuan trofi berkelanjutan". Program ini diatur secara ketat, di mana izin berburu legal dijual dengan harga fantastis dan sebagian besar pendapatan digunakan untuk pengembangan masyarakat lokal dan konservasi markhor. Tindakan konservasi ini telah terbukti sangat efektif di beberapa wilayah, terutama di Pakistan.

7. Hewan nasional Pakistan

Markhor, hewan nasional Pakistan (pixabay.com/NSokolov114)

Ya, markhor menjadi hewan nasional Pakistan karena dianggap sebagai simbol ketahanan dan keanggunan, serta keberagaman wilayah Pakistan. Markhor juga merupakan spesies yang dilindungi dan menjadi fokus upaya konservasi di negara tersebut. Pada tahun 2024, Majelis Umum PBB menetapkan 24 Mei sebagai Hari Markhor Internasional. Penetapan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya konservasi markhor dan upaya yang berkelanjutan.

Meskipun statusnya telah membaik, markhor masih terus membutuhkan perhatian. Kisah markhor adalah bukti nyata bahwa dengan upaya konservasi yang terarah dan partisipasi komunitas, spesies yang pernah terancam punah dapat bangkit kembali. Semoga keberhasilan ini terus menginspirasi kita untuk melindungi keanekaragaman hayati di Bumi ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us