7 Fakta Sejarah Benteng Rumeli, Strategi Cerdas Ustmaniyah Menaklukkan Konstantinopel

- Sejarah panjang Konstantinopel sebagai kota strategis
- Benteng Rumeli dibangun dengan cepat dan memiliki nama asli Bogazkesen
- Memiliki tiga menara utama, desain tangguh, dan kini dijadikan museum terbuka
Konstantinopel atau Istanbul, memiliki sejarah panjang sebagai kota yang diperebutkan oleh berbagai kekaisaran. Setelah dikuasi oleh Kekaisaran Bizantium selama lebih dari seribu tahun, Kesultanan Utsmaniyah adalah kekuatan terakhir yang berhasil menaklukkannya. Saat itu, Sultan Mehmed II menerapkan strategi cerdas membangun sebuah benteng untuk memblokade pasokan senjata dan logistik dari wilayah Kristen Eropa ke Konstantinopel. Dengan terputusnya pasokan, Konstantinopel menjadi lebih mudah dikepung dan ditaklukkan.
Benteng Ustmaniyyah itu dikenal dengan nama Benteng Rumeli, atau Rumeli Hisari. Apa yang membuat benteng ini begitu penting? Mari kita mengenalnya lebih jauh.
1. Dibangun di titik tersempit Selat Bosporus

Konstantinopel terletak di posisi geografis yang sangat strategis. Kota ini membentang di dua benua: Asia dan Eropa, yang dipisahkan oleh Selat Bosporus. Selat sempit ini menjadi jalur perdagangan dan militer penting sejak zaman kuno.
Benteng Rumeli dibangun pada tahun 1452 atas perintah langsung Sultan Mehmed II, setahun sebelum ia melancarkan serangan besar ke Konstantinopel. Benteng dibangun di bagian Eropa, tepat di titik tersempit Selat Bosporus. Anadolu Hisari--benteng kembarannya di sisi Asia--berdiri sekitar 660 meter di seberang. Dengan menguasai kedua sisi selat, Mehmed II dapat mengontrol seluruh lalu lintas laut dan memutus jalur bantuan ke Konstantinopel.
2. Memiliki nama asli Bogazkesen yang berarti pemotong tenggorokan

Benteng Rumeli memiliki beberapa nama. Menurut Atlas Obscura, nama asli Benteng Rumeli adalah Bogazkesen yang secara harfiah dalam bahasa Turki berarti ‘pemotong tenggorokan’. Istilah ini mengacu pada Selat Bosphorus yang dianggap sebagai ‘tenggorokan’ antara Laut Hitam dan Laut Marmara. Nama lain yang lebih populer dari benteng ini adalah Rumeli Hisari, yang berarti benteng di tanah Romawi. Ini merujuk pada istilah Utsmaniyah untuk bagian Eropa dari Kekaisaran Bizantium (Romawi Timur).
3. Hanya butuh empat bulan hingga benteng berdiri megah

Dalam ukuran proyek militer abad ke-15, pembangunan Benteng Rumeli tergolong super cepat. Dengan 300 orang tenaga ahli dan ribuan pekerja termasuk tukang batu, insinyur, dan tenaga kasar dari berbagai daerah Utsmaniyah, benteng ini selesai dibangun hanya dalam empat bulan. Sultan Mehmed II bahkan terjun langsung mengawasi pembangunannya, membagi pekerjaan ke tiga jenderal kepercayaannya agar proses lebih efisien.
4. Memiliki tiga menara utama dengan nama jenderal

Salah satu ciri khas Benteng Rumeli adalah tiga menara utamanya. Masing-masing menara diberi nama sesuai jenderal yang bertanggung jawab atas pembangunannya: Halil Pasa, Saruca Pasa, dan Zaganos Pasa. Menara-menara ini terhubung oleh tembok pertahanan tinggi, membentuk garis melingkar yang mengitari perbukitan. Selain berfungsi sebagai pos pengawasan, menara-menara ini juga digunakan untuk menyimpan amunisi dan meriam besar.
5. Punya desain yang tangguh dan estetis

Meski dirancang untuk perang, Benteng Rumeli tidak kehilangan sentuhan seni. Dinding-dindingnya dibangun dari batu granit dan marmer, dihiasi ornamen khas arsitektur Utsmaniyah. Tata letaknya mengikuti kontur bukit di tepi Selat Bosphorus, menciptakan siluet dramatis yang menonjol di lanskap kota.
Dengan luas sekitar 60.000 meter persegi, panjang 250 meter, dan menara-menara setinggi 28 meter, benteng ini bukan hanya tangguh secara militer, tetapi juga memukau secara visual. Kombinasi fungsionalitas dan keindahan inilah yang membuatnya bertahan hingga kini sebagai ikon sejarah dan arsitektur Istanbul.
6. Pernah difungsikan sebagai penjara dan gudang senjata

Setelah Konstantinopel berhasi ditaklukan, fungsi Benteng Rumeli pun berubah. Ia pernah digunakan sebagai penjara negara, khususnya bagi tawanan asing atau musuh politik. Pada masa-masa berikutnya, benteng ini juga berfungsi sebagai gudang senjata dan bahan logistik militer. Namun, seiring berjalannya waktu, bangunan ini mulai terbengkalai. Gempa bumi besar pada 1509, yang dikenal sebagai Kucuk Kiyamet atau Kiamat Kecil, turut menyebabkan kerusakan parah pada struktur benteng, mempercepat kemunduran perannya sebagai benteng aktif.
7. Kini dijadikan museum terbuka dan panggung konser

Dijelaskan Turkish Museum, setelah sekian lama, perhatian terhadap pelestarian Benteng Rumeli mulai tumbuh. Tahun 1953, untuk menyambut peringatan 500 tahun penaklukan Konstantinopel, pemerintah Turki memulai proyek restorasi besar-besaran. Setelah dipugar, benteng ini dibuka untuk umum dan diubah menjadi museum terbuka. Dengan panggung besar di tengah kompleks dan akustik alami dari tembok-tembok batu, Rumeli Hisari kini juga berfungsi sebagai tempat konser dan festival budaya, terutama selama musim panas.
Benteng Rumeli bukan sekadar bangunan tua di tepi selat. Ia adalah simbol kecerdikan strategi Sultan Mehmed II dalam menaklukkan kota paling legendaris di dunia Timur. Dari tempat inilah, rencana besar Utsmaniyah menaklukkan Konstantinopel dimulai. Menarik sekali, ya! Apakah kamu sudah pernah mengunjunginya?