TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

13 Kisah Asal-usul Lagu Anak yang Menakutkan, Merinding!

Untuk anak-anak, kenapa sejarahnya begini?!

ilustrasi: lagu yang sering dinyanyikan anak-anak memiliki kisah yang menyeramkan (pixabay.com/blueMix)

Lagu adalah salah satu media untuk menurunkan budaya dan kisah leluhur kepada generasi selanjutnya. Umum dinyanyikan oleh atau bersama anak-anak, lirik-lirik lagu anak umumnya terdengar ramah dan memiliki makna kehidupan. Akan tetapi, apakah benar seperti itu?

Menilai gelapnya masa lalu, lagu anak-anak dari zaman dulu sebenarnya telah melewati berbagai perubahan. Aslinya? Ternyata, lagu-lagu anak ini diketahui memiliki kisah latar belakang yang tak secerah liriknya. Inilah 13 lagu anak yang ternyata memiliki kisah asal-usul horor. Bikin bulu kuduk berdiri!

1. Ba, Ba, Black Sheep

Sebagai salah satu lagu anak paling populer di dunia, lirik "Baa, Baa, Black Sheep" diketahui lewat Tommy Thumb's Pretty Song Book pada 1744. Apakah benar lagu ini tentang domba hitam atau black sheep? Ada beberapa tafsiran mengenai lagu anak yang sekarang nadanya lebih identik dengan "Johnny Johnny Yes Papa" ini yaitu:

  • Bentuk protes terhadap pajak perdagangan wol di Inggris sejak abad ke-13. Karena perdagangan wol yang marak, Raja Edward I (1239–1307) mematok pajak yang tinggi. Sang raja menerima sepertiga, dan dua pertiga diberikan pada petani serta gereja. Alhasil, anak-anak kaum jelata yang tinggal di jalanan tidak kebagian.

  • Kata "black" di sini juga konon merujuk pada praktik perdagangan budak kulit hitam di Inggris. Tidak heran, pada 2014, beberapa guru taman kanak-kanak di Australia sempat mengganti lirik "black" agar tidak terdengar rasis.

Akan tetapi, perlu dicatat bahwa tidak ada bukti sejarah nyata mengenai tuduhan terhadap Raja Edward I atau rasisme dalam "Baa, Baa, Black Sheep". Malah, sebenarnya, wol domba hitam seharusnya mahal karena bisa ditenun jadi pakaian tanpa proses pewarnaan lagi.

2. Rock-a-Bye Baby

Ini bukan lagu Clean Bandit dengan Anne Marie! Dipertunjukkan secara perdana dalam buku Mother Goose's Melody pada 1765 oleh John Newberry, "Rock-a-Bye Baby" umum sebagai lagu ninabobo anak di budaya Barat. Lagu ini memiliki beberapa teori asal-usulnya, yaitu:

  • Dituliskan pada abad ke-17 oleh kolonis Inggris di benua Amerika, lagu ini melibatkan keheranan terhadap praktik penduduk asli Amerika yang membedung bayi mereka di atas pohon. Masalahnya, jika ranting pohon itu patah, maka bayi bisa jatuh dan meninggal (When the bough breaks the cradle will fall, down tumbles baby, cradle and all).

  • Paling terkenal, lagu ini menceritakan kisah kejatuhan Raja James II (1633–1701). "Bayi" dalam lagu ini adalah anak James Francis Edward (1688–1766). Karena istri James II, Mary di Modena (1658–1718), sudah memasuki masa menopause dan bayinya lahir mati, maka Edward dirumorkan adalah anak pungut untuk menjaga garis keturunan bangsawan Katolik. "Angin" yang mengguncang adalah William III (1650–1702) dari Belanda yang menjatuhkan James II dan Wangsa Stuart pada 1688.

3. Ring a Ring O' Roses

Bila kamu memainkan game smartphone Plague Inc., kamu mungkin akan mendengar lagu ini sekilas. Muncul secara perdana pada 1881, "Ring a Ring O' Roses" sekilas terdengar seperti anak-anak yang sedang merangkai karangan bunga mawar. Benarkah seperti itu?

Faktanya, sejak akhir Perang Dunia II (PD2), lagu ini konon menceritakan tragisnya Kematian Hitam/Black Death (1347-1351) atau Wabah Besar London (1655) yang menyapu populasi Inggris. Jika dibedah, maka Ring a Ring O' Roses menceritakan:

  • Ring a ring o' roses: Salah satu gejala penyakit yang paling menonjol adalah ruam seperti cincin kemerahan pada kulit.

  • A pocket full of posiesPosies adalah bunga atau tumbuhan beraroma segar untuk mengusir bau mayat di sekitar yang umumnya diletakkan di kantung pakaian. Selain itu, posies juga digunakan untuk mencegah agar tidak tertular.
  • "A-tisshoo" (atau "Ashes" di versi Amerika Serikat): Sekilas seperti suara bersin, ini adalah salah satu gejala umum pada pasien wabah besar tersebut. Sementara, ashes atau abu adalah simbol dari jenazah para pasien wabah yang harus dikremasi akibat lahan makam yang berkurang.

  • "We all fall down": Bukan rahasia kalau kedua wabah tersebut hampir menghabisi populasi Eropa, terutama Black Death yang menghabisi 30-60 persen populasi Eropa.

Akan tetapi, tidak sedikit pakar yang menentang hal ini. Oleh karena itu, latar belakang Ring a Ring O' Roses masih diperdebatkan. Akan tetapi, teori-teori tersebut sudah keburu beredar luas.

4. Eeny, Meeny, Miny, Moe

Ibarat "Cap, Cip, Cup" di budaya Barat, kemunculan "Eeny, Meeny, Miny, Moe" masih samar, tetapi terdeteksi pada abad ke-19. Di lirik terkini lagu ini, konon kamu "menangkap seekor harimau dari jari kakinya". Akan tetapi, menjelang akhir abad ke-19, lagu ini sebenarnya memiliki artian gelap.

"Eeny, Meeny, Miny, Moe" dinyanyikan oleh orang-orang kaya yang sedang memilih budak kulit hitam yang marak diperdagangkan. Jadi, jika dinyanyikan aslinya, maka kata "Tiger" diganti menjadi "N***er". Konon, kalau sang budak tidak berlaku baik, maka tidak dipilih dan disiksa.

5. Pop Goes the Weasel

Terdengar untuk pertama kali pada 1852 di Inggris, "Pop Goes the Weasel" memiliki makna yang menyedihkan. Lagu ini menceritakan kisah rakyat kelas sosial ekonomi menengah ke bawah yang hidup susah, tetapi ingin bersenang-senang dengan minum alkohol.

Konon, lirik tersebut mengisyaratkan kalau gaji pekerja di masa itu amat rendah. Lalu, apakah "Weasel" di sini berarti cerpelai yang kecil nan lucu? Interpretasinya berbeda-beda. Bisa jadi mantel kulit yang digunakan para pekerja, peralatan pengrajin topi, hingga ukuran untuk menenun.

Di bait selanjutnya, konon para pekerja menghabiskan uang ke EagleEagle sendiri adalah bar di City Road, London. Lalu, saat uang mereka habis, maka mereka menggadaikan mantel kulit cerpelai mereka untuk membeli minuman.

6. Humpty Dumpty

Diterbitkan pertama kali pada 1797 dalam Juvenile Amusements karangan Samuel Arnold, "Humpty Dumpty" populer di masa kini sebagai makhluk seperti telur dari Through the Looking-Glass (1871). Lagu anak-anak ini menceritakan sesosok bernama Humpty Dumpty yang jatuh dari tembok dan tercerai berai. Kira-kira apa maknanya?

Salah satu teori dari abad ke-20 menyatakan bahwa Humpty Dumpty adalah Raja Richard III (1452–1485). Digambarkan bungkuk, Richard III konon wafat setelah kalah di Pertempuran Bosworth (1485). Sesuai dengan liriknya, terlepas dari tentara Richard III yang lebih banyak, sang raja tetap kalah dan wafat.

Baca Juga: Mengerikan, Ini 15 Praktik Brutal oleh Bangsa Viking

7. London Bridge Is Falling Down

Muncul juga dalam Tommy Thumb's Pretty Song Book pada 1744, "London Bridge Is Falling Down" adalah lagu anak mengenai kondisi Jembatan London yang semakin termakan usia. Tetapi, mengapa sampai dijadikan lagu? Ada dua teori menakutkan dari lagu ini.

Pertama, lagu ini menggambarkan jatuhnya serangan kaum Viking yang dipimpin oleh Raja Norwegia Olaf II (995–1030). Sebuah sajak oleh Óttarr svarti di Heimskringla juga mengisahkan tentang kejatuhan Jembatan London. Akan tetapi, beberapa bukti sejarah meragukan insiden sejarah ini.

Kedua dan yang paling mengerikan adalah praktik takhayul di Inggris. Konon, dalam pembangunan Jembatan London, tumbal manusia dibutuhkan agar jembatan ini tetap berdiri. Oleh karena itu, anak-anak hingga petugas jembatan dikorbankan. Namun, tak ada bukti arkeologi mengenai hal ini.

8. Three Blind Mice

Ditunjukkan pertama kali pada 1609 di Deuteromelia or The Seconde part of Musicks melodie, penggubah "Three Blind Mice" tidak diketahui. Namun, dibandingkan mencari penulisnya, arti dari lagu inilah yang diperdebatkan.

Konon, "Three Blind Mice" menceritakan rezim Ratu Mary I (1516–1558) yang dijuluki Bloody Mary. Menurut lagu ini, sang ratu membutakan dan menghukum mati tiga petinggi aliran Protestan di Oxford, yaitu dua uskup Anglican Hugh Latimer, Nicholas Ridley, dan Uskup Agung Thomas Cranmer.

Namun, teori ini terbantahkan karena para "Martir Oxford" tersebut dibakar, bukan dibutakan. Kemungkinan besar, istilah "buta" di sini disematkan oleh para petinggi Katolik untuk menjelekkan aliran Protestan.

9. Jack & Jill

Muncul dalam Mother Goose's Melody, "Jack & Jill" mengisahkan dua bocah laki-laki dan perempuan yang mengambil air. Namun, saat Jack jatuh, Jill juga tak lama jatuh juga. Kira-kira, apa yang bisa diambil dari lagu ini? Ada dua teori dari terciptanya lagu "Jack & Jill", yaitu:

  • Mengenai eksekusi Raja dan Ratu Prancis, Louis XVI (1754–1793)dan Marie Antoinette (1755–1793), saat Revolusi Prancis (1789-1799). Keduanya dipenggal pada 1793 dengan Louis XVI (Jack) terlebih dulu, dan Marie (Jill) beberapa bulan kemudian. Namun, karena peristiwa ini terjadi 2 dekade setelah terciptanya "Jack & Jill", teori ini terbantahkan.

  • Mengenai usaha Raja Charles I (1600–1649) menaikkan pajak minuman keras. Karena ditolak parlemen, maka Charles I ingin ukuran minuman keras diperkecil, jackpint), dan jillpint).

10. Mary, Mary, Quite Contrary

Muncul dalam buku Tommy Thumb's Pretty Song Book, "Mary, Mary, Quite Contrary" seolah-olah menceritakan kisah seorang gadis bernama Mary dan kebunnya. Ternyata, lagi-lagi, lagu ini menyindir Ratu Mary I.

  • "Quite contrary": menghina gagalnya usaha Mary I untuk mengembalikan paham Katolik setelah keputusan ayahnya, Henry VIII (1491–1547), dan saudaranya, Raja Edward VI (1537–1553) yang membuat Protestan menjamur di Inggris.

  • "How does your garden grow?": sindiran terhadap sang ratu yang tidak memiliki keturunan, atau sebuah ledekan terhadap Stepher Gardiner, seorang uskup dan politisi di masa pemerintahan Mary I. Selain itu, "Kebun juga menjadi simbol dari "kuburan" para pemeluk Protestan yang dihukum mati karena menentang Mary I.

  • "Silver bells and cockleshells": dua alat penyiksaan yang digunakan untuk menginterogasi atau membunuh.

  • "Pretty maids all in a row": menyindir frekuensi keguguran yang dialami oleh Mary I atau eksekusi Lady Jane Grey (1536–1554), Ratu Inggris dan Irlandia yang hanya memerintah 9 hari saja, yang diperintahkan oleh Mary I.

11. Kagome, Kagome

"Kagome, Kagome" (かごめかごめ) adalah lagu anak-anak atau warabe-uta (童歌) dan permainan yang disukai anak-anak Jepang di masanya. Game ini sempat dipopulerkan lewat komik dan adaptasi live action Kami-sama no Iutoori (神さまの言うとおり).

Dengan seorang anak ditutup matanya, ia harus menebak siapa anak yang berada di belakangnya. Cukup menegangkan, ya? Tunggu sampai kamu dengar kisah lagu ini.

  • Lagu ini mengisahkan seorang pelacur (seekor burung dalam sangkar) yang dipaksa melacur hingga tak ingat lagi siapa yang "memakainya".

  • Lagu ini mengisahkan tentang kisah pilu seorang ibu hamil. Karena didorong hingga jatuh dan mengalami keguguran, sang ibu dendam dan mencari tahu siapa yang telah mendorongnya dari belakang.

  • Lagu ini mengisahkan tahanan yang dihukum mati. Karena ditutupi matanya, sang tahanan bertanya-tanya siapa yang menjadi algojonya. Lalu, saat dipenggal dan kepalanya jatuh ke tanah, pikiran terakhir yang terlintas adalah, "Tubuh siapakah itu?"

12. Teru Teru Bozu

Sudah menjadi bagian dari budaya Jepang sejak Zaman Edo (1603–1867), Teru Teru Bozu (照る照る坊主) adalah boneka kerajinan tangan yang menyerupai rahib Buddha Jepang dan digantung di jendela untuk menangkal hujan. Setelah menggantung boneka tersebut, biasanya anak-anak Jepang akan menyanyikan lagu "Teru Teru Bozu".

Dua bait pertama dari lagu ini mungkin amat ramah karena jika cuaca esok hari cerah, para "rahib" dijanjikan lonceng emas dan sake manis. Namun, jika hujan tetap turun, maka para "rahib" akan kehilangan kepalanya di bait terakhir. Kok maksa?!

Baca Juga: Mengerikan! 6 Ritual Zaman Dulu yang Memakan Jiwa Manusia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya