praktek lobotomi yang dilakukan oleh Freeman (healthywaymag.com)
Lobotomi pertamakali dicetuskan oleh seorang ahli saraf Portugis, António Egas Moniz, pada tahun 1935. Lobotomi adalah operasi bedah otak yang dilakukan untuk merusak koneksi saraf di lobus prefrontal. Tujuannya adalah untuk "menenangkan" pasien dari emosi atau perilaku negatif akibat masalah kejiwaan seperti skizofrenia, depresi, dan bipolar. Meski cukup kontroversial, metode ini marak dilakukan pada tahun 1940-an.
Mengutip laman Live Science, Moniz awalnya melakukan lobotomi dengan cara melubangi tengkorak pasien dan menyuntikkan ethanol ke otak. Ia kemudian memperbarui metodenya dengan menggunakan alat berupa kawat besi sebagai pengganti ethanol.
Operasi tersebut selanjutnya dikembangkan lagi oleh Walter J. Freeman II dan James Watts dari Amerika. Tanpa melubangi tengkorak, mereka mendorong sebuah alat dengan ujung besi yang runcing yang disebut orbitoclast ke dalam rongga mata pasien.
Mengutip Britannica, meski sebagian besar pasien yang dilobotomi berhasil menjadi "lebih tenang", namun tidak sedikit dari mereka yang mengalami sejumlah efek samping yang mengkhawatirkan. Mereka menjadi pasif, apatis, dan kehilangan kemampuan berkonsentrasi, koordinasi serta respon emosional setelah operasi tersebut.