12 Fakta Mengerikan Proyek Senjata Biologi Jepang pada Perang Dunia II

Kejam dan tidak manusiawi

Kita sudah tidak asing dengan eksperimen manusia yang dilakukan oleh Nazi dalam Perang Dunia II, tapi bagaimana jika eksperimen manusia itu juga pernah dilakukan oleh Jepang. Selama Perang Dunia II, Tentara Kekaisaran Jepang melakukan berbagai eksperimen pada manusia, sebagai perang biologis mereka. Banyak tawanan yang disetrum, ditembak, dibekukan, dan bahkan dimasukkan ke dalam ruang bertekanan tinggi. Selain itu, Jepang bereksperimen dengan berbagai penyakit, termasuk antraks dan pes untuk menciptakan bom biologis. 

Salah satu alasan mengapa eksperimen ini kurang terkenal adalah karena pemerintah Amerika Serikat tidak menuntut para dokter dan peneliti Jepang atas kejahatan perang dengan imbalan informasi yang mereka peroleh. Namun, Uni Soviet memutuskan untuk uji coba dan merilis semua kesaksian, ternyata ada banyak laporan yang diterima.

Selama bertahun-tahun, Jepang mengakui beberapa kekejaman yang terjadi di berbagai unit perang biologis, tetapi banyak buku Jepang yang tidak memasukkan rincian Unit 731. Berikut adalah gambaran di dalam proyek biologis Perang Dunia II oleh Jepang.

1. Apa itu Unit 731?

12 Fakta Mengerikan Proyek Senjata Biologi Jepang pada Perang Dunia IImilitary.wikia.com

Setelah Jepang menginvasi provinsi Manchuria di China pada tahun 1931, mereka membentuk pemerintahan boneka bernama Manchukuo. Menurut The Harvard Gazette, meski Manchukuo dipublikasikan sebagai negara Pan-Asia modern, rezim tersebut mengutamakan kepentingan Jepang dan melakukan eksperimen manusia yang mengerikan. 

Selain eksperimen di Manchukuo, Jepang menjalankan unit eksperimen manusia di seluruh penjuru, seperti Unit Ei 1644 di Nanjing dan Unit 2646 di Mongolia dalam. Mereka membentang sampai ke Singapura juga, dengan Unit 9420. Unit 731 hanyalah satu dari beberapa, tetapi menjadi terkenal setelah berita dan variasi kekejamannya diketahui publik. Terlepas dari aksi Jepang yang mencoba menghancurkan semua bukti dari unit-unit ini di hari-hari terakhir Perang Dunia II, tentara Soviet justru menemukan kuburan dengan ribuan orang Tionghoa dan Mongolia yang tewas saat mereka pindah ke Manchuria. 

Unit 731 mulai beroperasi pada tahun 1937 di Harbin. Menurut Atomic Heritage Foundation, Unit 731 pada awalnya dimulai dengan mempromosikan kesehatan masyarakat dan beralih ke penelitian bermanfaat bagi tentara Jepang, seperti menguji cara tubuh manusia melawan penyakit dan menahan rasa haus dan kelaparan. Tapi tak lama kemudian, unit itu menjadi percobaan beberapa eksperimen paling kejam dari Perang Dunia II.

2. Siapa itu Shirō Ishii? 

12 Fakta Mengerikan Proyek Senjata Biologi Jepang pada Perang Dunia IIwarhistoryonline.com

Unit 731 dipimpin oleh Shiro Ishii, seorang dokter medis tentara Jepang yang telah bereksperimen dengan penerapan perang biologis. Menurut Factories of Death oleh Sheldon H. Harris, Ishii pernah menulis surat kepada atasannya di Tokyo pada tahun 1931 untuk berterima kasih terkait bantuan Jepang dalam penelitiannya, dan meminta transfer ke Manchukuo untuk mengembangkan senjata baru.

Ishii dipindahkan ke Harbin pada tahun 1932, menurut PBS. Untuk memastikan kerahasiaannya, Ishii memindahkan kelompoknya ke luar kota ke Kamp Zhong Ma di Beiyinhe. Namun, setelah kamp penjara mengalami pembobolan dan ledakan pada tahun 1935, yang dianggap sebagai sabotase, Ishii pun memindahkan fasilitasnya ke Pingfang, dan pada tahun 1936, pembangunan kamp tersebut dimulai sebagai Unit 731. Amerika Serikat memberikan kekebalan kepada Ishii sebagai imbalan atas detail eksperimennya. Dia meninggal sebagai orang bebas di Tokyo pada tahun 1959.

3. Eksperimen transfusi

12 Fakta Mengerikan Proyek Senjata Biologi Jepang pada Perang Dunia IIvice.com

Sejak William Havey menemukan peredaran darah pada tahun 1628, semua orang di seluruh dunia bereksperimen dengan transfusi darah. Menurut Popular Science, bahkan pada akhir tahun 1800-an,  para dokter di Amerika Utara bereksperimen dengan transfusi susu sebagai pengganti darah.

Unit 731 mengikuti percobaan ini dengan eksperimen aneh mereka sendiri. Menurut Eubios Journal of Asian and International Bioethics, para dokter mencoba membuat pengganti transfusi darurat yang dapat diberikan kepada tentara yang terluka di garis depan. Beberapa orang yang dipenjara disuntik dengan darah kuda, darah domba, atau bahkan darah yang diambil dari jantung mayat. Percobaan dengan golongan darah yang berbeda juga dilakukan. Mungkin saja sebagian dari apa yang diketahui sekarang tentang reaksi transfusi hemolitik muncul dari percobaan di Jepang.

Para ilmuwan juga mencoba berbagai metode pengangkutan darah, bereksperimen dengan darah yang disimpan dalam termos atau dibekukan dan dicairkan. Larutan ringer, yang merupakan larutan isotonik yang digunakan untuk memulihkan sirkulasi darah, juga diujicobakan sebagai pengganti transfusi darah, seperti halnya air laut.

4. Pembedahan tanpa anestesi

12 Fakta Mengerikan Proyek Senjata Biologi Jepang pada Perang Dunia IIhauntedattractiononline.com

Beberapa eksperimen paling terkenal yang dilakukan Unit 731 adalah pembedahan di maruta. Menurut The Guardian, setelah sengaja ditularkan berbagai penyakit, para tahanan yang dipenjara juga dibedah tanpa menggunakan obat bius agar dokter bisa mempelajari bagaimana penyakit memengaruhi berbagai organ. Ishii dan rekan-rekannya ingin mendapatkan hasil yang tepat tanpa menggunakan anestesi atau pasien yang sudah meninggal. 

Beberapa tahanan juga ditembak untuk praktek dokter dalam mengeluarkan peluru, dan seringkali, ahli bedah hewan yang melakukan pembedahannya. Menurut The Baltimore Sun, para dokter juga melakukan amputasi, beberapa laporan menyatakan bahwa mereka menempelkan kembali anggota tubuh di sisi lain tubuh. Pada tahun 1995, seorang dokter yang melakukan beberapa operasi pembedahan di Unit 731 mengungkapkan pengalamannya melalui Chicago Tribune namun dengan syarat anonim (identitasnya disembunyikan). 

5. Eksperimen radang dingin

12 Fakta Mengerikan Proyek Senjata Biologi Jepang pada Perang Dunia IIjeraldinephneah.com

Percobaan frostbite (radang dingin) dilakukan di Unit 731 dalam menemukan metode yang paling efektif untuk menangani kondisi tersebut. Menurut Factories of Death oleh Sheldon H. Harris, Komando Tinggi Tentara Kwantung menghubungi Ishii untuk meminta penelitian tentang efek radang dingin saat mereka ingin mengantisipasi perang dengan Uni Soviet.

Percobaan ini dilakukan setiap tahun selama bulan-bulan terdingin. Menurut Ensiklopedia Hak Asasi Manusia Vol. 1 oleh David P. Forsythe, tahanan akan diikat di luar ruangan atau disemprot dengan air asin untuk menimbulkan radang dingin. Terkadang, lengan atau kaki mereka dicelupkan ke dalam air agar lebih cepat membeku. 

Dalam Materi Uji Coba Mantan Prajurit Angkatan Darat Jepang yang Dibebankan dengan Pembuatan dan Penggunaan Senjata Bakteriologis, kesaksian dari para peneliti mengungkapkan bagaimana eksperimen radang dingin dilakukan. Setelah tahanan terkena radang dingin, mereka dipaksa untuk meletakkan bagian yang terkena radang dingin di air bersuhu 5° C, dan suhu air secara bertahap ditingkatkan. Seorang penjaga tahanan Jepang melihat bagaimana anggota tubuh tahanan yang telah membeku terdengar seperti kayu ketika dipukul dengan tongkat.

Baca Juga: Mengerikan, Ini 7 Senjata Biologis dan Kimia Terkenal dari Dunia Kuno

6. Eksperimen dengan penyakit kelamin

12 Fakta Mengerikan Proyek Senjata Biologi Jepang pada Perang Dunia IIasianauschwitz.wordpress.com

Penelitian mikrobiologi Unit 731 tidak terbatas pada perang biologis saja. Penyakit sifilis menyerang banyak pasukan Jepang karena prevalensi pemerkosaan dan penganiayaan terhadap "wanita penghibur", para peneliti di Unit 731 ingin lebih memahami penyakit tersebut. Untuk mempelajari perkembangan penyakit, para tahanan di Unit 731 sengaja dibuat terinfeksi sifilis dan kencing nanah untuk mempelajari efek penyakit kelamin yang merusak tubuh. 

Menurut Pacific Atrocities Education, para tahanan dipaksa untuk melakukan hubungan seksual dengan narapidana yang terinfeksi sifilis atau ditularkan melalui suntikan. Setelah infeksi berhasil ditularkan, para peneliti mengamati perkembangan penyakit dan mencatat tahapannya seiring perkembangan dan mempengaruhi tubuh. Para peneliti melacak tanda-tanda eksternal, dalam kasus ini pembedahan dilakukan untuk menyelidiki bagaimana sifilis mempengaruhi organ dalam pada berbagai tahap.

7. Kehamilan paksa

12 Fakta Mengerikan Proyek Senjata Biologi Jepang pada Perang Dunia IIdarktourists.com

Penjaga sering kali memperkosa para tahanan di penjara. Menurut Pacific Atrocities Education, hal ini sering menyebabkan kehamilan, yang akhirnya menjadi eksperimen yang dilakukan di Unit 731. Penularan sifilis antara ibu dan janin menjadi penelitian bagi para dokter, dan wanita hamil yang terinfeksi sifilis akan di uji coba untuk melihat efeknya pada janin. Janin dan bayi juga digunakan untuk berbagai eksperimen lain, seperti penelitian radang dingin.

Terkadang, wanita yang dihamili secara paksa akan menjalani berbagai eksperimen secara khusus. Mereka akan dibedah, dan mayat-mayatnya dibakar agar tidak meninggalkan bukti, meskipun foto-foto eksperimen tersebut ditemukan. Tidak ada yang tahu berapa banyak bayi yang "dilahirkan" di Unit 731, tetapi menurut The New York Times, tidak ada bayi yang selamat di sana. 

8. Pembuatan senjata biologis

12 Fakta Mengerikan Proyek Senjata Biologi Jepang pada Perang Dunia IIchinadaily.com

Unit 731 hanyalah salah satu dari banyak unit Jepang yang berkecimpung dalam perang biologis selama Perang Dunia II. Meskipun mereka melakukan berbagai eksperimen manusia, tujuan utama unit tersebut adalah mengembangkan senjata biologis. Unit Ei 1644 di Nanjing adalah pusat penelitian perang biologis besar lainnya yang mempelajari banyak penyakit dan racun.

Menurut The Guardian, Unit 731 membudidayakan kolera, wabah, tifus, dan antraks. Untuk menguji metode mereka, pesawat Jepang akan terbang di atas desa-desa China dan menjatuhkan beras, kapas, atau gandum yang ditaburkan dengan kutu yang terinfeksi wabah. Dokumen CIA mencatat satu insiden serupa yang terjadi pada 27 Oktober 1940, ketika pesawat Jepang menyebarkan biji gandum di Ningbo. Pada tanggal 29 Oktober, terjadi wabah pes di desa tersebut, dan dalam waktu dua hari, 26 orang dinyatakan meninggal dunia. Tes juga dilakukan dengan bom antraks, meskipun kebanyakan orang meninggal karena ledakan bom daripada terinfeksi. 

Kesaksian dari Materi di Pengadilan Mantan Prajurit Angkatan Darat Jepang yang Dituntut dengan Pembuatan dan Penggunaan Senjata Bakteriologis mengungkapkan bahwa berbagai unit membuat setidaknya 100 kilogram antraks, wabah, tifus dan kolera setiap bulan. Meskipun jumlah tersebut tidak cukup untuk melancarkan serangan biologis secara massif, pada tahun 1941, upaya ditingkatkan untuk meningkatkan produksi massal bakteri.

9. Operasi PX

12 Fakta Mengerikan Proyek Senjata Biologi Jepang pada Perang Dunia IIwarhistoryonline.com

Salah satu proyek paling ambisius dari Unit 731 adalah Operation PX (Operasi PX), yang juga dikenal sebagai Operation Cherry Blossoms At Night. Setelah menguji kutu yang terinfeksi wabah di Ningbo dan Changde, pemerintah Jepang memperluas upaya jahat mereka ke pantai Amerika Serikat. Ini bukanlah upaya pertama Jepang untuk menyerang wilayah AS. Menurut Wired, Jepang mengembangkan ribuan bom balon, salah satunya berhasil melayang ke Oregon dan menewaskan enam orang pada tanggal 5 Mei 1945. Namun logistik yang dibutuhkan untuk perang biologis jauh lebih banyak. 

Dikembangkan oleh Ishii dan disetujui oleh pemerintah Kekaisaran Jepang pada tanggal 26 Maret 1945, Operasi PX berniat mengirimkan kargo berisi kutu yang terinfeksi wabah ke California Selatan. Kutu akan menginfeksi tikus, yang kemudian akan menginfeksi persediaan makanan dan menyebarkan infeksi ke manusia.

Menurut The Japan Times, pemerintah Kekaisaran Jepang berencana untuk menjatuhkan kargo di San Diego, tetapi setelah Amerika Serikat membom Hiroshima dan Nagasaki, yang menyebabkan penyerahan diri Jepang, rencana itu tidak berhasil dilakukan. Padahal Operasi itu akan dilaksanakan pada tanggal 22 September, tetapi Jepang telah dahulu menyerah hanya beberapa minggu sebelumnya.

10. Unit 731 mendapat penangguhan dari Amerika Serikat

12 Fakta Mengerikan Proyek Senjata Biologi Jepang pada Perang Dunia IIalpha-canada.org

Saat kekalahan Jepang sudah dekat, ada perintah untuk menghancurkan semua fasilitas perang biologis milik Jepang. Banyak tuduhan dan kejahatan perang mengikuti penyerahan Jepang. Ishii berulang kali disebutkan namanya, dan dia dilacak di kampung halamannya pada pertengahan Januari 1946. Namun, dia tidak ditangkap. Sebaliknya, pemerintah AS mengirim Arvo Thompson ke Tokyo untuk menginterogasi Ishii. Thompson dan yang lainnya menginterogasi Ishii selama tujuh minggu, selama itu Ishii menggambarkan penelitian perang biologisnya sebagai operasi skala kecil. 

Menurut Factories of Death oleh Sheldon H. Harris, Amerika Serikat memulai penelitian senjata biologis mereka sendiri bukan sebagai tanggapan terhadap penelitian Jepang tetapi karena takut akan penelitian Jerman yang lebih potensial. Meskipun diketahui bahwa Hitler melarang penggunaan perang biologis, Amerika Serikat ingin berjaga-jaga. Tetapi pada tahun 1942, setidaknya satu jurnal medis Amerika telah menerbitkan laporan tentang perang biologis Jepang di China.

Terlepas dari banyaknya bukti dan pengakuan bahwa eksperimen Jepang serupa dengan yang dilakukan oleh Jerman, semua tuntutan terhadap Ishii dan rekan-rekannya dibatalkan. Menurut Cambridge Quarterly of Healthcare Ethics, satuan tugas Amerika Serikat menyimpulkan bahwa "nilai data [perang biologis] Jepang bagi AS sangat penting bagi keamanan nasional sehingga jauh melebihi nilai yang diperoleh dari tuntutan 'kejahatan perang."

11. Uni Soviet ingin membuktikan kejahatan perang yang dilakukan Jepang

12 Fakta Mengerikan Proyek Senjata Biologi Jepang pada Perang Dunia IImunkschool.utoronto.ca

Setelah Amerika Serikat memutuskan untuk tidak mengajukan tuntutan kejahatan perang terhadap para peneliti Jepang, Uni Soviet justru mengadilinya dengan cara mereka sendiri. Mereka mampu membuktikan bahwa tentara Jepang bekerja secara ekstensif dengan perang biologis dan telah melakukan eksperimen yang mengerikan pada manusia. Menurut "Soviet War Crimes Policy in the Far East" oleh Valentyna Polunina, Uni Soviet memutuskan untuk mengadakan persidangan setelah AS tidak membagikan informasi yang diterimanya dari Ishii. 

Menurut The Japan Times, para pejabat Soviet memperdebatkan apa yang harus dilakukan dengan tawanan perang Jepang, Amerika Serikat diam-diam memberikan kekebalan kepada para peneliti Unit 731, yang membuat marah Uni Soviet dan membuat mereka untuk mengadakan persidangan sendiri.

Pengadilan Kejahatan Perang Khabarovsk dimulai pada 25 Desember 1949, dan berlangsung selama lima hari saat diajukan ke pengadilan Stalin. Pada tahun 1950, Uni Soviet menerbitkan Materi tentang Pengadilan Mantan Prajurit Angkatan Darat Jepang yang Dibebankan dengan Pembuatan dan Penggunaan Senjata Bakteriologis, yang membawa dokumen dan kesaksian dari penyelidikan. Sebagian besar peneliti Unit 731 dijatuhi 20 hingga 25 tahun penjara, tetapi banyak diantara mereka yang dibebaskan dan kembali ke Jepang pada tahun 1956.

12. Tanggapan pemerintah Jepang terkait perang biologis ini

12 Fakta Mengerikan Proyek Senjata Biologi Jepang pada Perang Dunia IIpbs.org

Awalnya, Jepang menolak untuk mengakui tuduhan eksperimen yang tidak manusiawi itu sampai tahun 1984. Buku teks Jepang menyebutkan Unit 731 secara singkat, tetapi pada tahun 1997, pengadilan memutuskan agar penyebutan tersebut dihapus, karena tidak adanya akademisi yang melakukan studi, tidak adanya makalah atau publikasi yang tersedia untuk referensi, oleh karena itu masih terlalu dini untuk membahas masalah ini dalam buku teks. Bahkan ketika pemerintah daerah menggelar pameran tentang Unit 731, pemerintah pusat tetap menyangkal keberadaannya.

Menurut The Japan Times, baru pada tahun 2002 Pengadilan Distrik Tokyo mengakui penggunaan perang biologis Jepang melawan China selama Perang Dunia II. Tuntutan hukum telah diajukan pada tahun 1997 dan 1998, menuntut ganti rugi dan permintaan maaf dari pemerintah Jepang atas peran mereka dalam perang biologis. Namun, sementara pengadilan mengakui bahwa serangan biologis yang tidak manusiawi pernah dilakukan, Hakim Koji Iwata menolak permohonan ganti rugi, dengan menyatakan bahwa tidak ada preseden di bawah hukum internasional untuk ganti rugi perang yang diberikan kepada korban.

Pada tahun 2018, pemerintah Jepang merilis nama-nama ribuan orang yang pernah bekerja di Unit 731, dokumen resmi yang pertama kali mengungkapkan nama-nama para peneliti tersebut.

Berbagai eksperimen yang dilakukan Unit 731 Jepang ini memang sangat tidak manusiawi. Belum lagi tindakan ini dilakukan selama Perang Dunia II sebagai bukti bahwa mereka ingin menciptakan senjata biologis untuk menjatuhkan lawan. 

Baca Juga: Kamu Harus Tahu! 6 Cara Biologis Perkembangbiakan pada Spesies Hewan

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya