Tidak Takut, 12 Dokter Ini Melakukan Eksperimen Pada Dirinya Sendiri

Eksperimennya ada yang diakui dunia

Kita tahu bahwa ada kisah tentang dokter yang bereksperimen pada pasiennya. Bahkan, praktik ini sering kali menginspirasi film horor selama beberapa dekade. Dari eksperimen kembar Nazi, proyek perang biologis Jepang selama Perang Dunia II,  hingga eksperimen sifilis Tuskegee oleh Amerika Serikat, kode etik medis dan keselamatan uji coba manusia tidak selalu menjadi yang utama dalam pikiran para peneliti.

Tetapi tidak semua eksperimen dilakukan pada korban yang tidak bersalah. Dalam beberapa kasus, dokter sendiri mengambil risiko untuk membuktikan teori atau menemukan terobosan baru dalam dunia medis.

Seperti yang dicatat oleh Dr. Allen B. Weisse dalam Texas Heart Institute Journal, setidaknya di abad ke-20 dan ke-21, hanya sedikit dokter yang meninggal akibat eksperimen yang dilakukan pada diri mereka sendiri. Dan beberapa diantaranya berhasil memenangkan hadiah Nobel atas kontribusinya pada ilmu biologi dan kedokteran. Siapa saja ya mereka? 

1. John Hunter rela mengorbankan diri sendiri demi penelitian penyakit kelamin

Tidak Takut, 12 Dokter Ini Melakukan Eksperimen Pada Dirinya SendiriJohn Hunter (nyamcenterforhistory.org)

Seperti yang diungkapkan The James Lind Library, pria Skotlandia bernama John Hunter putus sekolah di usia 13 tahun, kemungkinan karena ia mengalami kesulitan belajar. Tetapi hal itu tidak menghentikannya begitu saja, karena di tahun 1700-an, ia menjadi salah satu ahli bedah paling terkenal di London.

Ia mendapatkan spesimen pembedahan di sekolah kedokteran saudara laki-lakinya. Hunter pun menjadi dosen anatomi, dokter militer, dan dokter gigi. Dia memelopori operasi implan gigi dengan membeli gigi dari orang yang tidak mampu dan mencangkokkannya kepada para bangsawan. Tapi Hunter terkenal karena dia melakukan eksperimen pada dirinya sendiri.

Pada tahun 1760-an, penyakit kelamin menyebar luas di London. Dia pun mengembangkan teori bahwa gonore (kencing nanah) sebenarnya adalah tahap awal dari sifilis dan kemudian membuktikannya dengan menguji coba dirinya sendiri.

Seperti yang dikisahkan oleh Dr. John Herman,  Hunter sengaja menularkan dirinya dengan penyakit menular seksual melalui sampel dari pasien yang mengidap dua penyakit. Ternyata, penderita gonore yang ditularkan kepada Hunter, sampelnya juga mengungkapkan bahwa dia menderita sifilis.

Seperti catatan Healthline, akibat percobaannya itu, Hunter harus menanggung penyakit tersebut. Dia bahkan harus mengobati dirinya sendiri dengan menggosok merkuri beracun pada dirinya dan memotong luka yang timbul. Bagian terburuknya lagi, teori yang dia yakini selama ini salah. Karena kedua kondisi tersebut disebabkan oleh infeksi yang terpisah. 

2. Stubbins Ffirth, menelan muntahan pasiennya sendiri demi penelitiannya

Tidak Takut, 12 Dokter Ini Melakukan Eksperimen Pada Dirinya SendiriStubbins Ffirth (history.com)

Demam kuning menjadi penyakit mengerikan yang tidak diketahui penyebabnya sampai awal 1900-an. Namun, penyakit ini dapat diatasi karena beberapa eksperimen diri yang dilakukan oleh Stubbins Ffirth. Ia percaya bahwa demam kuning tidak bisa ditularkan dari orang ke orang.

Dilansir dari Jama Network, saat belajar kedokteran di University of Pennsylvania pada 1804, Ffirth menulis tesis berjudul A Treatise on Malignant Fever; with an Attempt to Prove Its Non-Contagious Nature. Dia merinci eksperimen sebelumnya tentang sifat penularan demam kuning, termasuk eksperimen pada hewan yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. 

Percobaan pada hewan berbeda dengan percobaan terhadap manusia. Dan tidak ada orang yang mau ditularkan penyakit demam kuning dengan sengaja. Seperti yang ditunjukkan oleh New Scientist, karena sulit mendapatkan sukarelawan, Stubbins bereksperimen pada dirinya sendiri, ia menggosok muntahan dari orang yang terinfeksi ke luka di lengannya, mengoleskan muntahan empedu yang terinfeksi ke matanya, dan akhirnya menelan muntahan empedu hitam dari pasiennya.

Ternyata, dugaan dia selama ini benar. Demam kuning ditularkan melalui nyamuk, dan hampir mustahil terinfeksi melalui kontak dari orang ke orang. Tapi keberaniannya patut diacungi jempol. 

3. Jesse Lazear mengorbankan dirinya untuk penyembuhan demam kuning

Tidak Takut, 12 Dokter Ini Melakukan Eksperimen Pada Dirinya SendiriJesse Lazear (pbs.org)

Meskipun Stubbins Ffirth telah mengetahui asal usul penularan demam kuning di awal tahun 1800-an, tapi penyakit itu masih belum diketahui cara menyembuhkannya selama satu abad lamanya. Dan pengobatannya akhirnya ditemukan oleh dokter dan peneliti berani bernama Jesse Lazear.

Dilansir dari laman AMA Journal of Ethics, sebuah tim dokter yang dipimpin oleh Dr. Walter Reed (pusat medis militer AS) dikirim ke Kuba pada tahun 1900 setelah Perang Spanyol-Amerika untuk misi memerangi wabah mematikan ini. Tetapi penelitian mereka dipertanyakaan terkait kode etik kemanusiaan karena menyuntikkan sampel demam kuning ke tentara yang sehat. 

Reed kembali ke Washington dengan menyerahkan eksperimennya kepada beberapa peneliti muda di Kuba. Salah satunya, Jesse Lazear. Seperti yang diceritakan oleh History of Vaccines, Jesse Lazear mengambil beberapa nyamuk untuk menggigit pasien yang terinfeksi, dan kemudian membiarkan nyamuk-nyamuk itu menggigitnya. Lazear terserang demam kuning, begitu pula dua sukarelawan "pemberani" lainnya.

Yang lainnya pulih, terkecuali Lazear, seperti yang dicatat PBS, ia meninggal karena demam kuning pada tanggal 25 September 1900. Dalam pidatonya, Dr. Walter Reed mengatakan bahwa "kematiannya tidak sia-sia. Namanya akan hidup dalam sejarah karena telah memberi manfaat bagi umat manusia. . " 

4. Joseph Goldberger mengadakan pesta dengan makanan yang dicampurkan penyakit pellagra

https://www.youtube.com/embed/qSVvtmdKoEg

Menurut Science History Institute, Dr. Joseph Goldberger adalah ahli epidemiologi yang melakukan risetnya pada tahun 1916. Goldberger juga seorang peneliti pemerintah AS yang mencoba membuktikan bahwa pellagra (penyakit misterius yang melanda Amerika Selatan) disebabkan oleh malnutrisi bukan kuman, seperti yang dikisahkan oleh National Institutes of Health.

Penyakit yang ditandai dengan diare, ruam, demensia, dan berujung kematian ini sebenarnya dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan bergizi. Namun, tidak ada yang percaya dengan teorinya tersebut. Masyarakat beranggapan bahwa penyakit ini akibat bakteri karena gaya hidup yang kotor. 

Seperti yang diceritakan Hektoen International, karena kesal teorinya tidak diterima, Goldberger pun mengikis koreng pasien yang terinfeksi dan mencampurkannya kemakanan. Lalu menyajikannya, di mana dia, istrinya, dan tamu makan malam mereka menyantap bola roti bertabur pellagra. Beberapa orang mengalami masalah perut, tapi tidak ada yang terkena pellagra. Seperti yang dicatat oleh Discover, bahwa pellagra tidak ditularkan oleh kuman.

Melalui kerja labnya, Goldberger membuktikan bahwa kekurangan niacin (vitamin B3) menyebabkan seseorang menderita pellagra. Akhirnya, banyak orang yang sembuh dengan mengubah pola makan yang bergizi. 

5. Werner Forssmann mengkateterisasi jantungnya sendiri

https://www.youtube.com/embed/BpQw3vljSrU

Serangan jantung menyerang jutaan orang setiap tahunnya, tetapi tidak ada yang tahu cara menanganinya sebelum abad ke-20. Pada tahun 1896, seorang dokter terkemuka bahkan menyatakan bahwa setiap penyakit jantung tidak dapat diobati. Jelas, hal ini belum diketahui oleh dokter Jerman Werner Forssmann yang hidup berabad-abad yang lalu. 

Seperti yang ditunjukkan oleh sebuah artikel di Heart, namun Werner Forssmann yakin bahwa dokter bisa memasukkan tabung kecil ke pembuluh darah, menavigasi ke jantung, dan menggunakan tabung itu untuk membersihkan penyumbatan atau mengirimkan obat langsung ke jantung itu sendiri. Pada masa itu, ide tersebut tergolong mustahil dan dianggap gila.

Pada tahun 1929, pada usia 25 tahun dan baru saja lulus dari sekolah kedokteran, Forssman meyakinkan perawat di rumah sakit tempatnya bekerja untuk memberinya akses menggunakan kateter dalam melakukan uji coba pada manusia. Menurut The Hospitalist, dia juga membujuk perawat itu untuk membantunya dalam uji coba tersebut.

Forssmann memasukkan kateter ke pembuluh darah di lengannya, lalu memasukkan kateter ke dalam jantungnya dengan bantuan X-Ray untuk mengarahkannya, seperti yang dilansir laman Classics in Thoracic Surgery. Percobaannya dianggap melampaui batasan diagnosis dan pengobatan, namun Forssmann masih melakukan percobaan kateterisasinya sebanyak enam kali. Pada tahun 1956, dia memenangkan Hadiah Nobel untuk karyanya. 

6. Maurice Brodie menyuntik dirinya sendiri dengan vaksin polio yang belum teruji

Tidak Takut, 12 Dokter Ini Melakukan Eksperimen Pada Dirinya SendiriMaurice Brodie (mn.gov)

Polio menjadi penyakit mematikan yang membuat satu dari setiap 200 orang mengalami kelumpuhan, penyakit ini menjadi kekhawatiran hingga pertengahan abad ke-20. Seperti sebuah artikel dalam catatan Medical History, pada tahun 1930-an, uji coba pada hewan, terutama monyet, sangat mahal. Sebaliknya, eksperimen medis terhadap manusia justru lebih mudah. Seorang dokter bisa melakukan apa saja kepada beberapa pasien mereka dengan alasan, pasien mereka tidak menaruh curiga.

Dan dengan tujuan mulia mengembangkan vaksin untuk menghilangkan polio, pada tahun 1935, Dr. Maurice Brodie dan beberapa koleganya memutuskan untuk membandingkan perbedaan antara uji hewan dan penelitian manusia semi-etis dengan bereksperimen pada diri mereka sendiri. 

Setelah mengembangkan vaksin menggunakan formaldehida konsentrasi tinggi untuk menonaktifkan virus polio, Brodie dan teman-temannya menyuntik diri mereka sendiri dengan suntikan yang baru saja diuji, dan Brodie menguji vaksin tersebut pada sekelompok kecil anak-anak dan kemudian kelompok yang lebih besar.

Sayangnya, seperti yang dicatat oleh sebuah makalah dari Cooper Medical School di Rowan University, dalam upaya untuk mengurangi efek samping mengerikan dari menyuntikkan formaldehida ke pembuluh darah manusia, Brodie secara tidak sengaja mengurangi bahan pengawet hingga di bawah titik yang diperlukan untuk menonaktifkan virus. Hasilnya, sejumlah subjek uji coba justru mengidap polio. 

7. Jonas Salk menguji vaksin polio pada dirinya dan keluarganya

https://www.youtube.com/embed/tncrBZp0dxM

Sayangnya, vaksin polio tahun 1930-an oleh Maurice Brodie tidak berhasil dengan sempurna. Vaksin polio pertama yang efektif 100% belum ditemukan sampai tahun 1950-an, ketika peneliti Jonas Salk menguji vaksin versinya pada dirinya sendiri dan anak-anaknya. 

Sebagai catatan The New Atlantis, di tahun 50-an, polio menjadi kekhawatiran pada orang Amerika. Setiap musim panas, ribuan orang tertular virus, dan banyak diantaranya lumpuh atau bahkan meninggal.

Salk, yang bekerja di Rumah Sakit Kota Pittsburgh, Pennsylvania, menangani banyak kasus tragis dan bertekad untuk mencari penyembuhannya. Pada tahun 1952, menurut The Scientist, Salk menguji vaksin eksperimentalnya pada dirinya dan keluarganya sebelum mengajukan izin pengujian yang lebih luas.

Dia mensterilkan jarum di atas api kompor, seperti yang dicatat History.com, namun uji cobanya itu berhasil dan keluarganya tidak terkena polio. Akhirnya, vaksin Salk diperkenalkan ke publik pada tahun 1955. Hari ini, berkat vaksin Salk, vaksin Sabin, dan beberapa lainnya, polio telah dieliminasi secara global. 

8. John Paul Stapp rela mematahkan tulangnya demi keselamatan manusia di masa depan

https://www.youtube.com/embed/HV4JzoeaWTQ

Ahli bedah Angkatan Udara Dr. John Paul Stapp melakukan eksperimen dengan dirinya sendiri. Yang membuatnya patah tulang dan mengalami perdarahan retinal karena mengikat dirinya di kereta luncur roket untuk mempelajari efek dari percepatan dan perlambatan kekuatan pada manusia, seperti yang dicatat oleh obituari New York Times ketika dia meninggal di usia 89 tahun. 

Seperti yang dicatat oleh National Aviation Hall of Fame, pada awal 1950-an, dia membangun kereta luncur roket yang disebut Gee Whiz. Stapp pun menjadi kelinci percobaannya sendiri, dengan kekuatan hingga 40 g yang dimulai pada tahun 1952.

Seperti yang diceritakan oleh Popular Science, dia kembali membuat kereta luncur roket lain, yakni Sonic Wind, di mana dia berakselerasi dengan kecepatan hingga 632 mph dalam waktu kurang dari enam detik dan terbanting saat berhenti hanya dalam waktu 1,4 detik - uji ini setara dengan menabrak dinding bata pada kecepatan 120 mph.

Seperti yang ditunjukkan oleh Smithsonian National Air and Space Museum, penelitian Stapp ini menjadi pengembangan tali pengaman, kursi ejektor, dan bahkan peralatan keselamatan mobil yang membuat kita semua tetap aman saat mengendarai mobil di jalan, dengan kecepatan yang jauh lebih rendah daripada yang dialami Stapp. 

9. Albert Hofmann merelakkan dirinya mengkonsumsi psikotropika demi menemukan pengobatan

https://www.youtube.com/embed/HBOPFWmZCdM

Seperti yang dilaporkan The Atlantic, pada tahun 1938, seorang peneliti farmasi di perusahaan Swiss Sandoz, yakni Albert Hofmann, melakukan eksperimen dari berbagai molekul organik. Lima tahun kemudian, di tahun 1943, dia kembali mensintesis senyawa itu lagi, dan menyimpulkan bahwa dia telah menemukan substansi baru. Beberapa hari kemudian, pada 19 April 1943, Hofmann menyuntikkan dirinya sendiri dengan 250 mikrogram senyawa: LSD-25 yang bersifat halusinogen, lalu mengendarai sepeda. 

Menurut Encyclopedia Britannica, Hofmann akhirnya menjadi peneliti terkemuka di bidang psikedelik, meneliti penggunaan LSD (Psikotropika) dalam pengobatan psikiatri dan mensintesis psilocybin, senyawa halusinogen dalam jamur.

10. Barry Marshall membuat dirinya terserang tukak lambung, lalu menyembuhkannya

https://www.youtube.com/embed/V_U6czbDHLE

Pada awal 1980-an, para peneliti masih memperdebatkan apa yang menyebabkan seseorang terserang maag (tukak lambung). Seperti yang dicatat LA Times, saat itu perawatan masih terbatas untuk meminimalkan rasa sakit pasien.

Namun, semua berubah berkat penemuan Dr. Barry Marshall dari Australia. Marshall beranggapan bahwa tukak lambung disebabkan oleh bakteri. Tetapi lembaga medis pada masa itu sangat yakin bahwa bakteri tidak dapat bertahan di dalam perut yang mengandung asam lambung. 

Pada tahun 1981, Marshall bekerja sama dengan seorang ahli patologi, Robin Warren, yang telah menemukan bakteri H. pylori dalam usus penderita maag yang parah. Setelah memeriksa biopsi, keduanya yakin bahwa mereka dapat mengobati tukak lambung dengan antibiotik, seperti yang dikisahkan oleh Discover. Tapi mereka tidak bisa membuktikan teori tersebut dengan tikus lab dan tidak ada yang setuju jika penelitian ini dilakukan pada manusia. 

Seperti yang diceritakan oleh New Scientist, pada tahun 1984, Marshall pun menjadi subjek eksperimennya sendiri. Dia mencampurkan minuman dengan bakteri H. pylori, menelannya, yang membuat tukak lambungnya terluka. Dua minggu kemudian, dia minum antibiotik atas desakan istrinya, dan penyakitnya pun sembuh. Pada tahun 2005, Marshall dan Warren memenangkan hadiah Nobel.

Menariknya, Marshall menyatakan dalam sebuah wawancara tahun 2008 bahwa dia terinspirasi dengan bereksperimen pada dirinya sendiri karena dokter John Hunter (uji coba sifilis). 

11. Jack Barnes tersengat ubur-ubur mematikan demi mencari tahu penyakit misterius

https://www.youtube.com/embed/NYTEOGPG3zg

Pada pertengahan abad ke-20, penyakit misterius merenggut nyawa para perenang di Australia. Biasanya mereka tewas karena syok jantung, seperti yang diceritakan dalam Life in the Fast Lane. Korban yang selamat biasanya mengalami kesakitan yang begitu menyiksa, seperti yang dicatat oleh Discover.

Seperti yang ditunjukkan Toxicon, Jack Barnes yang merupakan mantan komando itu terjun langsung ke tempat kejadian. Barnes menyimpulkan bahwa penyakit misterius itu disebabkan oleh spesies berbisa yang tidak diketahui. Pencarian selama bertahun-tahun akhirnya membuahkan hasil, kemungkinan penyebabnya adalah ubur-ubur kotak. Barnes mengujinya dengan berburu ubur-ubur kotak, dia, putranya yang berusia sembilan tahun, dan penjaga pantai setempat tersengat ubur-ubur kotak tersebut. Dalam waktu 20 menit, ketiganya dilarikan ke rumah sakit. Barnes mengungkapkan bahwa gejala-gejalanya cukup intens.

Menurut LITFL, penyakit itu dinamai sindrom Irukandji yang diambil dari nama suku Aborigin di wilayah tempat penyakit itu ditemukan. Saat ini, ubur-ubur kotak ditemukan di wilayah baru akibat dampak pemanasan global, seperti di Great Barrier Reef hingga Hawai. Tidak ada obatnya, namun dokter biasanya memberikan dosis opioid  untuk menghilangkan rasa sakit dan mencegah kematian. 

12. Eksperimen pada diri sendiri terjadi hingga hari ini

Tidak Takut, 12 Dokter Ini Melakukan Eksperimen Pada Dirinya Sendiriilustrasi eksperimen di lab (msn.com)

Saat ini, kode etik kedokteran dan departemen penelitian universitas memiliki kendali ketat atas eksperimen manusia, tetapi ilmuwan akan selalu menggunakan subjek uji coba yang paling mudah, yakni diri mereka sendiri. Seperti yang ditunjukkan oleh sebuah makalah tahun 2012, eksperimen medis membunuh beberapa peneliti di abad ke-20. 

Seperti yang dilaporkan The Scientist, eksperimen pada diri sendiri kembali terjadi sehubungan dengan vaksin COVID-19 yang melanda dunia saat ini. MIT Technology Review telah mewawancarai sekelompok "ilmuwan" yang bekerja secara mandiri, yang menguji vaksin COVID-19 pada diri mereka sendiri.

Apakah itu aman? Apakah sejarah mendukung eksperimen diri yang berpotensi mematikan? Dalam sejarah peradaban manusia, terkadang, untuk melampaui batas ilmu pengetahuan, seseorang harus mengambil tindakan sendiri. Wah, 12 dokter di atas memang nekat, ya! Walaupun begitu, kontribusinya untuk umat manusia sangat berjasa. 

Baca Juga: Inilah 7 Fakta Sejarah Banda Neira yang Mungkin Belum Kamu Ketahui

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ane Hukrisna

Berita Terkini Lainnya