12 Fakta di Balik Pembunuhan Julius Caesar, Benarkah Anaknya Terlibat?

Julius Caesar dikhianati loyalisnya sendiri

Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, di Republik Romawi, pada 44 SM, ada sebuah pembunuhan yang bergema selama berabad-abad sebagai salah satu yang paling mengejutkan dan disalahpahami dalam sejarah Barat, sebuah insiden yang sangat memecah belah tentang bagaimana hal itu terjadi.

Insiden itu adalah pembunuhan kejam dan berdarah dari konsul berkuasa Republik Romawi, Gaius Julius Caesar, yang terjadi pada 15 Maret (Ides of March) yang dikenal saat ini. Inilah fakta kematian Julius Caesar dan dampaknya untuk Republik Romawi.

1. Popularitas Julius Caesar

12 Fakta di Balik Pembunuhan Julius Caesar, Benarkah Anaknya Terlibat?Lukisan yang menggambarkan penyerahan kepala suku Galia setelah Pertempuran Alesia (52 SM). (commons.wikimedia.org/Lionel Royer)

US History mencatat bahwa Julius Caesar adalah sosok yang sangat cakap dan populer, dia adalah laki-laki dengan banyak bakat. Lahir di kelas bangsawan, Caesar adalah sosok cerdas, berpendidikan, dan berbudaya. Menjadi seorang pembicara yang hebat, dia memiliki selera humor yang tajam dan kepribadian yang mencolok. Semua sifat ini membantunya menjadi politisi yang terampil.

Seorang jenderal, serta politisi, di dalam Republik Romawi, Caesar juga terlibat dengan kampanye panjang melawan Galia, orang-orang Celtic yang tinggal di Prancis modern.

Di Romawi Kuno, kampanye semacam itu dianggap membawa kebanggaan bagi Roma, dan hasil rampasannya juga menjadi perhitungan, yang akhirnya berpengaruh pada kekuatan politiknya. Belum lagi, Caesar sendiri adalah pemimpin yang sangat murah hati.

2. Julius Caesar mengumpulkan kekuatan besar

12 Fakta di Balik Pembunuhan Julius Caesar, Benarkah Anaknya Terlibat?Ilustrasi Julius Caesar melintasi Rubicon bersama pasukannya. (commons.wikimedia.org/Wolpertinger)

Di tahun-tahun sebelum pembunuhan Julius Caesar, pemerintahannya tidak sepenuhnya ditandai dengan keharmonisan politik. Julius Caesar membangun aliansi dengan politisi Pompeius yang Agung dan Marcus Licinius Crassus untuk saling mendukung kebijakan masing-masing dan memastikan agar dipilih secara bergantian di posisi konsul.

Seperti yang dijelaskan oleh World History Encyclopedia, aliansi subversif ini, runtuh. Crassus terbunuh dalam pertempuran pada tahun 53 SM, setelah itu Pompeius dan Caesar saling menyerang.

Setelah pertempuran politik di Senat, Caesar mengambil tindakan tegas menyeberangi sungai Rubicon dengan sekitar 40.000 pasukannya pada 49 SM, melakukan pertempuran yang kemudian dikenal sebagai Perang Saudara Caesar. Caesar muncul sebagai pemenang, dan pada tahun 44 SM, ia mengklaim gelar Diktator Perpetuo: diktator untuk selama-lamanya di Roma.

3. Marcus Junius Brutus memiliki mandat untuk menjaga keutuhan Republik Romawi 

12 Fakta di Balik Pembunuhan Julius Caesar, Benarkah Anaknya Terlibat?lukisan Marcus Junius Brutus oleh Artist Émile Zipelius (commons.wikimedia.org/Pierre-Yves LOCHET)

Gelar diktator biasanya diberikan oleh Senat hanya sekitar enam bulan, hal ini dilakukan untuk memecahkan masalah kritis, seperti pemberontakan melawan Republik. Namun, Julius Caesar sangat ingin menunjukkan kekuatan besarnya dalam gelar diktator. Kesombongan ini semakin nyata seiring berjalannya waktu.

Aksinya itu bertentangan dengan cita-cita Republik Romawi, dan menimbulkan kebencian di antara tokoh-tokoh Romawi terkemuka lainnya, yang semakin khawatir bahwa Caesar memposisikan dirinya untuk dimahkotai sebagai raja dan menghapus Republik.

Salah satu tokoh yang terlibat dalam pembunuhan Caesar adalah Marcus Junius Brutus. Seperti banyak tokoh penting Romawi, Brutus adalah keturunan dari pasukan militer yang telah membela Republik Romawi pada generasi sebelumnya, melansir kabar Britannica, nenek moyang Brutus, Lucius, adalah seorang pemberontak terkenal yang telah mengusir Raja-Raja Etruria dari Roma berabad-abad sebelumnya. Itu sebabnya, Brutus mengaku memiliki darahnya untuk melindungi Republik dari tiran yang melanggar batas.

4. Persahabatan Julius Caesar dengan Brutus

12 Fakta di Balik Pembunuhan Julius Caesar, Benarkah Anaknya Terlibat?patung Marcus Junius Brutus di Museum Pushkin (commons.wikimedia.org/Shakko)

Dalam ribuan tahun sejak pembunuhan Julius Caesar, nama Brutus bergema selama bertahun-tahun sebagai orang paling kontroversial yang terlibat dalam pembunuhan, ia pun menjadi buah bibir dan dicap sebagai pengkhianat. Tapi kenapa?

Pengkhianatan Brutus terhadap Caesar menonjol di antara yang lainnya karena sejarah panjang antara kedua laki-laki itu. Selama Perang Saudara Caesar, Brutus memihak musuh Caesar, Pompeius yang Agung.

Brutus ditangkap oleh pasukan Caesar di Pertempuran Pharsalus, tetapi menurut sejarawan Romawi Plutarch, Caesar justru khawatir dengan keselamatannya, dan memerintahkan perwiranya untuk tidak membunuh Brutus dalam pertempuran, dan tidak melakukan kekerasan padanya. Caesar mengambil tindakan ini karena ia menghormati Servilia, ibu Brutus.

Servilia adalah simpanan Caesar selama 20 tahun, dan beberapa sumber, seperti Thought Co., menunjukan ada "kemungkinan" bahwa Caesar sebenarnya adalah ayah kandung dari Brutus, yang menjadi alasan mengapa ia sangat peduli dengan Brutus.

5. Konspirasi pembunuhan Julius Caesar dibentuk dengan nama 'The Liberatores'

12 Fakta di Balik Pembunuhan Julius Caesar, Benarkah Anaknya Terlibat?ilustrasi senat terakhir Julius Caesar (commons.wikimedia.org/Raffaele Giannetti)

Selain Brutus yang menentang kekuasaan Julius Caesar, ada pula musuh lama Caesar, teman dan pendukung Pompeius yang mencari jabatan tinggi atau keuntungan. Lalu, ada orang-orang yang setia kepada Julius Caesar, tetapi tidak menyukai kebijakannya. Dan terakhir, ada kaum idealis - mereka yang menghormati Republik dan tradisi kunonya. Secara individual, alasan mereka bervariasi, tetapi mereka percaya bahwa keselamatan Republik bergantung pada kematian Julius Caesar.

Brutus dan mantan sekutu Caesar lainnya mulai melakukan pertemuan secara rahasia, untuk merencanakan kejatuhan sang diktator. Di antara mereka adalah sepupu Brutus, Decimus, yang dikutip laporan Historia Civilis, telah lama menjadi loyalis Caesar selama lima tahun dalam penaklukan Galia dan berjuang untuk menahan pemberontakan melawan Caesar selama perang saudara.

Lalu ada Gaius Cassius Longinus, sebelumnya berperang melawan Caesar di pihak Crassus dan Pompeius, tetapi telah menerima pengampunan penuh dari Caesar.

Dimulai dengan persetujuan ketiga orang ini bahwa Caesar harus dibunuh, konspirasi berkembang, dengan jumlah calon pembunuh yang mencapai 60 orang dan mereka menaimainya "The Liberatores".

Baca Juga: 5 Fakta Legiun X Equestris, Pengawal Julius Caesar yang Legendaris

6. Perdebatan bagaimana dan di mana Caesar akan dibunuh 

12 Fakta di Balik Pembunuhan Julius Caesar, Benarkah Anaknya Terlibat?reruntuhan teater Pompeii (commons.wikimedia.org/Sotamies)

Melakukan konspirasi pembunuhan yang melibatkan 60 orang, tentunya sangat berisiko. Konspirasi ini bisa saja bocor, mengingat gejolak politik dan loyalitas yang berubah-ubah. Selain itu, 60 dari Liberatores adalah senator. Perdebatan tentang bagaimana Caesar harus dibunuh berlangsung selama banyak sesi.

Lalu disepakati bahwa pembunuhan harus dilakukan di tempat umum, jika tidak maka akan menimbulkan kecurigaan. Serangan juga harus dilakukan sesegera mungkin, karena Caesar ingin memimpin pasukannya dalam kampanye tiga tahun melawan Parthia, yang akan dilakukan pada 18 Maret. Setelah banyak perdebatan, akhirnya ditetapkan bahwa pembunuhannya akan dilakukan dalam pertemuan Senat pada 15 Maret, di Teater Pompey.

7. Julius Caesar bukan satu-satunya orang yang ingin dibunuh, ada satu nama lain yang masuk dalam daftar pembunuhan 

12 Fakta di Balik Pembunuhan Julius Caesar, Benarkah Anaknya Terlibat?patung Marcus Antonius Primus atau yang dikenal sebagai Mark Antony oleh Marc Arcis (commons.wikimedia.org/PierreSelim)

Terlepas dari kesepakatan tentang membunuh Julius Caesar, para konspirator mempertimbangkan bagaimana dadu politik akan jatuh,  mengingat kekosongan kekuasaan yang akan mengikutinya.

Seperti yang ditulis Plutarch, Cassius sangat waspada terhadap sekutu Caesar, Mark Antony, ia adalah seorang loyalis dan seorang monarki — yang menjabat sebagai co-konsul bersama Caesar di tahun itu, dan menganggap bahwa Antony berpotensi merebut kekuasaan.

Cassius bahkan mendukung untuk membunuh Antony dan Caesar, tetapi Brutus menentangnya, bersikeras bahwa yang akan mereka bunuh hanyalah seorang 'tiran'. Brutus berperan penting bahwa pembunuhan Caesar dilakukan karena kebutuhan.

8. Sebelum terbunuh, Julius Caesar diperingatkan oleh orang terdekatnya

12 Fakta di Balik Pembunuhan Julius Caesar, Benarkah Anaknya Terlibat?ilustrasi Julius Caesar saat diperingati oleh istrinya, Calpurnia (commons.wikimedia.org/Francis Bernard Dicksee)

Sejumlah lingkaran dalam Caesar mulai memperingatkan diktator tentang ancaman pembunuhan. Salah satunya datang dari Spurinna, seorang "haruspex" Caesar. Sumber Romawi seperti Suetonius, Plutarch, Cicero, dan Valerius Maximus melaporkan bahwa seorang peramal Etruria bernama Spurinna memperingatkan Caesar tentang bahaya pada Ides of March.

Malam sebelum pertemuan Senat pada Ides of March, Caesar menerima peringatan lain, kali ini dari istrinya, Calpurnia. Ia mengaku mengalami mimpi buruk, dan meminta Caesar untuk tetap di rumah. Plutarch menggambarkan bahwa dia bermimpi Caesar dibunuh, dan mati dalam pelukannya, atau bahwa dia meramalkan kematiannya dalam mimpi di mana Senat memilih untuk merobohkan "ornamen atap pelana" dari rumahnya.

9. Pembunuhan berdarah Julius Caesar 

12 Fakta di Balik Pembunuhan Julius Caesar, Benarkah Anaknya Terlibat?ilustrasi pembunuhan Julius Caesar (commons.wikimedia.org/Vincenzo Camuccini)

Julius Caesar terguncang karena peringatan istrinya dan memutuskan untuk tidak menghadiri pertemuan Senat. Namun, Decimus meyakinkannya untuk hadir. Decimus mengejek orang yang memperingatinya dan mencaci Caesar karena menuduh para senator yang dianggap ingin berbuat jahat kepadanya. Decimus juga berbohong kepada Caesar bahwa Senat akan memberikan suara untuk mengizinkannya mendapatkan gelar "raja".

Caesar terbujuk rayu Decimus, dan meminta pengawalnya untuk tidak mengikutinya ke Senat. Dengan demikian, serangan pun dimulai. Di antara 200 Senator yang berkumpul, 60 konspirator mengeluarkan pisau togas mereka, dan menikam sang diktator sebanyak 23 kali, ungkap National Geographic. Saat melihat Brutus, Caesar tercengang dan berseru, "Kamu juga, anakku!"

10. Apa yang terjadi setelah pembunuhan Julius Caesar?

12 Fakta di Balik Pembunuhan Julius Caesar, Benarkah Anaknya Terlibat?orasi Marc Antony di pemakaman Julius Caesar (commons.wikimedia.org/George Edward Robertson)

Julius Caesar tewas dengan berlumuran darah di kaki patung musuh lamanya, Pompeius. Brutus berusaha memberikan penjelasan, tetapi para Senator mendobrak pintu [teater] dan melarikan diri, sehingga membuat Senator yang tidak bersalah kebingungan dan ketakutan.

Para konspirator berjalan ke Bukit Capitoline dan Kuil Yupiter. Brutus sendiri berusaha menenangkan orang banyak yang menyambut mereka. Sementara itu, para budak membawa tubuh Caesar dan masyarakat yang melihatnya menangis.

Pada pemakaman Caesar yang mewah pada 20 Maret, keadaan berbalik melawan para konspirator, ketika Mark Antony berpidato kepada masyarakat Romawi untuk meratapi diktator yang terbunuh. Pidatonya, yang direkam oleh sejarawan Appian dari Alexandria, memuji reformasi Julius Caesar yang telah meningkatkan kondisi kehidupan Romawi. Sementara itu, para konspirator diusir dari kota, memicu krisis besar yang tidak mereka duga sebelumnya.

11. Pembunuhan Julius Caesar mencetuskan perang saudara

12 Fakta di Balik Pembunuhan Julius Caesar, Benarkah Anaknya Terlibat?patung Augustus Octavianus (commons.wikimedia.org/Louvre Museum/Unknown artist)

Alih-alih melindungi Republik Romawi, tindakan Liberator dengan membunuh Julius Caesar justru membuat Roma masuk ke perang saudara lagi. Selain itu, beberapa yang terlibat dalam konspirasi dipukuli sampai tewas oleh gerombolan orang Romawi yang marah.

Bagian dari keprihatinan masyarakat Romawi muncul setelah surat wasiat Julius Caesar beredar, yang mengatakan bahwa ia akan menyumbangkan sebagian dari kekayaannya untuk rakyatnya.

Diyakini pada saat itu bahwa Mark Antony, yang merupakan sekutu dan teman lama Caesar, akan mewarisi banyak kekayaan Caesar. Namun, ketika surat wasiat itu dibuka, ternyata Caesar telah menunjuk keponakan buyutnya yang kurang terkenal, Octavianus, sebagai pewaris utamanya.

Pemuda itu seharusnya menemani Caesar dalam kampanyenya yang akan datang, namun dia justru akan bergabung dengan Mark Antony untuk menghadapi legiun yang dikendalikan oleh para pembunuh Caesar untuk menguasai Roma.

12. Brutus dan para Liberator ditaklukan di bawah Octavianus dan Mark Antony. Octavianus mengubah Romawi menjadi Kekaisaran 

12 Fakta di Balik Pembunuhan Julius Caesar, Benarkah Anaknya Terlibat?Ilustrasi Marcus Junius Brutus saat mencoba bunuh diri dan dicegah oleh prajuritnya. (commons.wikimedia.org/Anonymous)

Pertempuran Filipi, yang terjadi pada Oktober 42 SM, adalah pertempuran klimaks dalam perang yang mengikuti pembunuhan Julius Caesar. Brutus dan pasukannya bertempur melawan kekuatan Octavianus, mereka menang melawan sekutu Caesar dan merebut kampnya.

Namun, Cassius, yang melawan pasukan ganas Mark Antony, bernasib buruk, dan ia tdak menyadari kemenangan Brutus, membuatnya bunuh diri dengan belati yang dia gunakan untuk membunuh Caesar.

Brutus memutuskan untuk melanjutkan serangannya, tetapi pasukannya yang terdesak mengundurkan diri saat melawan pasukan Mark Antony. Mengetahui hal itu, Brutus menikam dadanya sendiri dengan pedangnya, membuatnya tewas.

Seperti Brutus, setiap konspirator yang terlibat dalam pembunuhan Julius Caesar menemui akhir yang mengerikan di tahun-tahun berikutnya. Sementara itu, Mark Antony dan Octavianus saling menyerang setelah membalas dendam atas kematian diktator, Octavianus akhirnya muncul sebagai pemenang. Dia menghapus Republik menjadi Kekaisaran, dan mengubah namanya menjadi Augustus, kaisar pertama Kekaisaran Romawi pada 27 SM.

Pembunuhan bermotif politik bukanlah praktik baru di zaman Julius Caesar. Di peradaban kuno, pembunuhan adalah hal yang lazim dalam kebangkitan dan kejatuhan beberapa kerajaan terbesar.

Baca Juga: 8 Fakta Julius Caesar, Diktator Terakhir Romawi yang Berakhir Tragis

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya