Gagasan karantina memang tidak ditemukan pada saat penanganan Maut Hitam, karena praktik pengasingan orang sakit dari orang sehat sudah ada sejak lama. Banyak budaya di seluruh dunia, termasuk agama Islam dan Kristen, yang sudah lama menyadari kalau mencampur orang sehat dengan orang sakit akan menambah jumlah orang sakit.
Bahkan, Alkitab dan hadis Nabi menyarankan agar mereka yang memiliki penyakit kusta untuk menjauh dari orang sehat agar tidak terkena kusta juga, dan sebaliknya.
Meskipun demikian, istilah "karantina" sendiri sangat berkaitan dengan Maut Hitam. Di saat wabah ini terus datang ke Eropa, beberapa pemimpin pada saat itu akan mengirim orang-orang yang sakit untuk tinggal di ladang, daerah terpencil, atau hanya membuat mereka tinggal di dalam rumah sampai kondisinya lebih baik.
Melansir dari laman Oxford University Press, pada awalnya isolasi ini hanya berlangsung sekitar 30 hari. Namun pada akhirnya, untuk alasan yang tidak diketahui, jumlah waktu untuk mengasingkan orang yang sakit menjadi 40 hari, dan dari sinilah istilah karantina berasal.
Nama asli karantina berasal dari bahasa Italia, "trentino," yang merujuk pada 30, lalu menjadi quarantino yang merujuk ke waktu 40 hari.
Selama bertahun-tahun, quarantino berevolusi menjadi quarantine (karantina), yang sekarang kita gunakan untuk menyebutkan situasi di mana seseorang yang sakit akan diasingkan dari orang yang sehat sampai kondisi mereka menjadi lebih baik.
Nah, itu tadi fakta yang akan mengubah perspektif kalian tentang Maut Hitam. Semoga setelah membaca artikel ini miskonsepsi tentang Maut Hitam dapat berkurang dan kalian dapat mengetahui fakta-fakta ilmiah baru dari peristiwa ini.