Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
kupu-kupu raja yang hinggap di bunga aster (commons.wikimedia.org/Greg Thompson/USFWS)
kupu-kupu raja yang hinggap di bunga aster (commons.wikimedia.org/Greg Thompson/USFWS)

Intinya sih...

  • Kadal tropis kesulitan membedakan kepala dan ekor kupu-kupu Lycaenidae karena sayapnya menipu.

  • Predator sebenarnya mencari tubuh juicy dan kaya nutrisi, bukan sayap yang pahit. Kupu-kupu dapat melarikan diri dengan trik tersebut.

  • Studi entomolog menemukan bahwa ciri kepala palsu pada kupu-kupu berevolusi sebagai respons terhadap tekanan seleksi yang sama.

Bayangkan kamu sedang berjalan di taman tropis, lalu melihat seekor kadal kecil mengendap pelan, menatap kupu-kupu berwarna cerah yang hinggap di daun. Alih-alih menyerang kepala sang kupu-kupu, kadal itu justru menggigit bagian belakang sayapnya. Kupu-kupu pun melesat pergi, kehilangan sedikit bagian sayap tapi berhasil selamat. Adegan ini bukan sekadar kebetulan, tapi bagian dari strategi evolusi yang cerdas dari makhluk cantik bernama kupu-kupu.

Kupu-kupu dari keluarga Lycaenidae dikenal punya ilusi optik di sayap belakangnya yang membuat bagian tersebut terlihat seperti kepala. Pola warna, gerakan halus, bahkan struktur "ekor" kecil di sayap ikut membantu menciptakan kebingungan. Studi dari dua entomolog di Indian Institute of Science Education and Research, Thiruvananthapuram, membongkar bahwa penyamaran ini bukan hasil dari satu gen sederhana, melainkan interaksi kompleks banyak gen yang bekerja untuk menciptakan struktur dan pola simetris yang membingungkan predator. Evolusi, dalam kasus ini, tampak seperti seniman ulung yang merancang kostum perlindungan paling elegan di alam liar.

Sayap bukan makanan lezat

Mengutip dari laman Science Alert, predator sebenarnya memburu tubuh yang juicy dan kaya nutrisi. Namun, "kepala palsu" yang terlihat di ujung ekor lebih dari 900 spesies kupu-kupu Lycaenidae membuat banyak predator berakhir dengan mulut penuh sisik sayap belakang yang berdebu dan rasa pahit.

Sementara itu, kupu-kupu dapat melarikan diri dengan hanya beberapa robekan pada sayapnya, menjaga organ vital tetap utuh.

Beberapa trik yang digunakan

ilustrasi kupu-kupu hinggap di daun (pexels.com/Phil Mitchell)

Tidak semua spesies menggunakan pendekatan yang sama. Airamanna columbia menghasilkan beberapa "antena" dan mata merah. Sedangkan Arawacus aetolus menggabungkan realisme dengan efek grafis yang mencolok untuk membingungkan musuh.

Entomolog Tarunkishwor Yumnam dan Ullasa Kodandaramaiah menggunakan basis data gambar online dan pohon keluarga yang diketahui dari 928 spesies kupu-kupu untuk menentukan bagaimana ciri-ciri kepala palsu berevolusi, termasuk antena palsu, bintik sayap belakang, warna mencolok, kontur kepala palsu, dan garis konvergen.

Mereka menemukan bahwa semua ciri-ciri ini, kecuali garis konvergen, telah berevolusi dalam korelasi yang erat, menunjukkan bahwa efek gabungan dari ciri-ciri tersebut telah bekerja secara bersamaan selama bergenerasi-generasi, menjadi semakin kompleks seiring waktu.

“Kami menemukan bahwa sebagian besar ciri kepala palsu pada kupu-kupu berevolusi dalam pola yang berkorelasi, kemungkinan sebagai respons terhadap tekanan seleksi yang sama,” tulis Yumnam dan Kodandaramaiah.

Oleh karena itu, studi ini memberikan dukungan makroevolusi untuk gagasan bahwa kepala palsu berevolusi sebagai konfigurasi adaptif dari ciri-ciri anti-predator.

Editorial Team