7 Fakta Unik Monyet Biru, Warnanya Gak Benar-Benar Biru

Lokasi keberadaan monyet biru melingkupi hutan hujan Afrika tengah, timur, utara, dan selatan. Namun mereka paling banyak ditemukan di negara Kongo dan Afrika. Diketahui juga mereka dapat ditemukan di negara Ethiopia, Angola, Sudan, Mozambik, Zambia, dan beberapa negara lain disekitarnya.

Monyet biru lebih menyukai habitat dengan hutan hijau, hutan bambu, dan kanopi pohon. Dilansir Animal Spot, daerah lembap dan teduh dengan air yang melimpah merupakan kondisi lingkungan yang paling banyak dicari oleh hewan ini. Monyet biru sesekali turun ke tanah dari pepohonan tinggi atau tempat mereka tinggal. Bahkan ketika sumber makanan sedang melimpah, mereka tidak akan turun dari atas pohon.

Spesies ini memang diberi nama demikian berdasarkan wajahnya yang berwarna agak biru. Akan tetapi, secara spesifik monyet biru tidak benar-benar berwarna biru seperti namanya. Itu terlihat demikian karena tidak ada bulu di bagian wajahnya. Dilansir Primates Park, monyet biru diberkahi dengan sedikit bulu wajah yang dalam kondisi pencahayaan tertentu dapat memberikan kesan warna kebiruan.

Selain itu, hampir seluruh tubuhnya berwarna zaitun atau abu-abu, dan dengan sedikit bercak hitam atau putih di sekujur tubuhnya. Namun terlepas dari hal tersebut, spesies monyet Dunia Lama ini sangat menarik perhatian para ilmuwan.

Sebagai hewan sosial, monyet biru membentuk kelompok yang terdiri dari 10 hingga 40 individu. Kelompok ini didominasi oleh betina, yakni terdiri dari satu pejantan dominan dan beberapa betina serta anak-anaknya. Struktur sosial demikian dapat mencegah perkawinan silang di dalam kelompok.

Saat mencapai usia dewasa, monyet betina tetap tinggal bersama kelompok kelahirannya, sedangkan monyet jantan harus pergi "merantau" untuk bergabung dengan kelompok lain. Hanya saja membutuhkan waktu yang cukup lama bagi monyet jantan untuk menemukan kelompok barunya, sehingga beberapa dari mereka harus hidup menyendiri. Tetapi jika sudah mendapat kelompok baru, pejantan dapat kawin dengan sebagian besar betina dalam kelompok tersebut.

Monyet biru adalah hewan arboreal yang lebih suka beraktivitas di pepohonan. Setiap anggota kelompok menghabiskan waktunya untuk bermain. Akan tetapi, primata ini sangat teritorial. Jika ada monyet baru yang ingin bergabung dengan kelompok tertentu, ia harus mengalahkan pejantan dominan dalam kelompok tersebut dengan cara berkelahi.

Istilah alloparenting pertama kali digunakan oleh Edward O. Wilson dalam karyanya yang berjudul Sociobiology (1975). Istilah tersebut mengacu pada pengasuhan yang diberikan kepada anak yang bukan keturunan pengasuhnya. Monyet biru--terutama betina--adalah salah satu spesies yang memiliki sifat alloparenting ini.

Para monyet remaja betina berperan sebagai pengasuh utama bayi. Meskipun bayi-bayi tersebut diasuh oleh remaja betina, namun bukan hal aneh jika satu bayi diasuh atau digendong oleh beberapa orangtua alloparent. Pada dasarnya, monyet jantan tidak banyak berhubungan atau tidak terlalu menghiraukan anak-anak atau bayi tersebut. Salah satu hipotesis menarik menyatakan bahwa alloparenting berfungsi sebagai saluran sosialisasi awal bagi generasi muda, memberikan pelajaran berharga selama awal tahap kehidupan, ulas Primates Park.

Meskipun sangat jarang turun ke bawah pohon, monyet biru terkenal karena kemahirannya dalam bergerak dengan melintasi kanopi hutan secara anggun dan lincah. Mereka melakukannya dengan berayun dan melompat dari satu pohon ke pohon berikutnya dengan akurasi yang menakjubkan.

Bagaimana tidak menakjubkan, primata ini menunjukkan kemampuannya melompat dari jarak jauh, dan menggunakan ekornya yang panjang untuk menjaga keseimbangan. Ini sebetulnya cocok jika dijadikan tontonan yang luar biasa untuk disaksikan. Pergerakannya yang lincah dan khas ini memungkinkan mereka menjangkau sumber makanan yang sulit dijangkau oleh hewan lain, serta dapat dengan mudah menghindari potensi ancaman predator.

Monyet biru umumnya bersifat poligini, satu jantan bisa kawin dengan banyak betina. Namun juga terkadang betina memiliki banyak pasangan. Pada spesies ini, monyet betina mengambil inisiatif pertama untuk menarik perhatian jantan, dengan cara menggerakkan bibir bawahnya ke depan yang terlihat seperti ekspresi cemberut.

Spesies ini berkembang biak sepanjang tahunnya, dan biasanya monyet betina melahirkan bayi setiap dua tahun. Bayi monyet lahir setelah jangka waktu sekitar 5 bulan setelah kawin. Kita akan terkesima jika melihat bagaimana para monyet betina mengasuh bayi yang baru lahir. Seperti yang sudah diulas mengenai alloparenting, para betina dalam kelompoknya mengasuh dan merawat bayi yang baru lahir secara bergiliran.

Animalia mengulas bahwa bayi-bayi monyet yang baru lahir, hidup dalam kelompok yang berjumlah hingga 40 individu di mana setiap betina saling menjaga anak-anaknya--meskipun bukan anaknya sendiri. Sedangkan, penyapihan terjadi pada umur 6 bulan dan mencapai kematangan seksualnya pada umur 3 tahun.

Monyet biru dikenal sebagai omnivora, mereka memiliki selera yang tajam akan berbagai jenis makanan. Buah tin dan buah-buahan lain adalah makanan yang menyumbang 5 persen dari asupan mereka. Selebihnya mereka memakan serangga, daun, bunga, hingga kulit pohon. Namun, makanan andalan monyet biru sendiri terdiri dari dedaunan dan serangga, keduanya adalah sumber protein utama mereka.

Diketahui bahwa hewan ini menghindari vertebrata, alih-alih memusatkan perhatian gastronomi mereka pada jenis tumbuhan tertentu. Kepadatan populasi monyet biru sangat erat kaitannya dengan ketersediaan dan keragaman jenis pohon atau tumbuhan yang disukainya. Ini menunjukkan bahwa preferensi makanan monyet biru merupakan bukti keseimbangan alam yang kompleks di hutan lebat Afrika.

Harus kita akui bahwa keunikan yang dimiliki monyet biru secara dominan adalah sifat alloparenting-nya. Meskipun warna tubuhnya tidak benar-benar biru seperti namanya, spesies yang enigmatis ini sangat menarik perhatian para ilmuwan.