Sejarah Electoral College, Penentu Presiden Amerika Serikat

Banyak warga AS tidak suka dengan sistem Electoral College

Pemilihan presiden Amerika Serikat bisa dibilang menjadi hal yang unik di dunia. Alih-alih mengandalkan dari suara rakyat terbanyak, calon presiden justru ditentukan oleh Electoral College (Kolese Elektoral).

Jika kamu mengikuti politik Amerika, kamu pasti tahu istilah ini. Ya, minimal pernah mendengarnya. Akan tetapi, apa sebenarnya Electoral College itu? Berikut ini penjelasan selengkapnya. 

1. Pengertian Electoral College

Sejarah Electoral College, Penentu Presiden Amerika SerikatSensus Amerika Serikat 2010 (commons.wikimedia.org/Adam Lenhardt)

Electoral College adalah sekelompok orang yang memilih presiden dan wakil presiden. Para pemilih (elector) akan memilih calon presiden dan wakilnya di setiap negara bagian. Calon presiden dan wakil presiden yang mendapat suara terbanyak dari mereka akan memenangkannya.

Terdapat 538 anggota Electoral College, demikian yang dijelaskan National Conference of State Legislators. Namun, seorang kandidat hanya membutuhkan 270 suara untuk bisa dinyatakan sebagai presiden. Tiap negara bagian mempunyai sejumlah delegasi ke Electoral College, berdasarkan perwakilan di DPR dan Senat, ditambah tiga delegasi tambahan untuk District of Columbia.

Karena tidak semua negara bagian memiliki jumlah perwakilan elector yang sama, negara bagian seperti California dan Texas memiliki lebih banyak delegasi dibandingkan Alaska dan Montana. Negara bagian dengan jumlah suara Electoral College terbanyak adalah California, Texas, Florida, dan New York. Yang paling sedikit adalah Alaska, Delaware, District of Columbia, Montana, Dakota Utara dan Selatan, Vermont.

Baca Juga: 17 Negara yang Gelar Pemilu Presiden Tahun 2024, Tak Hanya Indonesia!

2. Mengapa Electoral College dibentuk?

Sejarah Electoral College, Penentu Presiden Amerika SerikatKartun politik satir tentang terpilihnya Benjamin Harrison dengan sistem Electoral College, yang diterbitkan di majalah mingguan "Puck", pada tahun 1871. (commons.wikimedia.org/Norman B. Leventhal Map Center/Joseph Ferdinand Keppler)

Saat Amerika Serikat baru terbentuk, para Founding Fathers tidak ingin jika Amerika diperintah oleh pemimpin yang dipilih masyarakat umum. Founding Fathers keberatan jika masyarakat umum (yang notabennya tidak memahami pemerintahan) justru diminta untuk memilih presiden. Alexander Hamilton membingkai peraturan ini dalam sebuah buku yang berjudul, The Federalist Papers.

Alexander Hamilton menjelaskan bahwa masyarakat memang perlu memilih pemimpin mereka sendiri. Akan tetapi, pemilihan ini jauh lebih baik jika dilakukan oleh orang-orang profesional yang mampu menganalisis kualitas pemimpin mereka. Ia juga mengatakan bahwa pemungutan suara yang tidak mengandalkan suara rakyat secara langsung bisa mencegah korupsi dan kronisme.

Electoral College di negara-negara bagian yang masih menerapkan perbudakan, tidak mengizinkan para budak untuk memilih. Pada dasarnya, para budak tidak memiliki hak untuk memilih presiden dan wakil presiden. Bahkan Presiden James Madison mengakui bahwa di negara bagian Selatan, hak untuk memilih sangatlah rumit.

Jadi, Electoral College diabadikan dalam Konstitusi AS. Jumlah pemilih pun berubah ketika Amerika menambahkan lebih banyak negara bagian ke dalam serikat pekerja. Para elector (pemilih) dari Electoral College biasanya akan bertemu pada tanggal 6 Januari, setelah pemilu, untuk secara resmi memilih presiden dan wakil presiden.

3. Tidak semua pemilih Electoral College memilih kandidat dengan suara terbanyak di negara bagiannya

Sejarah Electoral College, Penentu Presiden Amerika SerikatPertemuan Electoral College 2020 di 100 State Circle, Annapolis (commons.wikimedia.org/MDGovpics)

Publik sebenarnya sudah tahu siapa pemenangnya keesokan harinya. Hah, bagaimana caranya? Contohnya, jika seorang kandidat memenangkan suara terbanyak di Florida, elector di Electoral College akan memilih kandidat dengan suara terbanyak tersebut, dan kandidat itu pun mendapat 35 suara di Florida.

Nah, itu mengapa media sudah tahu kandidat mana yang akan menang pemilu hanya berdasarkan negara bagian yang dimenangkannya, bahkan sebelum Electoral College bertemu. Hillary Clinton kalah dalam pemilu Electoral College tapi memenangkan pemilu dari suara rakyat pada tahun 2016. Sebenarnya, Hillary Clinton adalah seorang elector (Electoral College) untuk kandidat Partai Demokrat di New York.

Ada beberapa contoh ketika para pemilih dari Electoral College melanggar suara terbanyak dan memilih kandidat lain. Mereka disebut sebagai pemilih yang tidak setia. Hal ini pernah terjadi pada tahun 1948, 1956, 1960, 1968, 1972, dan 1988. Pada tahun 2016, tujuh pemilih Electoral College memisahkan diri dari negara bagian mereka dalam pemilihan presiden. Anggota Kongres juga dapat menolak suara dari Electoral College, meskipun hal ini jarang terjadi. Namun, ini hanya terjadi dua kali: pada tahun 1969 dan 2005.

4. Beberapa pihak ingin menghapus Electoral College

Sejarah Electoral College, Penentu Presiden Amerika SerikatElectoral College 2020 (commons.wikimedia.org/Washington State Archives)

Electoral College bisa dibilang sangat membingungkan. Dan memang, bagi banyak orang ini membingungkan. Electoral College adalah peninggalan masa lalu. Dulu, populasi Amerika masih sedikit dan sebagian besar masyarakatnya belum berpendidikan. Electoral College pernah ingin dihapus pada 1969, namun resolusi tersebut tidak disetujui Senat.

Seruan untuk menghapuskan Electoral College semakin meningkat ketika banyak kandidat yang terus kalah dalam pemilu meskipun memenangkan suara rakyat terbanyak. Vox menulis bahwa Electoral College anti-demokrasi, tidak mewakili keberagaman negara, dan malah mewakili negara bagian dengan populasi yang lebih kecil dan mengorbankan negara bagian dengan jumlah penduduk yang lebih banyak.

Di negara bagian kecil seperti Wyoming, satu suara Electoral College itu untuk setiap 193.000 orang. Namun di California, satu suara Electoral College untuk setiap 718.000 orang. Kecil kemungkinan bahwa Electoral College akan dihapuskan dalam waktu dekat. 

Meskipun kontroversial dan ditentang banyak warga Amerika, sistem Electoral College masih dipertahankan hingga hari ini. Nah, suara elektoral tiap negara bagian dihitung dalam sidang gabungan Kongres pada tanggal 6 Januari setelah pertemuan para pemilih. Anggota DPR dan Senat bertemu di DPR untuk melakukan penghitungan resmi suara elektoral. Presiden Senat kemudian mengumumkan siapa saja yang terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat.

Baca Juga: Begini Sejarah Kremasi, Sudah Ada Ribuan Tahun Lalu!

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya