8 Penemuan Benjamin Franklin, Tak Sekadar Founding Father

Bagi masyarakat kolonial Amerika, renang menjadi hobi yang digandrungi. Benjamin Franklin sendiri adalah perenang yang cukup andal, dan mengingat bahwa salah satu penemuannya yang paling awal adalah sepasang dayung kayu untuk berenang.

Menurut esainya sendiri, "On the Art of Swimming," dayung itu berbentuk oval dan memiliki lubang ibu jari agar bisa digenggam dengan lebih aman. Meskipun terbukti membantu mempercepatnya berenang, tetapi Franklin mengakui bahwa penemuannya itu tidak cukup unggul dari segi materi. "Saya ingat, saya berenang lebih cepat dengan menggunakan (palet) ini, tetapi mereka membuat pergelangan tangan saya lelah," pungkasnya dalam The Franklin Institute.

Musim dingin di koloni-koloni Inggris-Amerika sangatlah menyiksa, dan para penjajah mengandalkan kayu bakar untuk membuat perapian dan menghangatkan badan. Tungku Franklin hadir dengan desain yang lebih baik. Selain itu, struktur kompor, dengan elemen berongga dan siphon terbalik, lebih efisien menghasilkan lebih banyak panas.

Buku Benjamin Franklin's Science mencatat bahwa Franklin mungkin terinspirasi dari pemukim Jerman di Pennsylvania, yang menambahkan kotak besi cor ke perapian mereka. Desain ini menghasilkan lebih sedikit asap.

Dilansir laman Smithsonian, mangkuk sup Franklin yang terbagi secara tangensial sebenarnya diciptakan atas dasar keinginan Franklin sendiri. Mangkuk ini terdiri dari mangkuk utama yang relatif besar yang dikelilingi oleh mangkuk-mangkuk yang lebih kecil.

Jadi, jika Franklin harus memakan sup saat ia sedang berlayar di laut, gulungan ombak tidak akan menumpahkan sup ke pakaiannya, melainkan ke mangkuk yang lebih kecil.

Di Amerika kolonial, kacamata adalah salah satu simbol status. Menurut buku The First Scientific American, kacamata biasanya digunakan sebagai perangkat medis, tetapi kacamata juga menjadi ciri khas dalam keunggulan inovasi ilmiah. Jika seseorang mengenakan kacamata, orang itu bisa dipandang sebagai orang yang intelektual.

Itu sebabnya, Benjamin Franklin menciptakan kacamata bifokal. Bifokal membantu pemakainya agar dapat fokus melihat objek yang dekat dan jauh, tergantung pada bagian lensa mana yang mereka lihat. Biasanya, bagian atas lensa bifokal dibuat agar lebih jelas melihat objek yang jauh, sedangkan bagian bawah berfokus pada objek yang lebih dekat.

Franklin menciptakan kacamata ini dengan menggabungkan dua lensa yang berbeda dalam satu set bingkai kacamata. Meskipun terlihat biasa, tapi konsepnya sangat luar biasa.

Salah satu minat Benjamin Franklin adalah listrik. Franklin cukup terkenal dengan eksperimennya tentang listrik, salah satunya adalah ketika ia menerbangkan layang-layang saat badai untuk mencari tahu hubungan antara listrik dan petir.

Akan tetapi, ini bukan berarti Franklin 'menemukan' listrik, dan layang-layang itu tidak tersambar petir seperti yang dikira banyak orang hari ini. Namun, layang-layang itu menangkap listrik statis. Jika layang-layang itu tersambar petir, Franklin dan putranya juga akan tersambar.

Franklin juga menemukan penangkal petir. Franklin menyadari bahwa kekuatan petir dapat merusak bangunan. Akhirnya, dia menemukan bahwa batang besi yang ditempatkan di atas sebuah bangunan dan dibumikan ke tempat lain yang jauh dari struktur, dapat mengurangi risiko sambaran petir.

Benjamin Franklin tidak menemukan odometer pertama. Seperti yang dilansir laman ThoughtCo, versi awal odometer, yang merupakan alat untuk mengukur jarak yang ditempuh seseorang atau kendaraan, diciptakan pada 15 SM oleh Vitruvius, seorang insinyur Romawi. Versi lain dari odometer dibuat pada abad ke-17 dan ke-18, termasuk yang ditemukan oleh penemu, matematikawan, dan fisikawan, Blaise Pascal.

Namun, Franklin mengembangkannya untuk tujuan yang sangat praktis. Ketika Franklin menjabat sebagai Postmaster General—ia sangat tertarik untuk mencari tahu rute tercepat pengiriman surat. Jadi, melansir kabar PBS, dia mengembangkan odometer yang bisa di pasang ke roda kereta, yang kemudian dikirim untuk mengantarkan surat.

Ketika pengantar surat kembali, Franklin akan mengambil odometer itu untuk melihat berapa banyak putaran roda dalam perjalanan, dan dengan bantuan matematika, dapat diketahui kira-kira berapa mil yang telah ditempuh oleh kereta pengiriman surat.

Kedokteran di masa kolonial tentu lebih maju daripada di era kuno atau abad pertengahan, tetapi, seperti yang dicatat oleh Perpustakaan Harvard, orang-orang kolonial tidak memiliki inovasi teknologi dan penelitian seperti saat ini.

Benjamin Franklin mencoba meringankan masalah itu dengan menciptakan kateter fleksibel. Alih-alih satu tabung logam yang tidak dapat ditekuk, kateter buatan Franklin memiliki serangkaian sambungan yang dapat ditekut secara fleksibel. Dia merancangnya, meminta seorang tukang las untuk membuat kateter, dan mengirimkan ciptaan itu ke saudaranya sendiri, yang menderita batu ginjal.

Benjamin Franklin membantu mendirikan perpustakaan pinjaman berbasis langganan pada tahun 1731 di Philadelphia. Terlebih lagi, Franklin adalah penulis dan pencetak yang produktif, ia seringkali menulis esai dan pamflet satir dengan berbagai nama samaran, ungkap The Library Company of Philadelphia.

Semua ini mengarah pada kartun politik Amerika pertama yang diciptakan Franklin. Mengutip laman History, karyanya itu sebenarnya terkait dengan Perang Prancis dan India. Diterbitkan di surat kabar Pennsylvania Gazette Franklin, karyanya itu menggambarkan seekor ular yang dipotong menjadi berbagai bagian, masing-masing bagian mewakili koloni. Di bawahnya tertulis, "Bergabung, atau Mati." Gambar itu dikenal luas setelah pencetakan pertamanya. Baik atau buruknya itu, Franklin dianggap sebagai bapak kartun politik AS.

Tidak dimungkiri lagi bahwa Benjamin Franklin sangat multitalenta. Selain dikenal sebagai Founding Father, ia juga menjadi penemu alat-alat yang sangat bermanfaat.