TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Sejarah Kaum Tsamud, Pemahat Gunung yang Dibinasakan Allah

Kaum ini pernah sangat berjaya di masanya, lho!

ilustrasi peninggalan kaum Tsamud (commons.wikimedia.org/Richard.hargas)

Kata "Arab" disebutkan dalam Al-Quran sebanyak sembilan kali untuk merujuk pada penduduk gurun. Para sejarawan secara umum membagi kaum Arab menjadi tiga kelompok, yaitu orang Arab punah, orang Arab asli, dan orang Arab yang di-Arab-kan. Salah satu orang atau kaum Arab yang punah karena dibinasakan seluruhnya oleh Allah SWT adalah kaum Tsamud

Berdasarkan firman Allah SWT dalam QS. Al Araf ayat 78, disebutkan bahwa kaum Tsamud diazab dengan sambaran petir dan gempa bumi yang dahsyat. Azab tersebut terjadi karena mereka melanggar perintah Allah SWT dan durhaka kepada Nabi Saleh AS.

Rupanya, beberapa tahun yang lalu kawasan yang diyakini sebagai tempat tinggal kaum Tsamud telah dibuka untuk umum oleh pemerintah Arab Saudi. Terdapat beberapa informasi sejarah yang bisa diperoleh mengenai kaum terkutuk ini.

Penasaran apa saja kisahnya? 

1. Muncul dalam prasasti Raja Babilonia kuno

ilustrasi Al Hijr (whc.unesco.org/Jean-Jacques Gelbart)

Kata Tsamud muncul dalam sejarah Raja Asyur Sargon II yang tertulis dalam annales-nya, yaitu "Dur-Sharrukin". Raja Asyur Sargon II adalah raja yang masyhur dan memerintah dari tahun 722—705 SM. Raja ini berhasil menguasai daerah Babilonia kuno yang berlokasi di tengah kawasan selatan Mesopotamia (sekarang menjadi negara Irak dan Suriah).

Kata "Ta-mu-di" disebutkan bersama dengan "Ephah", "Ibadidi", dan "Marsimani" yang dikenal sebagai bagian dari orang-orang Arab yang tinggal di gurun yang jauh, dimana penduduk tersebut tidak mengenal pengawas maupun pejabat dan tidak membawa penghormatan kepada raja manapun. Dikatakan bahwa Raja Sargon berhasil mengalahkan suku-suku tersebut dan menyuruh mereka dideportasi secara paksa ke Samaria.

Baca Juga: 6 Museum Islam di Indonesia, Perluas Wawasan dan Iman

2. Menghuni desa kecil yang dikenal sebagai Madain Salih atau Al Hijr di Kota Al Ula

ilustrasi Madain Salih (commons.wikimedia.org/Sammy Six)

Cendekiawan muslim abad kesembilan, yaitu Ibn Saʿd, percaya bahwa kaum Tsamud adalah orang Nabatean. Kaum Tsamud menghuni suatu desa yang disebut Madain Salih atau Al Hijr yang terletak di Kota Al Ula. Kota dengan luas sekitar 22.000 kilometer ini berada di wilayah Hijaz, Arab Saudi.

Kota Al Ula sendiri berusia sekitar 5000 tahun. Secara historis, kota kuno ini berlokasi strategis di sepanjang rute Dupa sehingga membuat kota ini sebagai perhentian utama antara Mediterania dan Jazirah Arab. Kota ini juga merupakan ibu kota kuno Lihyanites (Dedanites). Sejarah menunjukkan bahwa orang Yunani dan Romawi kuno mungkin juga telah melewati kota ini. 

3. Menjadikan Desa Madain Salih sebagai pangkalan militer

ilustrasi Madain Salih (whc.unesco.org/Ko Hon Chiu Vincent)

Kaum Tsamud atau masyarakat Nabatean mendiami rumah-rumah yang mereka ukir langsung di pegunungan yang disebut Pegunungan Ithlib. Madain Salih atau Al Hijr tempat mereka tinggal merupakan desa yang terletak paling selatan dari Kota Al Ula. Ternyata, sisa-sisa dari Bangsa Lihyan dan Romawi juga dapat ditemukan di situs ini, lho!

Madain Salih adalah salah satu daerah terpenting dalam peradaban Nabatea, setelah ibu kotanya, Petra yang berlokasi di Yordania. Masyarakat Nabatean atau kaum Tsamud menjadikan desanya sebagai pangkalan militer. Hal ini bertujuan untuk melindungi konvoi perdagangan yang datang dari selatan Jazirah Arab dan mengamankan mereka dari suku-suku tetangga.

4. Terkenal sebagai kaum yang paling maju di zamannya

ilustrasi Al Hijr (whc.unesco.org/Jonathan Irish)

Kaum Tsamud yang mendiami kawasan Al Hijr ini terkenal antara abad keempat Sebelum Masehi (SM) hingga paruh pertama abad ketujuh Masehi (M). Pemukiman mereka merupakan yang terbesar di kawasan selatan Kerajaan Nabatea. Tidak heran mereka memiliki peradaban yang lebih maju dibanding lainnya.

Penduduk di kawasan ini dikenal terampil dalam perdagangan, konstruksi, dan teknik hidrolik. Mereka mampu mengukir rumah dan makam monumental dimana arsitekturnya langsung dipotong dari batuan pasir. Mereka juga telah membangun sistem pengelolaan air yang canggih untuk melestarikan dan menggunakan sumber daya air yang mereka miliki.

Baca Juga: 9 Tempat Wisata di Kordoba, Kota Sejarah Peradaban Islam di Spanyol 

Verified Writer

Aii gie

Si Pengembara

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya