TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Fakta Pangeran Paribatra, Pangeran Thailand yang Dibuang ke Bandung

Kisah unik di balik nama sop buntut legendaris di Bandung

wikimedia.org

Jika kamu jeli, beberapa rumah dari Jaman Hindia Belanda di Jalan Cipaganti mempunyai nama yang tercetak jelas di bagian depan rumah. Di hampir ujung utara Jalan Cipaganti terdapat dua rumah yang bertuliskan bertuliskan Dahapati dan Praseban.

Bagi pencinta kuliner Bandung, nama Dahapati mungkin tidak asing karena disinilah kamu bisa menemukan sop buntut legendaris di Bandung. Ternyata, nama Dahapati dan Praseban diberikan oleh Pangeran Paribatra, seorang Pangeran dari Thailand (Siam) untuk istananya di pengasingan. Berikut ini beberapa fakta unik tentang Pangeran Paribatra.

1. Anak ke-33 Raja Chulalongkorn (Rama V)

Wikimedia.org

Pangeran Paribtara Sukhumbandhu atau dikenal juga dengan Pangeran Nakhon Sawan merupakan anak ke-33 dan anak laki-laki ke-13 Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Kerajaan Siam atau yang kini bernama Thailand. Ia dilahirkan pada tanggal 21 Juni 1881 dari ibu yang bernama bernama Ratu Sukhumala Marasri. 

Baca Juga: 5 Kebiasaan Aneh yang Dimiliki Keluarga Kerajaan Sepanjang Sejarah

2. Tinggal di sebuah istana di pinggir Sungai Chao Phraya

Wikipedia Commons

Sebelum diasingkan ke Bandung, Pangeran Paribatra menempati Istana Bang Khun Phrom yang dibangun oleh Raja Chulalongkorn (Rama V) di pinggir Sungai Chao Phraya. Istana ini mulai dibangun pada tahun 1901 dan didesain arsitek asal Italia bernama Mario Tamagno dengan gaya neo baroque dan rococo. Bangunan yang menghadap Jalan Samsen, Distrik Phra Nakhon tersebut kemudian dinamai Tamnak Yai.

Pada tahun 1913 sebuah bangunan baru untuk Ratu Marasri dibangun menghadap Sungai Chao Phraya. Kali ini bangunan diarsiteki oleh Karl Dohring asal Jerman dengan Gaya Jugendstil atau Art Noveau. Bangunan ini kemudian diberi nama Tamnnak Somdej.

Setelah tidak ditempati Pangeran Paribtra dan keluarga, bangunan ini sempat menjadi Kantor Bank of Thailand. 

3. Memiliki pengaruh dan menduduki jabatan penting di Kerajaan

wikimedia.org

Selepas menjalani pendidikan militer di Eropa, Pangeran Paribatra didudukan di beberapa posisi penting di Kerajaan oleh Raja Vajiravudh (Rama VI). Selama masa pemerintahan saudaranya tersebut, Pangeran Paribatra menduduki posisi sebagai Panglima Angkatan laut Kerajaan, Menteri Kelautan, hingga Menteri Angkatan Darat. 

Selepas Raja Vajiravudh (Rama VI) mangkat, tahta dilanjutkan oleh Raja Prajadhipok (Rama VII). Pangeran Paribatra pun dipercaya untuk menduduki posisi Menteri Dalam Negeri dan Penasehat Raja.

4. Diasingkan ke Bandung setelah Revolusi Siam 1932

Wikimedia.org

Revolusi Siam 1932 atau dikenal juga sebagai Kudeta Tak Berdarah merupakan peristiwa penting bagi Thailand. Peristiwa ini mengakhiri kekuasaan absolut Raja Thailand yang sudah berlangsung selama 800 tahun dan 500 tahun berada dalam Dinasti Chakri. Revolusi ini dijalankan oleh sekelompok masyarakat dan tentara yang tergabung dalam Khana Ratsadon (Partai Rakyat), partai pertama di Thailand. 

Selama revolusi berlangsung, Khana Ratsadon menawan beberapa pangeran, termasuk Pangeran Paribatra di Istana. Raja Prajdhipok yang saat itu sedang berada di luar Bangkok segera pulang ke istana dan berunding dengan para revolusionaris. Setelah perundingan tersebut, Khana Ratsadon membebaskan semua pangeran kecuali Pangeran Paribatra karena dianggap masih mempunyai penggaruh kuat yang dapat menghambat agenda mereka.

Sebagai gantinya, mereka meminta agar Pangeran Paribatra harus diasingkan. Pangeran Paribatra membawa rombongan besar saat diasingkan ke Bandung, termasuk keluarganya dan Putri Nibha Nibhadol yang merupakan adik tiri sang pangeran.

5. Istana Dahapati yang sekarang berubah menjadi restoran dengan menu sop buntut yang legendaris 

Dok.Pribadi/ Agithyra Nidiapraja

"Pada permulaan tahun 1920an, pembangunan rumah gedong sepanjang Jalan Cipaganti baru sampai ke simpang Jalan Pasteur. Namun Pangeran Paribatra, seorang warga kehormatan Kota Bandung, kerabat Raja Siam (Muangthai), telah memilih sebidang tanah di tengah-tengah sawah jauh di ujung utara Jalan Cipaganti."

Begitulah Haryoto Kunto menuliskan tentang keberadaan rumah Pangeran Paribtra dalam Buku "Semerbak Bunga di Bandung Raya". Pangeran Paribatra memilih sebidang tanah di ujung utara Jalan Cipanganti. Rumah tersebut diarsiteki oleh Van Lughten tersebut kemudian masing-masing diberi nama Dahapati Dan Praseban. Kini Istana Dahapati menjadi restoran yang mempunyai menu sop buntut yang legendaris di Bandung. Sedangkan Praseban difungsikan sebagai TK. 

Bukan hanya rumah, Pangeran Paribatra menghiasi pekarangan rumahnya dengan taman bunga. Beberapa tahun kemudian pekarangan rumah Pangeran Paribtra tersebut harus terpotong oleh Jalan Cipaganti yang dibuat lurus. Akhirnya, taman tersebut berada di tengah-tengah jalan seperti bundaran dan masyarakat menamainya Bunderan Siam, mengingatkan siapa yang melewatinya pada kampung halaman Pangeran Paribatra.

Jika ditanya dimana letak Bundaran Siam, kebanyakan orang sudah pasti tidak mengetahuinya karena kini di lahan tersebut sudah berdiri SPBU. 

6. Sangat mencintai musik 

Pangeran Paribatra dikenal sebagai keluarga kerajaan yang produktif dalam dalam bermusik. Selama hidupnya, ia telah menulis lebih dari 70 komposi musik. Salah satu karyanya yang populer adalah "Paribtra March" yang dibuat pada masa Raja Rama VI. Pangeran Paribtra juga menjadi orang pertama yang menyalin lagu kuno "Maha Rirk" kedalam notasi gaya barat. 

Di Bandung Pangeran Paribatra bertemu kembali dengan Seelig, seorang komponis asal Belanda dan juga pemilik kantor penerbitan dan toko musik bernama "Matatani.  Pertemuan pertamanya terjadi saat kunjungan Rama V ke Surakarta dan Seelig masih bekerja untuk Kasunanan. Hubungannya semakin dekat ketika Seelig bekerja untuk Kerajaan Thailand. Saking dekatnya, Seelig menamai anak pertamanya dengan nama Paul Paribatra yang diambil dari nama sang pangeran. 

Tinggal di Bandung dan berada jauh dari negerinya, Pangeran Paribatra menikmati hidupnya dengan mendengarkan, memainkan dan membuat musik. Menurut Seelig, di sore hari Pangeran Paribatra sering mengundangnya untuk makan dan menonton pertunjukan gamelan di halaman depan rumah Pangeran Paribatra. Bukan hanya menonton, sang pangeran juga ikut memainkan alat musik tersebut di beberapa kesempatan. 

Baca Juga: 5 Fakta Perang Boshin di Jepang, Pertempuran yang Mengubah Sejarah!

Verified Writer

Agithyra Nidiapraja

https://www.instagram.com/veerapracha/

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya