Islamofobia, Kebencian terhadap Islam sejak Perang Salib

Istilah islamofobia mulai populer sejak peradaban modern 

Islamofobia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang memiliki ketakutan atau kebencian yang tidak berdasar terhadap umat Islam. Keyakinan islamofobia ini mencetuskan beberapa serangan atau aksi kekerasan terhadap orang muslim yang tidak bersalah, khususnya di negara-negara Barat dan Amerika Serikat, yang terjadi selama bertahun-tahun lamanya.

Kebencian terhadap orang muslim memang meningkat secara substansial dalam beberapa waktu terakhir di Amerika. Vandalisme terhadap masjid menjadi salah satu aksi kebencian terhadap Islam yang paling umum terjadi di AS. Namun, kadang, ada insiden yang jauh lebih fatal, seperti kasus seorang anak laki-laki berusia 6 tahun yang ditikam hingga tewas di Illinois pada Oktober 2023. Untuk itu, mari, kita ulas apa itu islamofobia.

 

1. Asal-usul terciptanya istilah islamofobia

Islamofobia, Kebencian terhadap Islam sejak Perang SalibDemonstrasi islamofobia di České Budějovice, Republik Ceko, pada 14 Maret 2015. (commons.wikimedia.org/Venca24)

Menurut Kamus Bahasa Inggris Oxford, kata islamofobia pertama kali digunakan pada 1923 dalam Journal of Theological Studies. Namun, penggambaran umat Islam yang dianggap sebagai orang yang misterius, biadab, atau tak berakal sehat dalam nilai-nilai Barat sudah ada sejak lama. Hal ini terjadi saat Perang Salib pada Abad Pertengahan dan sebagai bentuk kekhawatiran terhadap Turki pada masa kejayaan Kekaisaran Ottoman.

Dalam surat kabar berbahasa Inggris, istilah islamofobia pertama kali muncul pada 1990-an. Islamofobia lantas menjadi semakin relevan pada era setelah tragedi 9/11 atau serangan 11 September 2001. Islamofobia dianggap memiliki kecenderungan untuk menjadikan agama sebagai ideologi ekstremis yang hanya diikuti oleh kelompok fanatik.

 

Baca Juga: 5 Ide Topik Islam untuk si Kecil agar Ramadan Makin Bermakna

2. Islamofobia meningkat seiring berjalannya waktu

Islamofobia, Kebencian terhadap Islam sejak Perang SalibLedakan terjadi setelah pesawat menabrak Menara Selatan (WTC 2), pada 11 September 2001. (commons.wikimedia.org/rds323)

Ada yang berpendapat bahwa islamofobia menjadi masalah besar di Barat ketika terjadi Revolusi Iran pada 1979. Peristiwa ini dianggap penting karena mampu mengubah perspektif tentang Islam di masyarakat. Profesor Khaled Beydoun berpendapat bahwa ideologi anti-Amerika yang diusung oleh Pemimpin Agung Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini, dan penyanderaan di Iran yang terjadi setelah revolusi membuat banyak orang Amerika beranggapan bahwa orang Muslim adalah kaum fanatik agama.

Persepsi terhadap umat Islam semakin memburuk setelah serangan Twin Tower pada 11 September 2001. Tragedi ini memicu naiknya kejahatan anti-Muslim di AS. Serangan islamofobia meningkat secara dramatis pada 2001 dari jumlah yang relatif rendah pada 2000.

Sejak saat itu, serangan islamofobia tidak pernah mengalami penurunan. Islamofobia justru makin memburuk karena dipicu oleh bangkitnya kelompok ISIS. 2016 adalah tahun saat terjadi lonjakan serangan yang signifikan, yang dilakukan oleh organisasi teroris. Dari sinilah, terjadi peningkatan jumlah kejahatan rasial dan serangan antimuslim.

Beberapa pihak juga menyalahkan pemerintahan di bawah kendali Presiden AS, Donald Trump. Pasalnya, pemerintahan Donald Trump membuat tingkat agresi terhadap orang muslim semakin meningkat, tulis ABC News. Presiden Donald Trump memberlakukan kebijakan dengan melarang imigran dari beberapa negara muslim pada 2016 masuk ke Amerika, bahkan mengusulkan larangan terhadap migran muslim.

3. Islamofobia terjadi akibat kesalahpahaman terhadap ajaran agama Islam

Islamofobia, Kebencian terhadap Islam sejak Perang Salibilustrasi tiga gadis muslim (unsplash.com/Hasan Almasi)

Islamofobia bukan sekadar respons terhadap meningkatnya ekstremisme Islam, tapi juga merupakan sebuah ketidaktahuan terhadap Islam itu sendiri. Negara-negara muslim sering kali disalahkan karena kesalahpahaman tentang agama Islam yang masih sering terjadi saat ini. Dilansir laman PRB, terdapat sekitar 2 miliar umat muslim yang ada di dunia saat ini, sebagian besar tinggal di 49 negara. Namun, banyak media yang hanya memberitakan sisi buruk terkait terorisme. Padahal, di negara seperti Indonesia, mayoritas umat Islam hidup berdampingan dengan damai.

Berita buruk tentang Islam inilah yang mengubah persepsi sebagian orang Barat saat memandang umat muslim. Ada orang Barat, misalnya, yang menyamakan Wahhabisme—suatu gerakan Islam ekstremis yang dianut oleh keluarga kerajaan di Arab Saudi—dengan mayoritas Islam di seluruh dunia. Kenyataannya, Wahhabisme sebenarnya tidak populer dalam Islam. Itu karena agama Islam terdiri dari banyak golongan dan paham yang berbeda.

Islam juga sering dipandang sebagai agama yang penuh kekerasan. Hal ini biasanya didasari atas seruan jihad. Meskipun benar bahwa konsep "jihad" dalam Islam membenarkan tindakan kekerasan, tetapi istilah tersebut sebenarnya merupakan "usaha yang dilakukan". Ini diartikan dalam banyak hal, seperti jihad terhadap hawa nafsu atau godaan setan.

Kenyataannya, Islam tidak melulu memandang suatu hal dengan kekerasan. Hal ini tertera dalam surah Al-Maidah ayat 32. Dalam surah ini, dinyatakan bahwa membunuh orang yang tidak bersalah sama saja seperti membunuh seluruh umat manusia. Semoga penjelasan ini bisa memberikanmu pencerahan.

Baca Juga: 6 Wisata Religi Islam di Jawa Barat, Sarat akan Nilai Sejarah

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya