Jerman adalah pemain penting dalam mode Eropa pada 1920-an. Sebelum era Nazi, Berlin dan Munich sudah menjadi pusat desain dan pakaian mewah. Tetapi ketika Hitler berkuasa, ia berusaha untuk membentuk kembali citra nasional wanita Jerman, karena Hitler lebih suka wanita berpakaian dengan anggun dan polos.
Alasannya adalah bahwa kecantikan murni Arya dari wanita Jerman harus bersinar. Mereka tidak membutuhkan make-up, cat kuku, atau gaun yang rumit. Hitler meyakini bahwa industri mode yang dikendalikan Nazi akan membantu kemenangan Jerman dalam upaya perang.
Untuk tujuan ini, Nazi mendirikan Deutsches Modeamt atau Reich Fashion Bureau untuk mengontrol cara berpakaian wanita Jerman. Di bawah peraturan biro ini, perempuan hanya diizinkan untuk mengenakan pakaian buatan Jerman yang dibuat dengan bahan Jerman.
Gaya fashion saat itu, yang dipelopori oleh desainer seperti Coco Chanel, adalah tampilan yang lebih "boyish". Menurutnya, rambut dan pakaian pendek akan membuat wanita terlihat lebih langsing dan kekanak-kanakan.
Hitler lebih menyukai wanita yang memiliki tampilan yang lebih bulat dan “subur,” percaya bahwa hal ini akan menghasilkan lebih banyak keturunan bagi Reich Ketiga. Dan melalui Biro Mode Reich, Hitler mendapatkan keinginannya, dan mematikan tampilan "boyish" pada masanya.