Penghargaan Nobel Kimia Beri Harapan Baru untuk Penyuntingan Gen

Harapan baru untuk menyunting gen makhluk hidup!

Pada hari Senin (5/10/2020), penghargaan Nobel di bidang pengobatan diberikan pada peneliti Amerika dan Inggris atas penemuan terbaru mengenai virus Hepatitis C. Lalu, pada Selasa (6/10/2020) kemarin, penghargaan Nobel di bidang Fisika diberikan kepada tiga peneliti atas penemuan terbaru mengenai "rahasia tergelap alam semesta", yakni lubang hitam.

Pada Rabu (7/10/2020), penghargaan Nobel di bidang Kimia pun diberikan kepada dua profesor Amerika Serikat (AS) - Prancis, Jennifer A. Doudna & Emmanuelle Charpentier, yang telah menemukan gebrakan terbaru untuk penyuntingan gen, yaitu "gunting genetika" untuk CRISPR-Cas9.

1. Gunting genetika CRISPR-Cas9, harapan baru untuk mengedit gen makhluk hidup

"Gunting genetika" CRISPR-Cas9 yang ditemukan oleh Doudna dan Charpentier digadang-gadang akan merubah cara pandang ilmu pengetahuan molekuler untuk mengubah struktur DNA makhluk hidup, dari manusia, hewan, tumbuhan, hingga mikroorganisme dengan akurasi tinggi.

Bukan hanya untuk pemuliaan tanaman, dilansir dari siaran pers komite Nobel, "gunting genetika" CRISPR-Cas9 tersebut bisa memberi pondasi untuk terapi kanker yang lebih inovatif dan efektif, serta mewujudkan harapan untuk sembuh penyakit genetik.

Saat mengumumkan pemenangnya, Göran K. Hansson, sekretaris jenderal Akademi Ilmu Pengetahuan Swedia, mengatakan bahwa penemuan ini dapat "menuliskan kembali kode kehidupan". Pada 2019, penghargaan Nobel di bidang Kimia dianugerahkan pada tiga peneliti atas penemuan baterai litium ion.

2. Kisah penemuan gunting genetika CRISPR/Cas9, berawal dari bakteri

Semua bermula pada 2011, saat Charpentier dan Doudna menemukan molekul bernama tracrRNA saat meneliti bakteri Streptococcus pyogenes.

Molekul tracrRNA tersebut adalah bagian dari sistem imun CRISPR-Cas yang mematikan virus dengan "menggunting" DNA-nya. Setelah menemukan "gunting DNA" tersebut, Charpentier dan Doudna kemudian mengisolasi CRISPR-Cas tersebut dalam tabung reaksi dan menyederhanakan komponennya agar mudah digunakan.

Ternyata, "gunting DNA" tersebut dapat diprogram ulang agar bisa "memotong" DNA virus di lokasi yang telah ditentukan! Temuan Charpentier dan Doudna, "A programmable dual-RNA-guided DNA endonuclease in adaptive bacterial immunity", dirilis pada Agustus 2012.

Sejak saat itu, penggunaan "gunting genetika" CRISPR-Cas9 menjamur, dari berkontribusi pada penelitian tanaman unggul hingga inovasi pada uji klinis terapi kanker yang baru. Untuk penyakit genetik, "gunting genetika" CRISPR-Cas9 diuji untuk menyembuhkan anemia sel sabit, penyakit genetik yang diderita jutaan orang di dunia.

Baca Juga: 10 Senjata Kimia Populer Paling Mematikan Zaman Dulu, Efeknya Ngeri!

3. Charpentier dan Doudna jadi kelompok wanita pertama yang memenangkan penghargaan Nobel

Penghargaan Nobel di berbagai bidang dari sains hingga kemanusiaan ditujukan untuk menghormati penemu dan peneliti asal Swedia, Alfred Nobel, yang wafat pada 1896. Dalam sejarah 185 pemenang Nobel di bidang kimia, salah satu penghargaan tertinggi sains tertinggi itu sudah dianugerahi untuk 7 wanita.

Charpentier dari University of Berkeley, AS, dan Doudna dari Max Planck Unit for the Science of Pathogens, Jerman, adalah pemenang ke-6 dan ke-7, serta kelompok wanita pertama yang memenangkan penghargaan tersebut. Kedua peneliti akan mendapatkan hadiah sebesar 10 juta krona Swedia (Rp16,2 miliar).

"Saya harap penghargaan Nobel ini mendorong para gadis muda yang ingin mengejar impiannya dalam bidang sains dan menunjukkan bahwa wanita pun bisa berdampak pada kemajuan sains melalui berbagai penelitian," papar Charpentier dalam konferensi pers.

4. Pakar: Gunting genetika adalah ladang ranjau untuk penghargaan Nobel

Penghargaan Nobel Kimia Beri Harapan Baru untuk Penyuntingan Gensciencenewsforstudents.org

Beberapa ahli menyatakan bahwa penganugerahan penghargaan Nobel untuk Charpentier dan Doudna bisa menjadi "ladang ranjau" untuk kredibilitas Nobel. Selain banyaknya peneliti yang meneliti CRISPR, hal ini disebabkan oleh teknologi CRISPR yang patennya diperebutkan di AS.

Selain itu, tanpa adanya regulasi yang jelas dari pemerintah, "gunting genetika" CRISPR/Cas9 bisa membuka jalan untuk designer baby, bayi yang kode genetiknya sudah dimodifikasi, sehingga melanggar kode etik. Jika bayi-bayi ini tumbuh dan beranak-pinak, maka modifikasi gen tersebut bisa diwariskan pada keturunan selanjutnya.

5. Kasus He Jiankui: Menciptakan designer baby yang kebal HIV

Penghargaan Nobel Kimia Beri Harapan Baru untuk Penyuntingan Gencbs4indy.com

Berbicara mengenai designer baby, maka dunia ingat akan kasus pada akhir 2019 yang melibatkan peneliti dari Southern University of Science and Technology di Shenzhen, Tiongkok, He Jiankui.

Pada November 2018, Jiankui memperkenalkan bayi perempuan kembar, Lula dan Nana, dan mengklaim bahwa mereka kebal HIV sesudah memodifikasi gen CCR5-nya. Meneliti embrio manusia tanpa izin, eksperimen Jiankui dikecam oleh dunia karena melanggar etika sains. Tidak hanya itu, ternyata Jiankui memalsukan dokumen agar penelitiannya lolos peninjauan etika dan embrio tersebut bisa langsung ditanamkan.

Akhirnya, Jiankui ditangkap dan divonis tiga tahun penjara serta denda tiga juta yuan. Sementara, bayi Lulu dan Nana dipantau secara medis oleh pemerintah provinsi Guangdong.

Baca Juga: Belajar Kimia, yuk! Ini 7 Simbol Bahan Kimia dan Artinya

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya