11 Fakta Parit di Era Perang Dunia I, Mematikan!

Selain musuh, parit menjadi ancaman sendiri bagi tentara

Perang parit adalah bagian utama dari Perang Dunia I. Meskipun parit bukanlah penemuan baru pada saat itu, tapi Perang Dunia I diwarnai dengan banyak hal baru yang terjadi di parit. Pihak-pihak yang bertempur menggali parit untuk dijadikan tempat berlindung selama peperangan. Sampai ketika, parit menjadi salah satu tempat peperangan yang paling menentukan.

Front Barat pada Perang Besar (Perang Dunia I) adalah wilayah luas yang dijadikan garis depan, sebagian besar terletak di Prancis dan Belgia. Dari 1914 hingga 1918, jutaan tentara ditempatkan di parit-parit raksasa yang dibentengi ini untuk saling mengalahkan satu sama lain dengan tembakan senapan mesin, artileri, serangan infanteri, dan senjata perang mengerikan lainnya. Meskipun peperangan parit bukanlah hal yang baru, tapi banyak alat perang yang tercipta selama Perang Dunia I. Jadi para prajurit yang terjebak di lubang-lubang ini harus menghadapi segala macam tantangan dan kengerian yang tidak biasa mereka alami. 

Akan tetapi, seperti apa kehidupan sehari-hari para tentara di parit selama Perang Dunia I? Apa yang harus dihadapi para tentara selain senjata-senjata baru dan musuh? Mari kita cari tahu lewat fakta sejarah berikut ini!

1. Parit di Perang Dunia I memiliki sistem pertahanan yang kompleks

11 Fakta Parit di Era Perang Dunia I, Mematikan!potret pasukan Inggris di parit sedang melihat wilayah nomansland (commons.wikimedia.org/John Warwick Brooke)

Pada Perang Dunia I, para tentara menghabiskan waktu yang cukup lama di dalam parit. Oleh sebab itu, parit-parit pada Perang Dunia I dibuat menyerupai sistem yang rumit dan dirancang agar dapat dipertahankan sekuat mungkin. Parit-parit ini memiliki tempat untuk senapan mesin dan dijaga dengan kawat berduri yang menghadap musuh.

Ada tiga jenis parit. Pertama, parit yang dilengkapi senapan mesin dan kawat berduri, yang disebut parit tembak. Kedua, ada parit komunikasi, tempat tentara menyampaikan informasi. Ketiga, ada parit kecil, yang digunakan tentara untuk menuju garis keamanan pos terdepan dan digunakan juga untuk berbagai tujuan lain.

Parit di Perang Dunia I rata-rata terdiri dari beberapa parit utama yang panjang, dan dihubungkan dengan parit-parit yang lebih kecil. Sistem tersebut berisi hal-hal penting yang dibutuhkan tentara untuk beroperasi, mulai dari pos komando hingga fasilitas tempat berlindung dan dapur. Sebagai pertahanan tambahan, parit biasanya dibuat secara zig-zag untuk menghalau tembakan musuh dari samping.

Tentara melakukan penggalian parit sejak 15 September 1914—hanya beberapa minggu setelah perang dimulai pada 28 Juli 1914. Pembuatan parit di seluruh Front Barat menjadi semakin rumit seiring berjalannya waktu. Pasukan Jerman membuat parit mereka dengan sangat serius, menggunakan desain yang konkret dan rumit untuk memperkuat parit mereka.

2. Senjata mematikan di parit selama Perang Dunia I

11 Fakta Parit di Era Perang Dunia I, Mematikan!Pertempuran Besar di Front Barat memperlihatkan pasukan Jerman dengan artileri beratnya. (commons.wikimedia.org/National Museum of the U.S. Navy)

Meskipun parit dibuat dengan tingkat keamanan tertentu, tapi bukan berarti parit tersebut kebal dari serangan. Ofensif utama Perang Dunia I adalah artileri, yang bisa datang dalam berbagai bentuk dan ukuran. Artileri canggih pada Perang Dunia I jauh dari gambaran mortir dan peluru meriam, meskipun versi jadul ini juga masih digunakan pada Perang Dunia I. 

Artileri dalam Perang Dunia I ada di mana-mana dan bisa menyerang kapan saja. Sebagai contoh, Pertempuran Marne yang terjadi selama 5 hari, melibatkan tembakan 432.000 peluru artileri. Jadi, betapapun bagusnya sebuah parit, daya tembak sebesar itu tidak mungkin melindungi semua tentara. Penggunaan artileri dan bahan peledak dalam Pertempuran Marne menewaskan sekitar 5,82 juta dari 9,7 juta tentara.

Selain itu, tentara juga menggunakan berbagai jenis meriam untuk menembakkan sejumlah besar peluru. Bahan peledak hanyalah permulaan dari persenjataan artileri. Pelurunya bisa berisi apa saja, mulai dari pecahan peluru hingga bahan perang kimia.

3. Perang kimia di parit menjadi risiko yang besar dan menakutkan

11 Fakta Parit di Era Perang Dunia I, Mematikan!Pasukan Australia saat memakai masker gas di parit depan, Garter Point, Divisi 4. (commons.wikimedia.org/Frank Hurley)

Salah satu julukan untuk Perang Dunia I adalah "perang ahli kimia". Cerita di balik julukan ini juga menjadi alasan tentara era Perang Dunia I harus menggunakan masker gas. Jika bom atom merupakan senjata pemusnah massal yang paling terkenal pada Perang Dunia II, Perang Dunia I dikenal dengan senjata kimianya yang menakutkan.

Jerman menjadi negara pertama yang menggunakan gas klorin terhadap pasukan Prancis dan Aljazair di dekat Ypres, Belgia pada 22 April 1915. Asap gas tersebut menewaskan lebih dari 1.000 tentara. Serangan inilah yang memacu dikembangkannya masker gas. Setelah peristiwa itu, kedua belah pihak menggunakan berbagai macam gas. Namun, gas mustard menjadi bahan kimia yang paling merusak dalam Perang Besar ini.

Terlepas dari bahaya yang ditimbulkannya, senjata kimia ini menjadi senjata psikologis yang ampuh bagi para tentara di medan perang. Akibatnya, banyak tentara yang ketakutan. Sakit tenggorokan biasa saja bisa membuat para tentara mengalami kepanikan massal.

Menurut Universitas Kansas, senjata kimia menewaskan 91.000 orang pada Perang Dunia I. Namun, hal tersebut hanyalah puncak gunung es. Imperial War Museums melaporkan bahwa sebenarnya hanya 3 persen korban yang meninggal akibat serangan gas. Banyak tentara yang selamat justru harus menanggung dampak dari senjata kimia ini bahkan setelah perang usai.

4. Penyakit fisik dan shell shock merajalela di parit

11 Fakta Parit di Era Perang Dunia I, Mematikan!Tentara Kanada yang terluka pada pertempuran Courcelette, di wilayah Somme selama Perang Dunia I, dan sedang diobati di parit. (commons.wikimedia.org/William Ivor, fotografer resmi Perang Kanada)

Parit-parit era Perang Dunia I bukanlah tempat yang bersih, lantaran tentara yang didominasi laki-laki ini menghabiskan waktu di tempat yang relatif terbatas. Akibatnya, muncul berbagai macam penyakit. Kondisi tersebut bahkan berkontribusi pada epidemi penyakit misterius yang dikenal sebagai demam parit. Demam ini diduga disebabkan oleh kutu misterius yang menyerang para tentara di parit. Seolah-olah ini belum cukup, tentara juga menemui berbagai macam penyakit serius, mulai dari demam tifoid hingga disentri.

Di samping itu, banyak tentara yang menderita suatu kondisi yang disebut shell shock. Ini adalah jenis gangguan stres pasca-trauma (PTSD) yang awalnya disebabkan oleh reaksi seperti gegar otak terhadap ledakan artileri, tapi kemudian berubah menjadi masalah psikologis. Shell shock sering kali disertai dengan gemetar, masalah pendengaran dan penglihatan, serta kecemasan berlebih. Beberapa perkiraan menunjukkan bahwa pasukan Inggris mempunyai 325.000 kasus shell shock

5. Populasi tikus meningkat di parit

11 Fakta Parit di Era Perang Dunia I, Mematikan!Seorang pemburu tikus di Perancis selama Perang Dunia I pada tahun 1916, sedang berpose dengan tikus-tikus buruannya. (commons.wikimedia.org/TERRIMAN'S DAILY DOSE)

Di parit Perang Dunia I, tikus berkembang biak dengan sangat agresif. Baik ukuran maupun jumlah populasi tikus di Front Barat, meningkat pesat selama Perang Dunia I. Tikus-tikus ini tertarik dengan sisa-sisa tubuh manusia dan hewan yang tewas dalam pertempuran di parit.

Para tentara sendiri kewalahan dengan tikus-tikus besar ini, terutama karena hewan pengerat tersebut tidak takut pada manusia. Tikus-tikus ini berlarian di sekitar parit seolah-olah parit itu adalah rumah mereka—dan memang demikianlah adanya. Di samping itu, para tentara kesulitan untuk memusnahkan populasi tikus yang sangat banyak ini. Pasalnya, tentara kalah jumlah dengan tikus-tikus ini.

6. Perang parit yang brutal dan mengerikan

11 Fakta Parit di Era Perang Dunia I, Mematikan!perang parit era Perang Dunia I (commons.wikimedia.org/Jbulera8271)

Saat perang parit berubah menjadi pertempuran sesungguhnya, segalanya bisa menjadi sangat kacau balau. Para tentara yang berada di parit menjadi sasaran tembakan artileri dan serangan kimia. Mereka juga terkadang harus menghadapi pertempuran yang jauh lebih dekat dan personal.

Salah satu cara pasti untuk mati dalam Perang Dunia I adalah saat tentara harus meninggalkan parit dan menyerang musuh di "Tanah Tak Bertuan". Pertemuan antara garis depan musuh. Selain itu, serangan infanteri menyebabkan banyak korban jiwa.

Para komandan bahkan mengirimkan minuman beralkohol kepada para tentara sebelum terjadinya Pertempuran Somme. Hal ini dilakukan oleh veteran Perang Dunia I, Donald Murray, untuk menenangkan para tentara sebelum masuk ke medan perang yang sesungguhnya. Namun, taktik seperti itu pada akhirnya tidak lagi digunakan. Sebaliknya, para tentara lebih menyukai serangan diam-diam terhadap parit musuh.

Baca Juga: 4 Kerajaan yang Dibubarkan setelah Perang Dunia I Berakhir

7. Beberapa parit Perang Dunia I dipenuhi dengan lumpur

11 Fakta Parit di Era Perang Dunia I, Mematikan!Parit yang kebanjiran di Front Barat, selama Perang Dunia I. Terlihat dua tentara Inggris berdiri di dalam parit yang dipenuhi lumpur dan air. (commons.wikimedia.org/National Library of Scotland)

Parit biasanya dipenuhi dengan lumpur, terutama selepas hujan turun. Hal ini juga berlaku pada parit-parit Perang Dunia I, dan mengejutkan para tentara yang baru datang. "Saya tidak dapat memercayainya. Awalnya saya terperosok ke dalam lumpur setinggi lutut," ungkap prajurit Perang Dunia I, Walter Hare, saat menggambarkan pengalamannya di garis depan dalam podcast Voices of the First World War di situs Imperial War Museums.

Lumpur setinggi lutut sudah cukup menjadi tantangan bagi para tentara, namun di beberapa parit, lumpur bisa menjadi musuh yang nyata ketimbang musuh manusia. Pada 1917, Pertempuran Ypres Ketiga di Passchendaele, Belgia, tercatat dalam sejarah bukan karena prestasi militer dari kedua belah pihak, melainkan karena curah hujan ekstrem dan situasi lumpur berbahaya yang diakibatkannya.

Dinding parit ketika itu runtuh, mengubur para tentara di dalamnya. Lumpur yang lengket itu sangat dalam dan berbahaya sehingga di beberapa tempat mirip seperti pasir hisap. Selain bercampur dengan tanah dan air, lumpur ini juga diisi dengan pembusukan mayat dan sisa-sisa gas klorin serta gas mustard.

8. Para tentara yang menderita penyakit kaki parit

11 Fakta Parit di Era Perang Dunia I, Mematikan!Sederet tentara yang mengenakan pakaian perang dan topi timah duduk di tanah sambil menerima perawatan medis untuk kaki mereka selama Perang Dunia I. (commons.wikimedia.org/State Library of South Australia)

Berada di parit Perang Dunia I dalam jangka waktu yang lama dapat membahayakan kesehatan para tentara, terutama kaki mereka. Ada suatu kondisi yang disebut kaki parit. Menurut laporan yang diterbitkan dalam jurnal 2016 berjudul Wilderness and Environmental Medicine, yang ditulis Robert L Atenstaedt, penyakit ini bermanifestasi dengan berbagai gejala yang semakin lama semakin memburuk bahkan dapat menyebabkan amputasi.

Sesuai dengan namanya, kondisi buruk ini erat kaitannya dengan parit pada Perang Dunia I, yang pertama kali muncul pada 1914. Kondisi di dalam parit membuat sepatu bot para tentara sering terendam air dingin dan terkadang lumpur. 

Kondisi ini menyebabkan kerusakan jaringan kulit, pembengkakan, dan nyeri yang mirip dengan radang dingin. Hal ini merupakan masalah besar di parit-parit Perang Dunia I yang lembab dan berdampak pada 75.000 tentara Inggris. Pihak militer berupaya mengatasi situasi ini dengan melakukan pemeriksaan kaki secara terkoordinasi dan menekankan pentingnya kebersihan kaki. Jika tindakan pencegahan ini gagal, para tentara yang menderita penyakit ini akan diminta untuk bedrest dan diobati dengan berbagai salep kaki, di antaranya salep yang mengandung opium dan timbal.

9. Para tentara melakukan banyak aktivitas di parit saat waktu luang

11 Fakta Parit di Era Perang Dunia I, Mematikan!Tiga tentara Belgia yang sedang membuat kerajinan pada Perang Dunia I. (commons.wikimedia.org/Collection particulière/Unknown author)

Pada umumnya, parit adalah tempat yang membosankan karena perang parit terjadi hanya di waktu tertentu saja, sehingga para prajurit mempunyai waktu luang. Beberapa tentara menghabiskan waktu luang mereka dengan membuat membuat tempat tinggal di parit senyaman mungkin. Biasanya parit yang terhubung dengan tambang, relatif bebas lumpur. Tentara yang cukup beruntung tinggal di parit seperti ini, akan membangun tempat berlindung yang lebih kompleks, dan dilengkapi dengan fasilita, mulai dari kapel hingga toko roti.

Selain itu, banyak tentara yang menghasilkan karya seni, perlengkapan khusus, dan benda sehari-hari yang mereka buat dengan bahan-bahan yang tersedia, mulai dari kayu hingga selongsong peluru artileri. Di sisi lain, para prajurit juga suka menulis surat untuk orang-orang yang mereka cintai. Surat sendiri menjadi satu-satunya cara untuk berkomunikasi. Hobi ini sangat populer di kalangan tentara sehingga pasukan Inggris sendiri mengirim dan menerima sekitar 2 miliar surat selama Perang Dunia I.

10. Gencatan senjata pada Natal 1914 menyatukan para tentara dari kedua belah pihak

11 Fakta Parit di Era Perang Dunia I, Mematikan!Tentara Jerman yang sedang berpose di luar parit saat Natal 1914. (commons.wikimedia.org/Unknown author)

Pada Natal 1914, para tentara di kedua belah pihak diberikan kelonggaran dari suramnya Perang Besar. Dari tanggal 24 Desember hingga 25 Desember, tentara yang ditempatkan di garis depan sepanjang 32 kilometer berhenti berperang tanpa perencanaan resmi. Gencatan Senjata Natal ini terjadi setelah terjadinya pertempuran sengit dan cuaca buruk, yang berubah menjadi lebih baik tepat sebelum Natal. Medan pertempuran ditutupi salju tipis. Pasukan Jerman bahkan memasang pohon Natal untuk merayakan hari raya Natal tersebut.

Gencatan Senjata Natal ditandai dengan para tentara menyanyikan lagu-lagu Natal di parit mereka, yang diprakarsai oleh tentara Saxon dari militer Jerman. Lalu tentara dari kedua pasukan keluar dari parit mereka untuk minum-minum, bernyanyi, bertukar hadiah, dan bermain sepak bola. Beberapa prajurit bahkan memanfaatkan waktu luang ini untuk memperbaiki parit dan menguburkan korban tewas.

Namun, perlu dicatat bahwa Gencatan Senjata Natal merupakan sebuah peristiwa tunggal, yang terjadi karena keadaan yang sangat spesifik dan terinspirasi oleh inisiatif gencatan senjata yang gagal oleh Paus Benediktus XV. Natal Perang Dunia I berikutnya justru sangat huru-hara. Hal ini mungkin terjadi karena para petinggi militer tidak mengubah gencatan senjata menjadi sebuah tradisi.

11. Berakhirnya perang parit saat tank menguasai medan pertempuran

11 Fakta Parit di Era Perang Dunia I, Mematikan!Tank-tank Inggris sedang melakukan manuver pelatihan di Prancis selama Perang Dunia I. Terlihat tank yang bergerak maju membuat pasukan Inggris terlihat tak berdaya, memberikan gambaran betapa kuat dan besarnya tank tersebut jika dibawa ke garis depan pada tahun-tahun terakhir perang. (commons.wikimedia.org/National Library of Scotland)

Sistem pertahanan kawat berduri dan tembakan senjata di parit mempunyai satu kelemahan besar, yaitu tank. Pasalnya, Inggris meluncurkan tank pertama mereka di Pertempuran Flers-Courcelette pada September 1916. Bagi prajurit yang terbiasa dengan alur pertempuran parit, kesulitan saat harus menghadapi kendaraan lapis baja yang relatif baru ini.

“Itu sangat menakutkan karena kami tidak dapat menghentikannya!” Perwira Inggris Andrew Bain menggambarkan pengalamannya menghadapi tank Jerman untuk pertama kalinya di podcast Voices of the First World War. "Tidak ada senjata anti-tank pada masa itu. Peluru senapan meluncur begitu saja seperti kacang polong. Dan agak menakutkan melihat benda ini datang dan kita tahu bahwa kita tidak dapat menghentikannya."

Butuh waktu hingga tahun 1918 bagi tank untuk menjadi kendaraan tempur yang andal dan umum di medan perang. Namun, saat hal itu terjadi, mesin perang bergerak secara efektif dan menandai berakhirnya masa kejayaan parit. Perang parit bukanlah elemen utama dalam Perang Dunia II, dan hanya digunakan secara sporadis sejak mesin perang menjadi hal yang lumrah.

Parit selama Perang Dunia I menjadi rumah kedua bagi para tentara untuk menghadapi musuh. Selain itu, Perang Dunia I ditandai dengan berbagai senjata baru yang tentu saja memiliki tantangan sendiri bagi tentara. Penderitaan selama perang parit ini merusak fisik dan psikologis tentara di parit itu sendiri.

Baca Juga: Apa Dampak yang Ditimbulkan Perang Dunia I terhadap Tatanan Dunia?

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya