11 Peristiwa Berdarah yang Warnai Sejarah Panjang Yerusalem

Konflik ini sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu

Yerusalem adalah salah satu kota paling suci di dunia, memainkan peran penting dalam tiga ajaran Abrahamik - Yudaisme, Kristen, dan Islam - dan juga sebagai rumah dari beberapa tempat suci, kuil, gereja, dan lokasi paling strategis. Sebagai ibu kota dari beberapa kerajaan terbesar yang diketahui dalam sejarah, Yerusalem menjadi semacam sepak bola politik, berpindah tangan dari satu kerajaan ke kerajaan berikutnya. Yerusalem ditangkap dan direbut kembali lebih dari 20 kali, dengan beberapa peristiwa yang disebut "Pengepungan Yerusalem."

Meskipun menjadi kota yang terkenal dengan orang-orang suci seperti Raja Daud, Yesus, dan Muhammad, kota ini menjadi tempat yang penuh kekerasan dan tragedi besar dalam sejarah selama ribuan tahun. Berikut adalah garis besar dari beberapa peristiwa berdarah terbesar yang menimpa Kota Suci ini.  

1. Yerusalem pra-Israel adalah kota yang dikendalikan Mesir

https://www.youtube.com/embed/-2XS3vmVGjU

Menurut Ancient History Encyclopedia, tidak ada yang tahu pasti dari mana asal nama "Yerusalem". Sebagian besar berpendapat bahwa nama itu berasal dari kata Sumeria yang berarti "meletakkan dasar", meskipun beberapa orang berpendapat bahwa itu berasal dari nama "Shalem," dewa senja Kanaan. Atau, kata ini memiliki akar linguistik yang sama dengan kata Ibrani shalom atau kata Arab salam, yang berarti "damai".

Terlepas dari asal namanya, kota Yerusalem hampir tidak pernah merasakan kedamaian dalam sejarah panjangnya. Orang-orang paling awal yang tinggal di Yerusalem adalah orang Kanaan, kelompok Zaman Perunggu akhir yang diperkirakan telah berkembang menjadi orang Israel melalui evolusi politeisme mereka menjadi agama yang lebih berpusat pada YHWH.

Alkitab mengatakan bahwa bapa bangsa Israel, Abraham, datang dari Kanaan sebelum keturunannya menjadi budak di Mesir. Yerusalem adalah ibu kota negara di bawah kendali Mesir yang dipimpin oleh Thutmose III. Memang, Yerusalem pada akhirnya lolos dari kendali Mesir, tetapi kemerdekaannya justru menjadi pertanda buruk selama berabad-abad kemudian. 

2. Yerusalem lolos dari pengepungan kerajaan Asyur

11 Peristiwa Berdarah yang Warnai Sejarah Panjang Yerusalemwatchjerusalem.co.il

Hanya beberapa generasi setelah kematian Sulaiman (Solomo), raja yang menurut Alkitab mengangkat Kerajaan Israel ke puncak kejayaan tertinggi. Raja Israel dan Yehuda memiliki sejarah panjang sebagai pemerintahan yang korup dan tidak efektif, membuatnya menjadi kerajaan kecil yang terjepit di antara kekuatan yang lebih besar, Mesir di barat dan Asyur yang terkenal agresif di timur.

Seperti yang dijelaskan Jewish Virtual Library, wilayah kecil dari dua kerajaan Ibrani menjadi masalah besar bagi bangsa Israel dan Yehuda. Pada 722 SM, Asiria (Asyur), kekaisaran yang dominan di wilayah tersebut pada saat itu, menaklukkan kerajaan utara, merebut ibu kota Samaria dan mengusir penduduknya. Suku-suku utara kemudian tersebar di seluruh Kekaisaran Asyur, yang dikenal sebagai "sepuluh suku Israel yang hilang". 

Ibu kota selatan, Yerusalem, lolos dari nasib yang sama. Raja Asiria juga mengepung Yerusalem setelah jatuhnya Samaria tetapi gagal. Raja Yehuda, Hizkia, menyuap raja Asiria, tetapi raja Asiria tidak menghentikan pengepungannya. Menurut Alkitab, ancaman Asiria berakhir ketika Tuhan mengirimkan malaikat yang membunuh 185.000 tentara Asiria dalam semalam. Para peneliti mengartikan bahwa hal tersebut mungkin saja wabah yang menyerang tentara Asiria dan secara kebetulan menyelamatkan Yerusalem. 

3. Yerusalem dihancurkan untuk pertama kalinya

https://www.youtube.com/embed/xrmTw0WroQ8

Meskipun Kerajaan Yehuda lolos dari nasib buruk ketika orang Asyur datang, tetapi mereka tidak seberuntung itu ketika kerajaan besar berikutnya datang ke kota. Salah satu bencana terbesar dalam sejarah Yahudi terjadi pada tahun 587 SM, ketika Nebukadnezar, raja dari Kekaisaran Neo-Babilonia, menghancurkan kota Yerusalem, menghancurkan kuil Sulaiman, dan mengusir orang-orang Yehuda dari wilayah tersebut. 

Menurut Encyclopedia Britannica, pengepungan Babilonia pertama atas Yerusalem terjadi satu dekade sebelumnya. Raja Yehuda Yoyakhin disingkirkan dari takhtanya, dan diganti dengan raja boneka yang dikendalikan oleh Babilonia, paman Yoyakhin, Zedekia. Namun, setelah Zedekia memberontak melawan Babilonia dengan bantuan orang Mesir, Nebukadnezar kembali dan menghancurkan kota tersebut setelah pengepungan selama berbulan-bulan, di mana orang-orang Yerusalem sangat menderita karena kelaparan dan kehausan, seperti yang dijelaskan dalam Kitab Ratapan.

Setelah kota dan kuil dihancurkan, sebagian besar orang Yahudi di Palestina dideportasi secara paksa ke Babilonia, di mana mereka ditahan sekitar 50 hingga 70 tahun. Warga Yahudi yang masih menetap di Babilonia setelah pengasingan membentuk komunitas pertama, kemudian dikenal sebagai Diaspora Yahudi. 

4. Yerusalem dipulihkan kembali oleh Koresh Agung 

https://www.youtube.com/embed/tzalMfAXP3M

Kerajaan tidak bertahan selamanya, dan selalu ada yang lebih kuat dan siap untuk mengambil alih yang lemah. Sama seperti orang Asiria yang telah dikalahkan oleh orang Babilonia, begitu pula orang Babilonia yang jatuh ke penakluk terbesar yang pernah ada di dunia pada saat itu: Koresh Agung, pemimpin Kerajaan Persia.

Seperti yang dijelaskan Jewish Virtual Library, Cyrus (Koresh Agung) adalah seorang Zoroaster, ia percaya bahwa alam semesta bersifat dualistik, terbagi menjadi yang baik dan yang jahat. Melalui penaklukan seluruh dunia, dia ingin mendapatkan kemenangan di bawah komando Persia. Cyrus mengagungkan YHWH, yang dia pandang sebagai salah satu dewa yang baik. 

Dengan demikian, ketika Cyrus menaklukkan Mesopotamia, dia membebaskan orang Yahudi yang diasingkan dan mengirim mereka kembali ke Yehuda untuk membangun kembali bait suci. Antara 538 dan 518 SM, orang-orang Yehuda yang kembali membangun kuil kedua di atas reruntuhan kuil Salomo, ternyata banyak orang Yahudi yang dideportasi memilih untuk tinggal di Babilon. Periode Bait Kedua, Yehuda didirikan kembali sebagai negara teologis, dengan gaya baru Yudaisme yang sangat dipengaruhi oleh Zoroastrianisme. 

Baca Juga: 10 Kreasi Makanan yang Harus Kamu Coba Saat Berada di Yerusalem

5. Jatuhnya Yerusalem di tangan kekuasaan Yunani

11 Peristiwa Berdarah yang Warnai Sejarah Panjang Yerusalemkankanjournal.com

Kekaisaran Persia menemui ajalnya di tangan Alexander the Great pada 330 SM. Akibatnya, Yehuda dan ibukotanya, Yerusalem, jatuh di bawah kendali Makedonia. Namun, umur Alexander tidak panjang, ia meninggalkan kerajaan besarnya yang berkisar dari Yunani hingga Asia Tengah di bawah komando sekelompok jenderal yang tidak dapat memutuskan siapa yang harus memimpin. Seperti yang diungkapkan Ancient History Encyclopedia, Yehuda, meskipun awalnya dikendalikan oleh dinasti Ptolemeus dari Mesir, jatuh di bawah kendali Kekaisaran Seleukia sekitar 200 SM pada masa pemerintahan kaisar Seleukia Antiokhos III. 

Bagian dari tujuan penaklukan Alexander adalah menyebarkan budaya Yunani ke seluruh dunia, dan penerusnya berusaha untuk melanjutkan misi itu, men-Helenisasi tanah di bawah kendali mereka. Upaya Helenisasi Yerusalem berhasil mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Antiokhos IV Epifanes, dia mencemarkan nama baik Bait Suci di Yerusalem dengan menjadikannya tempat penyembahannya.

Hal ini menyebabkan pemberontakan untuk melawan Seleukia yang dipimpin oleh Yehuda Makabe dan saudara-saudaranya, yang merebut kembali Bait Suci dan mendedikasikannya kembali untuk menyembah YHWH. (Inilah tentang Hanukkah.) Keberhasilan pemberontakan tersebut menyebabkan berdirinya kerajaan Yudea baru yang dipimpin oleh dinasti Hasmonean yang didirikan oleh saudara laki-laki Yehuda Makabe, Simon. 

6. Yerusalem diruntuhkan kembali untuk kedua kalinya

https://www.youtube.com/embed/fqrst-VzZM4

Sekitar 100 tahun, orang-orang Yahudi menikmati otonomi tidak mutlak selama kerajaan Hasmonean, tetapi itu tidak permanen. Seperti yang dilansir dari Jewish Virtual Library, pada 37 SM, Hasmonean dikalahkan dan digantikan oleh Herodes Agung, seorang raja boneka Yahudi Romawi. Kaum Herodian memerintah selama beberapa tahun, memimpin proyek infrastruktur besar-besaran di Yerusalem, termasuk merombak Bait Suci. Namun, pada 6 M, Yehuda (disebut Yudea oleh orang Romawi) jatuh di bawah kendali Romawi. 

Upaya Romawi untuk menekan gaya hidup Yahudi melebihi upaya Antiokhos IV, dan menyebabkan beberapa pemberontakan oleh orang Yudea. Pemberontakan ini akhirnya dipadamkan oleh kaisar Romawi Titus, yang pada tahun 70 M, memimpin pasukannya untuk membakar Yerusalem dan Bait Kedua. Ratusan ribu orang Yahudi dibunuh atau dijual sebagai budak akibat pengepungan ini, dan setelah satu pemberontakan terakhir pada tahun 132 M, Yerusalem dibajak dan diganti namanya menjadi Aelia Capitolina. Yudea pun mendapat nama baru juga: Palestina. 

7. Dari Romawi, Persia, hingga Arab

11 Peristiwa Berdarah yang Warnai Sejarah Panjang Yerusalemhumanhistoryinbrief.net

Setelah penghancuran Yerusalem oleh orang Romawi, ia dibangun kembali seperti kota khas Romawi yang dikenal sebagai Aelia Capitolina. Orang Yahudi tidak diizinkan masuk ke kota - aturan itu diberlakukan dengan hukuman mati - kecuali pada hari libur Yahudi di Tisha B'Av, hari berkabung atas penghancuran Kuil, dan di antara bencana lainnya. Namun, seperti yang dijelaskan Enjoy Jerusalem, setelah agama Kristen diadopsi sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi pada 324 M, kaisar Konstantin dan penerusnya memerintahkan pembangunan situs suci Kristen, seperti Gereja Makam Kudus di seluruh kota.

Selama periode Bizantium, Yerusalem, yang masih bernama Aelia, menjadi salah satu dari lima kota utama bagi agama Kristen, bersama dengan Roma, Konstantinopel, Antiokhia, dan Alexandria. Selama tiga abad berikutnya, Yerusalem relatif stabil di bawah Bizantium, namun tidak bertahan lama. 

Pada awal abad ketujuh, Yerusalem beralih kekuasaannya dari Bizantium ke Persia dan kembali ke Romawi lagi sebelum dikepung lagi pada 636 M oleh Muslim Arab. Yerusalem menjadi salah satu kota paling suci dalam Islam, dan penaklukan orang Arab mengislamkan kota itu dengan proyek infrastruktur besarnya. Mereka membangun Kubah Batu (Sakhrah) dan Masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam, keduanya berdiri di situs Kuil Yahudi yang hancur. Yerusalem menikmati periode stabilitasnya di bawah kekhalifahan Umayyah. 

8. Tentara Salib dan Muslim yang saling memperebutkan Yerusalem

https://www.youtube.com/embed/HProiNnmGwI

Pada akhir abad ke-11, Kekaisaran Bizantium Kristen semakin kehilangan wilayahnya karena Turki Seljuk, dan terlepas dari ketegangan yang sedang berlangsung antara gereja-gereja Timur dan Barat, kaisar Bizantium meminta bantuan Paus untuk melawan penjajah Muslim. Pada 1095, paus mengirim pasukan Kristen Eropa untuk membantu Bizantium membebaskan Kota Suci Yerusalem dari tangan Muslim.

Seperti yang dijelaskan History, ini adalah awal dari rangkaian gerakan yang dikenal sebagai Perang Salib. Setelah bergabung dengan para pemimpin Bizantium, Tentara Salib berbaris di Yerusalem pada 1099, ketika kota itu berada di bawah kendali Dinasti Fatimiyah dari Mesir, musuh-musuh Seljuk. 

Setelah pengepungan selama sebulan, Tentara Salib berhasil menggulingkan Kekhalifahan Fatimiyah dari Yerusalem, membantai hampir semua penduduk Muslim dan Yahudi di kota itu. Bangsa Eropa yang menginvasi mendirikan empat negara Tentara Salib, diantaranya Kerajaan Yerusalem, dengan imigran Kristen untuk menghalangi kembalinya Muslim dan Yahudi.

Pada 1187, jenderal Muslim Saladin memimpin gerakan melawan Kerajaan Kristen Yerusalem dan merebut kembali kota itu untuk Muslim dan Yahudi, mengusir orang Kristen Barat. Pada 1229, Perang Salib Keenam membawa kembali Yerusalem dalam kendali Kristen, tetapi ini tidak bertahan lama, dan Muslim kembali merebut kota itu. 

9. Yerusalem berjaya dan hancur di tangan Kekaisaran Ottoman

https://www.youtube.com/embed/YMpfdpHPNDE

Saat Perang Salib berakhir, Yerusalem dan sebagian besar Timur Tengah jatuh di bawah kendali sebuah dinasti yang dikenal sebagai Kesultanan Mamluk hingga tahun 1517, di mana Turki Utsmaniyah muncul dengan kekuatan yang dominan di wilayah tersebut selama empat abad berikutnya. Seperti yang dijelaskan Jewish Virtual Library, Yerusalem mengalami pembaruan di bawah pemerintahan kaisar Ottoman Suleiman the Magnificent, yang memperbaiki infrastruktur dan meningkatkan imigrasi ke kota dengan mengembalikan orang-orang Yahudi.

Yerusalem berkembang menjadi kota kebebasan beragama dan pencerahan intelektual. Namun, ini tidak bertahan lama, dan kualitas pemerintahan Ottoman menurun seiring waktu. Pada akhir abad ke-18, kota itu mengalami stagnasi ekonomi. Tetapi di abad ke-19, beberapa kemajuan mulai terbentuk di kota ketika kekuatan Barat mulai menunjukkan minat di Yerusalem lagi, melalui karya dari kelompok misionaris dan studi arkeologi. Hal ini menciptakan perkembangan modernisasi, seperti jalur kereta api, telegraf, dan layanan pos, tetapi masuknya populasi dari berbagai etnis dan agama menginspirasi semangat nasionalis Zionisme di antara beberapa orang Yahudi Israel, yang menyebabkan banyak konflik modern di wilayah tersebut, mereka ingin menumbuhkan kembali kedaulatan Yahudi di tanah itu. 

10. Yerusalem berada di bawah kendali Inggris

https://www.youtube.com/embed/7VBlBekw3Uk

Kekaisaran Ottoman runtuh setelah Perang Dunia I, dan setelah Pertempuran Yerusalem tahun 1917, Kota Suci sekali lagi berpindah tangan. Seperti yang dijelaskan Time, sebuah mandat yang dibuat pada tahun 1920 menempatkan Yerusalem dan daerah sekitarnya di bawah kendali Kerajaan Inggris, wilayah itu berganti nama menjadi Mandatory Palestine. Selama periode ini, lebih banyak orang Yahudi yang bermigrasi ke Eropa mulai kembali ke Palestina ketika berada di bawah kendali Eropa. Populasi Yahudi yang terus meningkat, yang memandang Palestina sebagai wilayah milik mereka, akhirnya memicu ketegangan dengan gerakan nasionalis Arab yang berkembang pada saat itu. 

Menurut Jewish Virtual Library, pada tahun 1920-an kelompok-kelompok nasionalis Arab mulai melakukan bom bunuh diri untuk meneror para imigran Yahudi agar keluar dari Palestina. Selama dekade tersebut, serangkaian kerusuhan yang dicetuskan kelompok-kelompok Arab, terjadi pada tahun 1920 dan 1929. Beberapa dari aksi kekerasan ini sebenarnya dipicu oleh Inggris, yang berharap untuk menghilangkan gerakan Zionis di Palestina. Dengan dorongan Inggris, banyak kelompok teroris menggunakan kekerasan terhadap warga sipil untuk membendung imigrasi Yahudi. 

11. Sejarah kekerasan di Yerusalem modern

https://www.youtube.com/embed/Bno1m1zhIWs

Mandat Inggris atas Palestina berakhir pada tahun 1947, pada saat itu Perserikatan Bangsa-Bangsa mengusulkan untuk membagi Palestina menjadi negara Yahudi dan negara Arab. Namun, rencana ini tidak berhasil, karena orang-orang Arab tidak menyetujuinya, akhirnya Israel mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1948.

Seperti yang dijelaskan oleh Encyclopedia Britannica, hal ini menyebabkan perang Arab-Israel yang pertama. Pasukan dari lima negara Arab menyerbu dan menduduki daerah di timur dan selatan Palestina dan merebut Yerusalem timur. Perang 1948 membuat Yerusalem (dan Israel) terpecah, dengan adanya gencatan senjata yang berarti Tepi Barat menjadi bagian dari Yordania dan Jalur Gaza menjadi bagian dari Mesir. Israel menganggap perang ini sebagai perang kemerdekaannya, dan setelah itu, Yerusalem dideklarasikan sebagai ibu kotanya. 

Menurut History, tidak pernah ada habisnya konflik antara orang Arab dan Israel sejak 1948, termasuk Krisis Suez tahun 1956 tentang penguasaan Terusan Suez; Perang Enam Hari pada tahun 1967, di mana Israel merebut kembali Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Dataran Tinggi Golan; Perang Yom Kippur pada tahun 1973, sekali lagi menguasai Dataran Tinggi Golan; Perang Lebanon pada tahun 1982; dan berbagai pemberontakan dan kekerasan oleh kelompok militan.

Hingga hari ini, kedua belah pihak mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota mereka, begitu banyak negara mempertahankan kedutaan mereka di Tel Aviv sampai resolusi antara kedua kelompok dapat dicapai. 

Baca Juga: 10 Kreasi Makanan yang Harus Kamu Coba Saat Berada di Yerusalem

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya