Fakta Unik Sedatefobia, Rasa Takut Berlebihan terhadap Keheningan

Jangan tinggalkan mereka sendiri!

Di dunia yang semakin modern ini, keheningan adalah sesuatu yang langka. Kebanyakan dari kita yang sudah lelah dengan hiruk-pikuk metropolitan ingin runaway ke tempat di mana hanya suara jangkrik atau kodok yang menemani malam.

Namun, ternyata ada yang sudah saking terbiasa dengan suara bising tersebut, sehingga saat suara itu hilang, dia panik sendiri. Kondisi psikologi tersebut adalah sedatefobia. Mari kenali seluk-beluk ketakutan yang dibilang langka ini.

1. Apa itu sedatefobia?

Fakta Unik Sedatefobia, Rasa Takut Berlebihan terhadap Keheninganunsplash.com/@enjoythesilence

Sedatefobia berakar dari dua kata Latin dan Yunani: "sedatus" (yang berarti keheningan) dan φόβος (yang berarti takut). Jika digabungkan, sedatefobia adalah ketakutan seseorang pada keheningan.

Walaupun jarang terdengar di masyarakat beberapa dekade yang lalu, di zaman modern ini, ketakutan tersebut semakin banyak di derita orang. Bahkan beberapa ahli hipnosis dan psikiater mengatakan bahwa angka pengidap sedatefobia akan melonjak di masa depan di mana keheningan adalah hal yang langka.

Bukannya takut terhadap kegelapan, sedatefobia hanya tidak sanggup bertahan menghadapi keheningan. Mereka membutuhkan seseorang atau bunyi dengan frekuensi sebesar apapun.

2. Mengapa seseorang bisa mengidap sedatefobia?

Fakta Unik Sedatefobia, Rasa Takut Berlebihan terhadap Keheninganpexels.com/kat jayne

Seperti fobia pada umumnya, biasanya sedatefobia disebabkan oleh trauma atau kehilangan pada masa lampau. Seperti contohnya, seorang anak yang biasa dihukum dikurung di dalam kamar mandi atau gudang yang sepi tanpa suara biasanya akan rentan mengidap sedatefobia.

Namun, para psikiater juga memaparkan bahwa perkembangan teknologi juga salah satu pemicunya. Sudah terbiasa dengan bising TV dan klakson kendaraan, bagi beberapa orang, mereka sulit berkonsentrasi tanpa suara tersebut di sekeliling mereka.

3. Apa saja gejala sedatefobia?

Suara bising memang menyebalkan, apalagi ketika kamu sedang sakit gigi. Namun, hal tersebut tidak sebanding dengan apa yang dirasakan pengidap sedatefobia saat ditinggalkan dalam keheningan.

Selain tekanan psikologis, berikut adalah gejala yang menyertai pengidap sedatefobia:

  • Gemetar,
  • Bibir kering dan telapak tangan berkeringat,
  • Disfungsi sosial,
  • Menangis dan tidak bisa mengendalikan diri,
  • Jantung berdebar-debar, mual, pusing, serta
  • Depresi

Tidak jarang pengidap sedatefobia yang sudah terpojok mempunyai pikiran ingin bunuh diri. Malah, waktu tidur yang seharusnya menjadi waktu ternikmat di satu hari dapat menjadi ujian tersendiri bagi pengidap sedatefobia.

Walaupun tidak ditinggalkan sendirian, pengidap sedatefobia pun dapat merasa kesusahan jika harus bekerja atau mengerjakan tugas di lingkungan yang hening. Pengidap sedatefobia akan sangat dirugikan di kala menghadapi ujian di sekolah dalam keadaan yang hening.

4. Sedatefobia, monofobia, dan phasmofobia

Fakta Unik Sedatefobia, Rasa Takut Berlebihan terhadap KeheninganUsnplash/Atharva Tulsi

Pengidap sedatefobia dapat juga mengalami dua fobia yang juga dapat dikaitkan dengan keheningan: monofobia dan phasmofobia. Monofobia, sesuai namanya, adalah ketakutan akan kesendirian. Sementara, phasmofobia, adalah ketakutan akan hantu.

Keheningan kerap dikaitkan dengan malam yang hening dan hantu. Dengan kata lain, pengidap sedatefobia juga dapat mengembangkan rasa takut pada perasaan ditinggalkan sendiri dan makhluk tak kasat mata yang suka muncul secara tiba-tiba tersebut. Hal tersebut membuka kemungkinan bahwa selain trauma, depresi dan delusi paranoid adalah penyebab utama sedatefobia yang bercabang hingga ke monofobia dan phasmofobia.

5. Bagaimana mengobati sedatefobia?

Fakta Unik Sedatefobia, Rasa Takut Berlebihan terhadap Keheninganpexels.com/ivandrei pretorius

Ketakutan ada untuk ditaklukkan, dan penyakit ada untuk diobati.

Oleh karena itu, tidak mustahil untuk pulih dari sedatefobia. Seperti yang sudah-sudah, salah satu cara untuk mengobati sedatefobia adalah dengan terbuka pada sekitar, terutama pada keluarga dan orang-orang tersayang.

Dengan menjadi terbuka, pengidap sedatefobia mendapatkan dukungan secara moral untuk pulih dari traumanya terhadap keheningan. Berkonsultasi dengan psikiater juga dapat membantu pengidap sedatefobia. Psikiater akan mencoba tiga terapi perilaku utama untuk menyembuhkan ketakutan akan keheningan tersebut:

  • Terapi perilaku kognitif: psikiater mencoba mengubah cara pandang dan respons negatif pengidap sedatefobia terhadap keheningan.
  • Pemrograman Neurolinguistik: psikiater mencoba memperbarui pola pikir pengidap sedatefobia untuk menghilangkan ketakutannya terhadap keheningan.
  • Terapi desensitisasi sistematis: psikiater memaparkan pengidap sedatefobia secara bertahap dengan keheningan mulai dari yang ringan hingga ekstrem.

Jika ingin mencabut, cabutlah hingga akar-akarnya. Pada dasarnya, ketiga terapi tersebut bertujuan untuk melacak trauma masa lalu dari pengidap sedatefobia lalu menuntaskannya.

Itulah serba-serbi ketakutan terhadap keheningan. Sedatefobia dapat disembuhkan, dan memang harus disembuhkan untuk memperbaiki kualitas hidup pengidapnya. Semoga cepat sembuh!

Baca Juga: 7 Fobia Ini Benar-benar Gak Biasa, Bikin Banyak Orang Heran

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya