Ini Rasanya Jadi Budak di Masa Pemerintahan Romawi Kuno

Hampir tidak mungkin kamu mendapatkan kebebasan

Sistem perbudakan telah dihapuskan beberapa abad yang lalu. Praktik tersebut dinilai tidak berperikemanusiaan karena banyaknya perlakuan yang keji. Faktanya, sejarah mencatat hampir di seluruh bagian dunia pernah melakukan praktik ini. Tak terkecuali peradaban Romawi kuno.

Mengingat orang-orang Romawi kuno hidup di zaman dulu, tidak banyak catatan peristiwa tentang perbudakan pada saat itu. Alhasil, sangat susah menggambarkan kehidupan para budak di masa tersebut.

Untungnya, sejumlah artefak yang memiliki gambar dan tulisan tertentu yang mampu menceritakan masa-masa kelam tersebut. Berikut ini adalah beberapa gambaran seperti apa kehidupan para budak di zaman Romawi kuno.

1. Banyak budak yang mencoba melarikan diri

Ini Rasanya Jadi Budak di Masa Pemerintahan Romawi Kunoilustrasi budak di masa Romawi kuno (historyextra.com)

Seperti praktik-praktik perbudakan di peradaban yang berbeda, tidak jarang para budak mencoba melarikan diri dari majikannya atas perlakuan mereka yang kejam. Untuk Romawi kuno, peristiwa tersebut bisa dilihat dengan adanya penemuan artefak berupa kalung yang berisi nama majikan serta tulisan “tene me et revoca me” atau “tahan aku dan kembalikan aku”.

Seringnya kalung tersebut juga memberikan informasi bagaimana cara mengembalikan budak tersebut dan imbalan apa yang bakal diberikan si majikan. Walaupun terkesan sangat merendahkan, namun pada saat itu pemakaian kalung ini dinilai lebih baik daripada tato yang diberikan di dahi.

2. Ada budak yang merupakan orang Romawi kuno sendiri

Ini Rasanya Jadi Budak di Masa Pemerintahan Romawi Kunoilustrasi kehidupan budak di Romawi kuno (bbc.co.uk)

Jika berbicara tentang perbudakan, umumnya yang ada di kepala adalah orang-orang berkulit hitam dari Afrika. Tidak salah, namun tidak sepenuhnya benar pula. Diperkirakan pada tahun 200 Sebelum Masehi hingga 200 Setelah Masehi, seperempat hingga sepertiga orang Romawi menjadi budak dari bangsanya sendiri.

Diperkirakan pada saat itu, populasi orang Romawi kuno berjumlah 50 juta kepala. Itu berarti setidaknya lima hingga 10 juta orang di sana diperbudak. Para ilmuwan berpendapat perbudakan kebanyakan terdapat di area Italia.

3. Budak Romawi kuno datang dari Eropa hingga Afrika

Ini Rasanya Jadi Budak di Masa Pemerintahan Romawi Kunoilustrasi kehidupan budak di Romawi kuno (batuhanaksu.com)

Walaupun sebagian besar budak Romawi kuno datang dari Romawi sendiri, kenyataannya ada banyak budak yang datang dari luar pula. Selain dari Afrika, para budak juga datang dari negara-negara di sekitar Romawi, seperti dari Irlandia, Skotlandia, bahkan hingga Arab. Ada juga yang datang dari Asia hingga Siria.

Banyak cara menjadikan orang-orang tersebut sebagai budak. Mulai dari ditangkap dan dijual para pembajak saat sedang bepergian jauh, hingga tidak bisa membayar utang. Ada pula beberapa yang menjadi budak karena dianggap terlahir seperti itu atau dikarenakan menjadi tahanan perang.

4. Harga budak berbeda-beda

Ini Rasanya Jadi Budak di Masa Pemerintahan Romawi Kunoilustrasi kehidupan budak di Romawi kuno (id.pinterest.com)

Tidak ada harga pasti untuk satu budak. Semuanya berbeda-beda dan tergantung dari banyak hal. Jenis kelamin, umur, kemampuan yang mereka miliki, semua itu memengaruhi harga jual mereka. Satu hal yang diketahui adalah membeli budak tidaklah murah.

Diperkirakan pada awal abad setelah Masehi, satu budak biasa yang tak punya kemampuan menonjol memiliki harga yang setara dengan gaji dua tahun menjadi prajurit Romawi kuno. Budak yang punya kemampuan tinggi punya harga yang jauh lebih mahal, mencapai enam hingga delapan kali lipat dibanding gaji prajurit biasa. Maka dari itu, kebanyakan yang bisa memiliki budak adalah mereka para pejabat dan orang kaya.

Baca Juga: Mengerikan, 7 Bentuk Hukuman Terkejam untuk Para Budak Amerika

5. Jumlah budak menjadi penunjuk seberapa kayanya sang majikan

Ini Rasanya Jadi Budak di Masa Pemerintahan Romawi Kunoilustrasi kehidupan budak di Romawi kuno (istockphoto.com)

Selain harta kekayaan yang menggunung, orang-orang Romawi kuno mengukur statusnya lewat seberapa banyak budak yang bisa dia miliki. Budak-budak ini dibeli di pasar budak yang terletak di kota Efesus dan dianggap sebagai objek yang bisa diperlakukan sesuka hati. Ini yang menjadikan banyak kekerasan pada budak.

Tentu saja perlakuan keji tersebut tidak semuanya dilakukan oleh para majikan. Beberapa majikan memilih untuk memperlakukan budaknya dengan penuh hormat. Salah seorang tokoh yang melakukan praktik itu adalah Seneca, seorang filsuf.

6. Pekerjaan budak mulai dari mengurus rumah hingga pertambangan

Ini Rasanya Jadi Budak di Masa Pemerintahan Romawi Kunoilustrasi kehidupan budak di Romawi kuno (meme-arsenal.com)

Ada beragam pekerjaan yang diberikan kepada para budak di zaman Romawi kuno. Mulai dari mengurus perkebunan atau agrikultur hingga rumah tangga. Bahkan ada pula yang menjadi guru hingga akuntan. Mereka yang mendapatkan pekerjaan ini tergolong beruntung karena mereka tak terlalu mempertaruhkan nyawa.

Berbeda dengan para budak yang akhirnya diperkerjakan sebagai pekerja tambang. Hampir tanpa dibayar, para budak tersebut juga harus bertaruh nyawa dengan kondisi sekitarnya. Mereka harus bersiap kehilangan nyawa akibat gas beracun hingga longsor.

7. Para budak tidak memiliki hak personal

Ini Rasanya Jadi Budak di Masa Pemerintahan Romawi Kunoilustrasi kehidupan budak di Romawi kuno (historyonthenet.com)

Di bawah hukum Romawi, para budak tidak memiliki hak untuk apa pun. Nyawa mereka sepenuhnya ada di tangan para majikan. Ini alasan mengapa ada banyak kekerasan yang terjadi pada masa perbudakan dan semua itu disebabkan sang majikan bisa melakukan berbagai hal kepada budak.

8. Para budak bisa bebas, namun itu tergantung para majikannya

Ini Rasanya Jadi Budak di Masa Pemerintahan Romawi Kunoilustrasi kehidupan budak di Romawi kuno (historyofyesterday.com)

Kebanyakan demi meraih kebebasan, para budak di zaman Romawi kuno memilih untuk melarikan diri. Akan tetapi, melarikan diri bukan satu-satunya cara agar bisa bebas.

Beberapa budak meraih kebebasannya dengan cara dilepaskan atau dijual oleh sang majikan dan itu semua berbeda-beda tiap majikannya. Ada pula yang harus membeli dirinya sendiri hingga menikah dengan majikannya.

Para budak yang meraih kebebasan lewat cara ini juga punya kesempatan besar untuk mendapatkan pengakuan kewarganegaraan. Ketika mendapatkan izin kewarganegaraan, para budak Romawi kuno berkesempatan bekerja. Hanya saja, pada saat itu ada stigma yang kuat kepada mereka, sehingga mereka harus bekerja tanpa terlihat oleh publik.

9. Perbudakan berperan penting dalam ekonomi dan kehidupan sosial di Romawi kuno

Ini Rasanya Jadi Budak di Masa Pemerintahan Romawi Kunoilustrasi kehidupan budak di Romawi kuno (historyhit.com)

Tidak diketahui secara pasti seberapa jauh pengaruh praktik perbudakan terhadap peradaban Romawi kuno. Mengingat adanya budak yang juga bekerja di kantor-kantor pemerintahan, para peneliti berpikiran bila kehidupan budak memegang peranan penting dalam kemajuan ekonomi pada saat itu.

Dipercayai ada budak yang tidak pernah mendapatkan kebebasannya sama sekali sedari mereka dilahirkan hingga mati. Bisa dibilang mereka yang menjalani kehidupan sebagai budak di masa Romawi kuno merasakan hari-hari bak di neraka.

Baca Juga: 11 Mitos tentang Spartacus, Si Pembebas Budak Romawi

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya