penguin makaroni (Commons.wikimedia.org/ Jerzy Strzelecki)
Sama seperti penguin rockhopper, burung bernama latin Eudyptes chrysolophus ini juga memiliki crest atau bulu di atas mata. Bedanya, bulu tersebut lebih didominasi oleh warna kuning keemasan sementara rockhopper memiliki crest berwarna hitam dan kuning. Ukuran penguin makaroni juga lebih besar dari rockhopper.
Penguin makaroni merupakan penguin yang migratory. Ketika musim kawin, koloni mereka yang bisa berjumlah ratusan ribu ekor akan memenuhi garis pantai Semenanjung Antartika dan pulau-pulau sub-Antartika seperti Kepulauan Crozet, Falkland, dan Kerguelen. Namun, di luar musim kawin, mereka akan berenang mencari makan di tempat lain.
Sayangnya, perubahan iklim, penangkapan ikan secara berlebihan dan adanya polusi di perairan membuat jumlah penguin makaroni terus mengalami penurunan. Dilansir laman Biological Diversity, dalam tiga dekade terakhir bahkan populasinya diperkirakan berkurang antara 50 hingga 65 persen. IUCN kemudian mengkategorikannya sebagai spesies rentan punah.
Di balik rupanya yang imut dan menggemaskan, ketujuh spesies penguin di Antartika memiliki jiwa yang tangguh. Mereka dihadapkan dengan suhu dingin yang ekstrem, kerusakan habitat akibat perubahan iklim dan polusi, juga harus bekerja lebih ekstra dalam mencari krill dan ikan yang telah dieksploitasi manusia. Semoga mereka bisa terus lestari, ya!