TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dari Konflik hingga Bom Jatuh, 5 Peristiwa Dunia Akibat Miskomunikasi

Ngeri banget!

pexels.com/Moose Photos

Penyebaran informasi di era digital seperti saat ini sangatlah mudah. Kita memiliki keleluasaan akses untuk berbagi banyak hal. Meski begitu, hal ini dipandang seperti dua sisi mata uang: baik dan buruk. Akan tetapi, sedikit dari kita yang mengetahui tentang pentingnya saring sebelum sharing.

Perlu kita sadari bahwa menyebar informasi sebelum mengeceknya terlebih dahulu sangatlah berbahaya bagi kehidupan manusia, baik manusia sebagai warga negara maupun manusia sebagai makhluk bumi. Berikut ini lima peristiwa besar dunia yang terjadi akibat miskomunikasi. Simak, yuk!

1. Konflik yang terjadi di Ambon

Pexels.com/it's me neosiam

Abdul Rohman dan Peng Hwa Ang dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul "Truth, Not Fear: Countering False Information in a Conflict" mengutip sebuah pernyataan E. Zuckerman bahwa dahulu informasi palsu atau kabar burung sering dijadikan senjata dalam konflik, mempengaruhi politik, sosial, budaya, dan memperkeruh polarisasi agama dan ras.

Di sisi lain, mereka menyinggung dalam jurnalnya bahwa konflik yang terjadi di Ambon beberapa tahun silam merupakan akibat dari kesalahan informasi yang menyebar.

Oleh karena itu, melakukan pemfilteran informasi sebelum menyebarkannya sangatlah diperlukan. Hal ini sebagai salah satu antisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Menjadi masyarakat yang bijak dalam berpikir sebelum bertindak itu penting karena banyak negara yang tidak kekurangan orang pintar, tapi kekurangan orang bijak.

Baca Juga: 7 Cara Mencegah Berita Hoax Menyebar, Millennials Harus Berkontribusi!

2. Penyebab jatuhnya bom atom di Hiroshima

Thedailystar.net

Prof. Deddy Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar menjelaskan bahwa kekeliruan Amerika saat menerjemahkan kata mokusatsu oleh Domei yang dipandang bermakna no comment di akhir Perang Dunia II diduga menjadi penyebab kota Hiroshima dibombardir. Kesalahan menangkap informasi berakibat fatal bagi suatu negara.

Mengklarifikasi sebuah informasi sebelum mengambil keputusan itu penting mengingat tindakan yang ceroboh dari informasi yang belum jelas kebenarannya akan merugikan banyak pihak.

3. Jatuhnya salah satu brand minuman soda ternama

Pexels.com/Breakingpic

Dilansir Science Daily, Yang Chen, seorang asisten profesor komunikasi di North Carolina State University menyebutkan bahwa pada 2016 terdapat sebuah insiden penyebaran berita palsu di media sosial tentang sebuah perusahaan minuman bersoda yang menarik produknya di pasaran karena diindikasi terkontaminasi parasit.

Pada waktu yang bersamaan, sebanyak 468 konsumen menyebarkan informasi yang tidak benar tersebut di media sosial yang sama tanpa memberi tahu bahwa informasi itu tidaklah benar.

Informasi yang tidak jelas kebenarannya bisa menjadi senjata di dunia bisnis dan tentunya itu sangat merugikan pihak-pihak tertentu. Imbasnya bukan hanya pada kerugian materiel, tetapi juga kepercayaan konsumen yang sudah terbentuk.

Oleh karena itu, sebagai pengguna media sosial, bijaklah dalam mengunggah informasi yang kita dapat dan telusuri kebenarannya sebelum menyebarkannya.

4. Miskomunikasi sering dimanfaatkan untuk jadi alat politik di kawasan Asia Tenggara

Pexels.com/Element5 Digital

Sebuah artikel berjudul "The Thin Line Between Fake and Fact" yang ditulis oleh Sara Chinnasamy, seorang lektor kepala di University of Melbourne, mengungkapkan bahwa di Asia Tenggara, manipulasi informasi marak digunakan untuk mempengaruhi perilaku publik, polarisasi masyarakat, memperburuk situasi konflik etnis, menarik dukungan ideologi agama, memanipulasi hasil pemilu, menciptakan ketakutan, kebencian, dan kekerasan publik.

Hal tersebut jelas akan berdampak pada kehidupan demokrasi suatu negara; manipulasi informasi dalam bidang politik; dan mencederai hak-hak rakyat. Sebagai masyarakat, dalam hal ini, kita tidak bisa berbuat banyak selain mendoakan yang terbaik untuk keberlangsungan politik di negara kita.

Baca Juga: Waspada, 7 Aplikasi Ini Bisa Digunakan untuk Sebar Hoax dan Penipuan

Verified Writer

Ahmad Rifai Yusuf

Tajam menganalisa, senyap menulis, dan bergerak menyebar.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya