7 Sejarah Natal, dari Budaya Pagan ke Simbol Kelahiran

Ternyata Natal sudah ada bahkan sebelum diakui gereja

Akhir tahun sudah semakin dekat dan itu berarti tidak lama lagi kita akan merayakan natal. Akan ada banyak pohon natal yang dipasang di berbagai tempat yang bisa kamu lihat dengan beragam pernah-perniknya yang mencerahkan suasana.

Natal dirayakan pada 25 Desember dan seringnya diidentikkan dengan hari suci keagamaan Nasrani atas kelahiran Tuhan Yesus Kristus dari Nazaret. Padahal lebih dari itu, natal merupakan bentuk perayaan suatu kebudayaan yang terus mengalami perkembangan hingga kamu ketahui sekarang. Berikut ini adalah sejarah dari kemunculan hari raya natal ini.

1. Natal sudah dirayakan jauh sebelum kelahiran Yesus

7 Sejarah Natal, dari Budaya Pagan ke Simbol Kelahiranilustrasi Santo Nicolas (pasadenaweekly.com)

Mengingat Natal diidentikkan dengan kelahiran Yesus Kristus, kamu pasti berpikiran Natal mulai dirayakan saat atau setelah adanya kalender Masehi. Kenyataannya, orang-orang sudah merayakan Natal jauh sebelum itu.

Situs history.com menuliskan natal telah dirayakan di Eropa bahkan satu abad sebelum kelahiran Yesus. Perayaan tersebut dilakukan pada saat hari tergelap di musim dingin yang seringnya terjadi pada akhir Desember sebagai simbol selebrasi atas cahaya dan kelahiran.

Orang-orang merayakan hal itu dengan melihat kejadian-kejadian buruk yang terjadi selama musim dingin dan mengharapkan cahaya matahari yang berlangsung lebih lama.

2. Natal lebih erat kaitannya dengan budaya setempat

7 Sejarah Natal, dari Budaya Pagan ke Simbol Kelahiranilustrasi festival Yule Natal (stneotsmuseum.org.uk)

Perayaan natal pada saat itu terbilang berbeda-beda di tiap tempat. Di Skandinavia, Natal lebih dikenal dengan nama Yule dan dirayakan pada 21 Desember hingga awal Januari. Di sana, ayah dan anak cowok dalam suatu keluarga akan membawa beberapa batang kayu besar dan membakarnya.

Orang-orang lalu berpesta hingga api bakaran tersebut padam dan ini bisa berlangsung selama 12 hari. Orang-orang Norwegia percaya tiap percikan api merepresentasikan lahirnya babi atau sapi yang bisa diternakkan di tahun depannya.

Di Jerman pada masa itu, Natal lebih identik dengan kehadiran dewa bernama Oden yang datang di tengah-tengah musim salju. Orang Jerman begitu takut dengan dewa itu mengingat ia bisa terbang di malam hari, mengamati orang-orang, dan menentukan siapa yang layak mendapat berkah atau mendapat musibah. Oleh karena itu, pada waktu tersebut, orang Jerman merayakan Natal dengan cara mendekam di dalam rumah.

3. Nama Natal diambil dari bahasa Latin

7 Sejarah Natal, dari Budaya Pagan ke Simbol Kelahiranilustrasi suasana Natal (unsplash.com/Lynda Hinton)

Di Indonesia, perayaan hari tersebut dikenal sebagai Natal. Nama ini dapat membuatmu bingung mengingat di dalam terjemahan bahasa Inggrisnya, Natal diartikan sebagai Christmas yang mana pengadaptasian katanya sangat jauh. Kenyataannya, kata Natal diambil dari bahasa Latin Dies Natalis yang berarti hari kelahiran.

Kembali kepada bahasa Inggrisnya, yaitu Christmas, Britannica melansir bila kata tersebut punya arti mass on Christ’s Day atau misa di hari Kristus. Itulah mengapa selalu ada perayaan misa oleh penganut Nasrani saat malam dan hari 25 Desember.

Di negara lain, Natal dikenal dengan banyak nama. Untuk di Jerman, namanya adalah jōl, sedang untuk Anglo-Saxon, dikenal sebagai geōl. Spanyol navidad, Itali natale, dan Prancis Noël.

Baca Juga: 5 Fakta Tradisi Perayaan Halloween di Era Victoria, Super Seru!

4. Natal sebagai hari kelahiran Yesus Kristus sempat menuai perdebatan

7 Sejarah Natal, dari Budaya Pagan ke Simbol Kelahiranilustrasi perayaan Natal dan kelahiran Yesus Kristus (unsplash.com/Dan Kiefer)

Masih dari sumber yang sama, yaitu Britannica, disebutkan bila menentukan Natal sebagai perayaan hari lahir Yesus Kristus di kala itu cukup menimbulkan banyak kontra. Beberapa pihak menilai kelahiran Yesus Kristus tidak tepat dirayakan saat Natal mengingat Natal sendiri merupakan budaya pagan dan itu bertentangan dengan nilai keagamaan Nasrani.

Kenyataannya, tidak ada orang yang tahu secara pasti kapan lahirnya Yesus Kristus mengingat di Alkitab sendiri, tanggal lahir Yesus tak disebutkan. Pada akhirnya, di 211, Sextus Julius Africanus mempercayai hari lahir Yesus adalah 25 Desember. Pernyataan itu diakui oleh Paus Julius I dan akhirnya dirayakan secara universal hingga sekarang.

Beberapa informasi mengatakan 25 Desember sendiri merupakan dies solis invicti nati atau hari kelahiran matahari yang tak tertaklukkan. Dalam budaya Kerajaan Romawi, dies solis invicti nati merupakan hari libur populer yang merayakan simbol kehadiran kembali matahari yang mengusir musim dingin dan menjadi penanda kembalinya musim panas serta musim semi.

5. Perayaan Natal sempat ditiadakan

7 Sejarah Natal, dari Budaya Pagan ke Simbol Kelahiranilustrasi pelarangan Natal di Boston (boston.com)

Di Eropa sendiri, terdapat perubahan budaya perayaan Natal yang terjadi pada awal abad 17. Oliver Cromwell dan kelompok Puritannya sempat mengambil alih Inggris pada 1645 dan menyatakan untuk meniadakan perayaan Natal. Natal kembali dirayakan setelah Charles II kembali menjadi raja dan banyak warganya yang meminta hari tersebut kembali dirayakan.

Di Amerika, masalah serupa sempat terjadi pada 1620. Kala itu ada kelompok Puritan yang lebih ortodoks ketimbang Cromwell datang ke benua tersebut dan membuat koloni di Boston. Alhasil, pada 1659 hingga 1681, Boston melarang sama sekali adanya perayaan Natal.

6. Awal mula perayaan Natal di Indonesia sedikit banyak berhubungan dengan penjajahan

7 Sejarah Natal, dari Budaya Pagan ke Simbol Kelahiranilustrasi Natal di masa lalu (historytoday.com)

Tidak bisa dimungkiri, perayaan Natal masuk di Indonesia hampir bebarengan dengan hadirnya Kristen di sini mengingat Natal sudah menjadi simbol kelahiran Yesus Kristus. Akan tetapi, kapan pastinya budaya tersebut masuk, hal tersebut tidak diketahui secara jelas dikarenakan kurangnya catatan sejarah yang tertulis.

Pada 1966, terdapat tulisan dari J. Bakker SJ di majalah Basis yang mengatakan agama Katolik setidaknya sudah disebarkan di area Sumatra utara, pada abad ke-7. Itu berarti seharusnya Natal sudah dirayakan oleh sejumlah orang di Nusantara sejak abad tersebut.

7. Natal di Indonesia juga turut dirayakan dengan berbagai cara

7 Sejarah Natal, dari Budaya Pagan ke Simbol KelahiranIbadah perayaan Natal khusus anak di gereja Sion Toraja Penajam dipimpin pendeta Vinolia baru-baru lalu. IDN Times/Ervan Masbanjar

Layaknya di benua-benua lain, perayaan Natal di Indonesia juga beradaptasi dengan budaya setempat. Ini membuat perayaan Natal di tiap daerah Indonesia cukup berbeda satu sama lain.

Sebagai contoh, di beberapa gereja Yogyakarta, mereka mengadakan gelaran wayang kulit dengan tema Kelahiran Yesus Kristus untuk perayaan 25 Desember itu. Untuk di Flores, mereka menembakkan meriam bambu yang berisi kembang api.

Mengagetkan, bukan? Ternyata perayaan Natal lebih tua dari yang kamu bayangkan dan memiliki banyak bentuk. Kamu sendiri merayakan Natal tidak? Jika merayakan, seperti apa perayaannya?

Baca Juga: 5 Fakta Sejarah tentang Pohon Cemara dan Sinterklas di Perayaan Natal

Topik:

  • Abraham Herdyanto
  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya