8 Spesies Burung yang Diduga Sudah Punah Namun Ditemukan Kembali

Cebu flowerpecker adalah spesies burung endemik dari Pulau Cebu, Filipina. Sebelumnya burung ini sempat dianggap punah pada tahun 1959, setelah adanya penggundulan hutan yang menyebabkan burung ini tak terlihat lagi. Kemudian adanya ekpedisi pada tahun 1992 menemukan kembali burung ini di sekitaran hutan kapur di Cebu, Filipina.

Sedangkan status konservasi burung bernama latin Dicaeum quadricolor ini ada pada kriteria critically endangered menurut IUCN Red List. Selain itu burung ini juga masih terancam akibat adanya kerusakan lingkungan dan hilangnya habitat alaminya. 

Damar Flycatcher atau yang memiliki nama latin Ficedula henrici merupakan jenis burung endemik dari Indonesia, tepatnya berada di Kepulauan Banda, Nusa Tenggara Timur.

Burung ini pertama kali ditemukan oleh Heinrich Kühn pada tahun 1898, kemudian beberapa tahun kemudian keberadaan burung ini tidak terlihat lagi dan dianggap punah. Hingga pada tahun 2001 pada suatu ekspedisi yang dilakukan oleh Dr. Colin Trainor dari Birdlife menemukan kembali burung ini dalam jumlah yang cukup banyak. 

Saat ini status konservasi burung ini masuk kategori hampir terancam menurut IUCN Red List, yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan dan bertambahnya populasi manusia di pulau itu. 

Gurney’s Pitta adalah burung asli dari Myanmar yang juga tersebar di negara lain, seperti Thailand. Namun karena banyaknya penggundulan hutan dan alih fungsi lahan, membuat populasinya kian berkurang drastis. Lalu dianggap punah karena tidak pernah terlihat lagi sekitar tahun 1958 hingga 1985. Namun pada tahun 1986, keberadaannya ditemukan, tapi kembali mengalami penurunan yang hanya terdapat sembilan pasang saja. 

Pada tahun 2003 ditemukan area potensial, di mana terdapat banyak spesies burung ini. Akan tetapi terdapat ancaman utama untuk burung ini dengan adanya kerusakan lingkungan yang membuatnya masuk dalam kategori dalam bahaya.

Kemudian terdapat Blue-eyed Ground-dove yang termasuk burung dalam famili Columbidae, yang asli dari wilayah Cerrado di Brazil. Habitat utama burung ini ada di area padang rumput kering tropis. Burung ini sempat dianggap punah setelah tak pernah nampak sejak tahun 1941, hingga sebuah ekspedisi menemukan 12 ekor burung ini yang ada di Cerrado, Minas Gerais, Brazil. 

Saat ini diperkirakan terdapat 20 ekor burung bernama latin Columbina cyanopis ini di alam liar. Sedikitnya jumlahnya menyebabkannya masuk dalam kriteria critically endangered menurut IUCN Red List.

Berikutnya terdapat New Zealand Storm Petrel merupakan jenis burung laut kecil yang masuk dalam keluarga Oceanitidae. Burung ini dianggap sudah punah pada tahun 1850, hingga setelah lebih dari 150 tahun berselang, pada tahun 2003 burung ini ditemukan di lepas laut.

Lalu baru berselang sepuluh tahun kemudian pada tahun 2013, burung ini mendapatkan konservasi yang memberikan lingkungan habitatnya yang bebas dari predator seperti tikus dan kucing, yang dapat menyebabkan kepunahannya. 

Sayangnya jumlahnya yang sedikit membuatnya masuk dalam kategori critically endangered berdasarkan IUCN Red List.

Berikutnya terdapat burung Night Parrot yang termasuk burung endemik dari Australia yang ditemukan di negara bagian Queensland. Burung nokturnal ini pertama kali ditemukan pada tahun 1861 oleh John Gould. Sayangnya pada tahun 1912, keberadaan burung ini sudah tidak nampak lagi dan dianggap punah. Hingga pada tahun 2013, burung parrot ini kembali ditemukan di sebelah barat Queensland. 

Namun saat ini burung ini masuk dalam kriteria dalam bahaya menurut IUCN Red List. Serta dikutip dari The Australian, burung ini termasuk yang paling misterius menurut naturalis dan pencinta burung di seluruh dunia.

Adapun burung menarik lainnya yang bernama Jerdon's babbler yang termasuk jenis burung endemik dari India dan Myanmar, yang memiliki habitat alami di dataran banjir dan padang rumput. Burung yang memiliki ukuran panjang 17 cm ini sempat tak pernah terlihat lagi pada tahun 1941, namun ditemukan kembali pada tahun 2014 pada sebuah lahan pertanian di Myanmar. 

Saat ini status konservasi burung langka ini masuk dalam kategori vulnerable, yang disebabkan hilangnya habitat dan semakin banyaknya populasi manusia.

Terakhir ada burung Táchira antpitta yang merupakan burung endemik dari Venezuela, terutama di Taman Nasional El Tama. Burung yang masuk keluarga Grallariidae ini sempat diperkirakan sudah punah pada tahun 1956, setelah tak terlihat lagi. Akan tetapi pada tahun 2016, para peneliti menemukan kembali burung eksotis ini. 

Sayangnya burung ini terancam punah karena kerusakan lingkungan dan hilangnya habitatnya, yang menyebabkan populasinya menurun dan masuk dalam kriteria critically endangered menurut IUCN Red List. 

Nah itu tadi beberapa spesies burung yang sempat dinyatakan punah, namun kembali ditemukan. Maka dari itu, kita harus jaga ya, kelestarian burung-burung tersebut agar tidak punah lagi.