TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Virus Zombi Purba Bangkit dari Es di Siberia? Ini Faktanya!

Tunggu, jangan panik dulu

ilustrasi permafrost (pixabay.com/PublicDomainPictures)

Bukan rahasia kalau dunia tidak sesejuk dahulu kala. Pemanasan global telah menyebabkan lapisan es dunia mencair secara signifikan.

Selain meningkatkan permukaan air laut, lapisan es yang mencair dikhawatirkan melepaskan berbagai mikroorganisme yang dulunya terperangkap. Hasilnya, bakteri atau virus baru!

Meneliti ibun abadi di Siberia

ilustrasi permafrost (bbc.com)

Dimuat dalam jurnal bioRxiv pada 10 November 2022, para peneliti Prancis, Rusia, dan Jerman mencatat bahwa seperempat belahan bumi utara adalah ibun abadi atau permafrost. Namun, pemanasan iklim global membuat permafrost mencair.

"Cairnya ibun abadi melepaskan materi organik yang beku selama jutaan tahun, kebanyakan terurai menjadi karbon dioksida dan metana, meningkatkan efek rumah kaca," tulis para peneliti.

Selain mikroba, para peneliti mengatakan bahwa virus dari masa prasejarah juga ikut bangkit. Dikarenakan jumlah studi mengenai virus yang bangkit dari mencairnya lapisan es dunia, para peneliti khawatir hal ini membuat dunia abai dan meremehkan virus-virus tersebut.

Para peneliti kemudian "membangkitkan" berbagai virus dari ibun abadi Siberia. Menurut para peneliti, virus-virus yang bangkit akibat pemanasan iklim global bisa berbahaya untuk dunia. Jadi, perlu studi lebih lanjut untuk mengetahui risiko penyebaran virus masa lampau yang hadir akibat pencairan lapisan es dunia.

Disclaimer: Studi bertajuk "An update on eukaryotic viruses revived from ancient permafrost" ini masih pracetak dan belum melewati ulasan sejawat (peer-review). Hasil penelitian ini belum bisa dijadikan patokan absolut dan bisa berubah sewaktu-waktu.

Baca Juga: Mengingat 12 Virus Paling Mematikan dalam Sejarah Dunia

Masih berpotensi menyebabkan penyakit menular

Dari virus-virus yang ditemukan oleh para peneliti, salah satu virus berusia hampir 50.000 tahun (48.500 tahun). Ditemukan di bawah danau beku, usia virus tersebut memecahkan rekor virus beku yang bisa langsung menginfeksi organisme lainnya.

Virus amuba berusia 48.500 tersebut sebenarnya adalah satu dari 13 virus yang ditemukan di ibun abadi dalam studi pracetak tersebut. Sembilan dari 13 virus tersebut berusia puluhan ribu tahun, dan para peneliti mencatat bahwa tiap virus memiliki ciri genome khas yang berbeda dari virus lainnya.

Dengan kultur amuba sel tunggal hidup, tim peneliti menunjukkan bahwa para virus masih bisa menjadi patogen yang berpotensi menjadi penyakit menular. Meski bakteri yang juga lepas ke dunia masih bisa ditangkal dengan antibiotik, SARS-CoV-2 menjadi contoh bagaimana manusia masih kurang siap menghadapi ancaman kesehatan baru.

"Situasinya bisa lebih berbahaya saat penyakit tanaman, hewan, dan manusia disebabkan oleh bangkitnya virus asing dari masa lampau," tulis para peneliti.

Bukan temuan virus pertama dari ibun abadi

foto Mollivirus sibericum di bawah mikroskop (pnas.org)

Virus berusia 48.500 ini kemudian diberi nama Pandoravirus yedoma. (yedoma adalah ibun abadi Siberia). Para peneliti yakin bahwa akan lebih banyak virus yang ditemukan. Nyatanya, ini bukanlah pertama kalinya para peneliti menemukan virus prasejarah dalam lapisan es.

Dimuat dalam jurnal PNAS pada 2015 silam, para peneliti Prancis dan Rusia juga meneliti lapisan ibun abadi yang mencair. Hasilnya, studi yang sudah peer-review tersebut menemukan sosok virus yang berusia sekitar 30.000 tahun, Mollivirus sibericum. Virus ini dikatakan cukup besar untuk dilihat dengan mikroskop cahaya biasa.

Selain Mollivirus sibericum, kelompok peneliti Prancis tersebut juga menemukan virus raksasa lain pada 2014. Dimuat dalam jurnal PNAS, virus raksasa Pithovirus sibericum dan Mollivirus sibericum berasal dari sampel ibun abadi yang sama.

"Jika kedua virus tersebut bisa tetap menginfeksi setelah bangkit dari lapisan ibun abadi, ini harus jadi perhatian dalam rangka pemanasan global," tulis para peneliti.

Baca Juga: Studi: Ada Lebih Dari 5.500 Virus RNA Baru di Laut, Warning!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya