7 Kebenaran yang Terungkap setelah Peristiwa Perang Dingin

Benarkah Amerika bekerja sama dengan pemimpin komunis?

Perang Dingin adalah ketegangan politik dan militer antara Amerika dan Uni Soviet yang terjadi selama setengah abad lamanya. Perang Dingin ini bisa saja berubah menjadi kekerasan. Apalagi pada masa ini, persenjataan nuklir mulai diproduksi dan diuji coba secara besar-besaran. Belum lagi mesin propaganda yang bertebaran di mana-mana. 

Negara-negara yang tumbuh di pihak NATO dan kapitalisme diajari untuk membenci banyak hal tentang Komunisme dan Uni Soviet. Perang Dingin juga menghadirkan kompetisi di banyak bidang, mulai dari antariksa, ekonomi, politik, sosial, hingga persenjataan militer. Tak ayal, dari kompetisi tersebut muncul banyak konflik dan kesalahpahaman. Namun di masa kini, ada beberapa kebenaran yang terungkap setelah peristiwa Perang Dingin tersebut. Seperti apa kebenarannya?

1. Red Scare mirip seperti perburuan penyihir

7 Kebenaran yang Terungkap setelah Peristiwa Perang DinginKepala Penasihat Senat Amerika Serikat, Joseph Welch (kiri), dengan Senator Amerika Serikat Joseph McCarthy dari Wisconsin (kanan), di Subkomite Senat pada 9 Juni 1954 (commons.wikimedia.org/United States Senate)

Senator Joseph McCarthy dan Direktur FBI Edgar J. Hoover bersekongkol untuk membasmi semua pengaruh Komunis dalam kehidupan masyarakat Amerika. Dilansir History Channel, siapa pun bisa saja kehilangan pekerjaannya hanya karena dia dirumorkan bersimpati terhadap Komunis. Akibatnya, muncullah istilah Red Scare (Ketakutan Merah), yang merupakan ketakutan akan bangkitnya potensial komunisme, atau sayap kiri radikal.

Semuanya berubah pada akhir Perang Dingin. Pada awal tahun 1990-an, file rahasia KGB era Soviet sempat dibuka. Mereka memastikan bahwa lebih dari 300 mata-mata Komunis memang aktif di AS, bekerja untuk pemerintah dan bahkan di Proyek Manhattan. Namun, Oxford Research Encyclopedias mengungkapkan bahwa lebih dari 9.000 pegawai pemerintah diselidiki, 30 kali lipat jumlah komunis sebenarnya yang ada di pemerintahan Amerika.

Baca Juga: Dianggap Cuma Melindungi Presiden, Inilah Mitos Dinas Rahasia AS

2. Kemungkinan besar Ethel Rosenberg tidak sepenuhnya bersalah

7 Kebenaran yang Terungkap setelah Peristiwa Perang Dinginpotret David and Ruth Greenglass (commons.wikimedia.org/Office of the U.S. Attorney for the Southern Judicial District of New York)

Pada tahun 1951, Ethel Rosenberg dan suaminya, Julius, dihukum karena mencuri rahasia atom dan menyebarkannya ke Uni Soviet. Dua tahun kemudian, mereka dieksekusi di kursi listrik. Meskipun organisasi internasional menganggap bahwa mereka hanyalah korban Red Scare (Ketakutan Merah), tapi sebagian besar orang Amerika setuju dengan hukuman yang mereka terima.

Pada tahun 1950, kakak laki-laki Ethel, David Greenglass dipanggil untuk bersaksi di hadapan dewan hakim sebagai saksi dari keluarga Rosenberg. Ini sidang yang berbeda sebelum sidang tahun 1951 yang memvonis hukuman mati bagi Ethel. Di persidangan, David mengatakan berulang kali bahwa dia tidak mengetahui keterlibatan Ethel dengan mata-mata Julius. Akan tetapi, pernyataannya berubah pada tahun 1951. David mengaku melihat Ethel mengetik catatan untuk dikirim ke Moskow, karena kesaksiannya inilah Ethel di hukum mati.

Artikel The Guardian berteori bahwa istri David yang bernama Ruth, sebenarnya memainkan peran penting di sini. Ruth merupakan juru ketik yang menulis dokumen rahasia itu ke Moskow. Hal ini menyiratkan bahwa David melemparkan semua kesalahan itu kepada Ethel untuk menyelamatkan istrinya.

3. Yugoslavia dipandang sukses selama Perang Dingin, tetapi runtuh seiring berjalannya waktu

7 Kebenaran yang Terungkap setelah Peristiwa Perang DinginPotret knjungan Tito ke Jakarta tahun 1958-1959, ketika Presiden Ir. Soekarno memberikan angklung kepada Josip Broz Tito. (commons.wikimedia.org/Adligat/Unknown photographer)

Yugoslavia (enam negara yang terdiri dari Kroasia, Bosnia, Serbia, Slovenia, Makedonia, Montenegro, dan wilayah Kosovo), semasa Perang Dingin dipandang sebagai salah satu dari sedikit kisah sukses Komunis. Di bawah kepemimpinan Josip Broz Tito, Beograd (ibu kota Serbia) berani menentang pemerintahan Joseph Stalin. Mereka menjaga perbatasannya agar tetap terbuka sehingga memudahkan warganya untuk datang dan pergi, dan dipandang sebagai Sosialis. Oleh karena itu, Amerika tertarik pada “Komunisme lunak” Yugoslavia ini, sehingga AS menggelontorkan miliaran dolar untuk mendukung perekonomian Yugoslavia, seperti yang dilaporkan Kebijakan Luar Negeri AS.

Ketika Josip Broz Tito meninggal pada tahun 1980, perdana menteri dari Inggris dan Perancis menghadiri upacara pemakamannya. Wakil Presiden Amerika Walter Mondale dan Presiden Irak Saddam Hussein juga hadir. Bahkan ketika Komunisme runtuh, Yugoslavia masih bertahan, meskipun tanpa Slovenia atau Kroasia, tapi semua berubah seiring berjalannya waktu.

Pada bulan Juni 1991, negara kecil Slovenia mendeklarasikan kemerdekaan, mencetuskan perang sepuluh hari yang menewaskan kurang dari 100 orang, serta memicu kebakaran besar di Balkan. Kroasia kemudian berperang, Bosnia terpuruk dalam perang saudara, Kosovo berpisah dari Serbia dalam konflik berdarah, dan Makedonia diguncang pemberontakan etnis. Pada tahun 2008, Yugoslavia menjadi tujuh negara terpisah dan lebih dari 133.000 orang tewas. Sayangnya, visi Tito tidak dapat bertahan lama.

4. Geopolitik Amerika diramalkan akan maju, tapi sekarang justru sebaliknya

7 Kebenaran yang Terungkap setelah Peristiwa Perang DinginFrancis Fukuyama, ilmuwan politik Amerika pada 29 Juni 2016 di Teatro Cetip-Complexo Ohtake Cultural (commons.wikimedia.org/Fronteiras do Pensamento/Greg Salibian)

Kebenaran yang terungkap setelah peristiwa Perang Dingin selanjutnya berkaitan dengan Amerika sebagai negara yang diramalkan akan terus maju. Hal ini berdasarkan ramalan ilmuwan politik AS, Francis Fukuyama. Pada tahun 1989, dia mengatakan bahwa umat manusia telah mencapai akhir sejarah. Perang Dingin hampir berakhir dan kekuatan geopolitik Amerika akan terjamin. Menghadapi pergeseran generasi ini, Fukuyama menulis,

Apa yang mungkin kita saksikan bukan hanya berakhirnya Perang Dingin, atau berlalunya periode tertentu dalam sejarah pasca-perang, namun akhir dari sejarah itu sendiri: yaitu, titik akhir dari evolusi ideologi umat manusia dan universalisasi demokrasi liberal Barat sebagai bentuk akhir pemerintahan manusia.

Meskipun esai Fukuyama dan bukunya yang diterbitkan pada tahun 1992 sangat populer, peristiwa-peristiwa yang terjadi baru-baru ini telah membuktikan bahwa, alih-alih “menang”, demokrasi liberal Barat justru berada dalam masa krisis.

Dilansir laman Foreign Policy, pada tahun 2017, para pemilih di Barat menukar perdagangan bebas dengan gerakan nasionalis dan isolasionis. Bahkan, Rusia di bawah kepemimpinan Putin, sangat ingin memulai kembali Perang Dingin. Selain itu, Kekhalifahan teokratis berhasil mengambil alih wilayah seluas Belgia di Timur Tengah dengan menganut filosofi yang berpandangan pada abad pertengahan. Di Asia, Tiongkok tampaknya sudah siap menjadi negara adidaya berikutnya dengan memadukan sistem kapitalis-komunis.

Baca Juga: Ini Spesifikasi Royal Enfield Omesh, Dilelang untuk Bantu Palestina

5. Bekas Soviet (Eropa Timur) dianggap sebagai negara-negara kumuh, sekarang jadi wisata dunia

7 Kebenaran yang Terungkap setelah Peristiwa Perang Dinginpotret Gdansk, Polandia (commons.wikimedia.org/Diego Delso)

Pada masa Perang Dingin, ada sebuah stigma bahwa negara-negara di bawah kepemimpinan Komunis itu kumuh dan miskin, terutama negara-negara yang dikaitkan dengan Eropa Timur. Namun siapa sangka, sekarang ini tempat-tempat seperti Polandia, Republik Ceko, dan Hongaria adalah beberapa wilayah yang dianggap indah dan bersih.

Setelah puluhan tahun propaganda yang mengatakan bahwa kehidupan di bawah Komunisme selalu buruk, di kota-kota seperti Budapest atau Krakow, kehidupannya justru sangat layak. Praha, misalnya, saat ini sangat terkenal, banyak wisatawan yang menilai bahwa kota ini lebih cantik daripada Venesia.

Kota pelabuhan Gdansk di Polandia dulunya memiliki reputasi buruk di Barat. Namun, situs-situs perjalanan mengungkapkan banyaknya bangunan indah di bekas pelabuhan Komunis ini, dan lebih cantik dari tempat mana pun yang ada di seluruh negara bagian Nebraska. Negara-negara di Eropa Timur ini menjadi salah satu destinasi wisata para wisatawan hampir di seluruh dunia.

6. Komunisme dianggap sebagai entitas tunggal monolitik, tapi kenyataannya justru sebaliknya

7 Kebenaran yang Terungkap setelah Peristiwa Perang DinginMuseum Komunisme di Praha menampilkan potret Marx dan Stalin serta poster propaganda (commons.wikimedia.org/Bai Hua)

Pada puncak Perang Dingin, warga di Amerika bersama-sama saling menjatuhkan siapapun yang mendukung paham Komunis. Begitu juga dengan negara-negara Komunis yang sangat beragam dan suka menjelekkan Amerika. Saling fitnah di antara kedua paham ini ternyata terselip cerita unik.

Di Albania, misalnya, seorang warga bernama Enver Hoxha sangat yakin bahwa Uni Soviet akan melakukan invasi ke Amerika. Dia pun membangun lebih dari setengah juta bunker nuklir sebagai tempat berlindung, tulis laman Atlas Obscura. Pernyataannya ini diperkuat karena Moskow baru saja menginvasi Cekoslowakia.

Namun, di Asialah persatuan buruh benar-benar runtuh. Komunis Rusia dan Tiongkok berperang pada tahun 1969. Seorang sejarawan Tiongkok mengklaim bahwa Rusia hampir saja menjatuhkan bom atom ke Tiongkok. Sementara itu, Komunis di Vietnam menyerbu Kamboja untuk menggulingkan rezim Sosialis Pol Pot dan memulihkan demokrasi. Sekitar waktu yang sama, seperti yang dicatat oleh The Time, Vietnam dan Tiongkok juga berperang, menewaskan sekitar 50.000 orang dalam enam minggu.

7. Komunis dianggap musuh Amerika, tapi beberapa pemimpinnya justru dirangkul

7 Kebenaran yang Terungkap setelah Peristiwa Perang DinginPresiden Ceausescu dari Rumania bersama Wakil Presiden AS Gerald R. Ford, dan Presiden AS Richard M. Nixon (commons.wikimedia.org/Jack E. Kightlinger)

Selama Perang Dingin, media Barat mungkin berusaha menggiring opini bahwa Komunis adalah musuh. Akan tetapi, hal ini jelas tidak benar. Di berbagai titik dalam Perang Dingin, negara-negara NATO bekerja sama dan secara aktif menjalin hubungan dengan para pemimpin Komunis.

Salah satunya Nicolae Ceausescu dari Rumania, yang memiliki pemerintahan paling kejam dan paling gila di Eropa Timur. Dia membuat rakyatnya sendiri kelaparan agar dia bisa membangun istana super megah dan besar. Namun para pemimpin Barat mengakomodasi dan bekerja sama dengannya karena Rumania yang dipimpinnya tetap independen dari Moskow. Inggris bahkan mengundangnya dalam kunjungan kerajaan dan memberikan gelar ksatria. Tetapi, kehormatan itu dicabut sehari sebelum eksekusinya, tulis The Vice.

Mengenai penghargaan kontroversial yang diberikan Inggris kepada orang yang tidak tepat, perlu dicatat bahwa Amerika juga bekerja sama dengan rezim Komunis. AS mengalirkan banyak uang ke Yugoslavia yang dipimpin Josip Broz Tito, dan juga membantu menopang beberapa diktator kejam. Sebagaimana yang dijelaskan PBS, Jimmy Carter membantu Khmer Merah (anggota Partai Komunis Kamboja) dan pimpinan Pol Pot mempertahankan kursi Kamboja di PBB setelah mereka digulingkan, dan membantu mendanai perjuangan mereka melawan Vietnam.

Dunia telah berubah, begitu juga dengan beberapa fakta baru yang ditemukan dari sebuah sejarah. Salah satunya adalah kebenaran yang terungkap setelah peristiwa Perang Dingin. Apa yang dulu pernah diyakini pada masanya, ternyata tidak sepenuhnya benar. Euforia massal menjadi salah satu faktor mengapa manusia cenderung mengikuti kebanyakan orang ketimbang mencari bukti yang benar. Namun seiring berjalannya waktu, kesalahpahaman itu akhirnya terjawab sudah.

Baca Juga: 5 Perkembangan Terbaru Perang Rusia-Ukraina Jelang Musim Dingin

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya