TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IQ Kian Menanjak Ikuti Zaman, Ini 5 Fakta soal Efek Flynn

Semakin lama, manusia semakin pandai

idntimes.com

"Anak-anak zaman sekarang lebih pinter ngomong!" — Ungkapan yang banyak kita dengar di dunia nyata dan dunia maya.

Pernah dengar pernyataan tersebut? Kalau iya, ternyata ada sebabnya. Seiring perkembangan teknologi, inteligensi manusia pun juga ikut berubah. Bedakan zaman abad ke-19 yang tak mengenal internet dengan abad ke-21 di mana informasi beredar sangat cepat dan hampir tak terbatas waktu dan wilayah.

Diteliti sejak abad ke-20, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menciptakan arus perubahan pada perkembangan kecerdasan intelektual (IQ) manusia. Itulah hipotesis yang dikembangkan oleh seorang Profesor Emeritus Ilmu Politik di University of Otago, Selandia Baru, James R. Flynn.

1. Sejarah "Efek Flynn" pada IQ manusia

Profesor Emeritus James R. Flynn. ted.com

Melalui esainya yang berjudul "The Mean IQ of Americans: Massive Gains 1932 to 1978" pada 1984, Flynn mengemukakan bahwa angka IQ manusia terus berkembang selama 46 tahun di abad ke-20. Mengambil hasil tes IQ pada 1932 - 1978 di Amerika Serikat (AS), Flynn mencatat rata-rata kenaikan IQ sebesar 13,8 poin!

Fenomena menarik ini kemudian berulang pada 1994, saat Flynn kembali mengecek perkembangan IQ berdasarkan sampel hasil tes IQ dari penjuru dunia dan menemukan hasil yang sama. Jika dibandingkan, nilai IQ di ambang akhir abad ke-20 berkembang pesat daripada 60 tahun sebelumnya!

Pada 1994 juga, peneliti asal AS, Richard Herrnstein dan Charles Murray menyebut fenomena tersebut "Efek Flynn", dan sebutan tersebut bertahan hingga saat ini.

Baca Juga: Ketahuilah, Ini 9 Macam Kecerdasan yang Dimiliki Manusia Selain IQ

2. Kecerdasan cair lebih berkembang dibandingkan kecerdasan kristal

Kecerdasan cair dan kristal. youtube.com

Pada 1994, Flynn merilis studinya dan hasilnya cukup mengejutkan! Dimuat dalam Encyclopedia of human intelligence, Flynn menyatakan bahwa kecerdasan cair meningkat jauh lebih pesat dibandingkan kecerdasan kristal.

Apa itu kecerdasan cair dan kristal? Pada 1963, psikolog Inggris - AS, Raymond Cattell, menyatakan ada dua jenis elemen kognitif pada IQ:

  • Kecerdasan cair; dan
  • Kecerdasan kristal.

Kecerdasan cair mengacu pada proses dasar berpikir dan pemecahan masalah yang biasanya didapatkan melalui proses akulturasi dan pendidikan (formal dan informal); sementara, kecerdasan kristal mengacu pada proses pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman dan perjalanan hidup.

Kecerdasan cair yang seiring usia dikatakan menurun dapat dites melalui tes matriks, nomor, dan huruf; sementara, kecerdasan kristal yang seiring usia dikatakan meningkat dapat dites melalui tes pengetahuan umum, bahasa, dan matematika.

3. Mengapa Efek Flynn bisa terjadi?

Kelas modern dengan teknologi. govtech.com

Pada sesi TED 2013, Flynn mengatakan bahwa jika kita generasi dulu dites dengan norma IQ sekarang, maka hasilnya di bawah rata-rata. Sedangkan, jika kita dites menggunakan norma IQ zaman dulu, maka kita bisa dianggap jenius!

"Bukan hanya kita bisa menjawab pertanyaan dengan benar, tetapi kita juga mampu menjawab lebih banyak pertanyaan dengan benar dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya sejak tes IQ ditemukan," papar Flynn.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Flynn mengungkapkan bahwa ada empat faktor mengapa fenomena efek Flynn pada kecerdasan cair bisa terjadi:

  • Faktor lingkungan yang mendukung inteligensi;
  • Perbaikan mutu pendidikan; dan
  • Perbaikan nutrisi.

Membahas efek Flynn, jurnalis Kanada untuk The New Yorker, Malcolm Gladwell, menganggap efek Flynn sebagai pembuktian bahwa IQ seharusnya bukan diukur dari kecerdasan bawaan, melainkan dari faktor eksternal yang paling mempengaruhi kecerdasan manusia, seperti pendidikan dan lingkungan.

pixbay

Terdapat beragam hipotesis bahwa perubahan cara kerja di masyarakat ikut berkontribusi terhadap efek Flynn. Masyarakat masa kini dituntut beradaptasi mengerjakan segala sesuatu dengan deadline, sehingga hal tersebut juga memengaruhi hasil tes IQ.

Revolusi industri juga dikatakan menjadi faktor pendorong efek Flynn. Dibandingkan dengan tahun 1910, pekerjaan masa kini lebih menuntut kemampuan kognitif manusia. Dibandingkan masa lalu, manusia zaman sekarang jauh lebih "hipotetis" dan sudah lepas dari konsep konkret, sebut Flynn.

"Pada 1900, hanya 3 persen profesi di AS menuntut kemampuan kognitif. Sekarang, 35 persen pekerjaan di AS menuntut kemampuan kognitif, dari pengacara hingga pemrograman. Dan untuk bertahan di masa kini, kemampuan kognitif adalah yang terpenting, atau bagaimana menjadi lebih fleksibel," ujar Flynn lebih lanjut.

4. Perlunya pembaruan tes IQ secara berkala

unsplash.com/santivedri

Pada bukunya yang berjudul "Are We Getting Smarter? Rising IQ in the Twenty-First Century" yang dirilis pada 2012, Flynn mengatakan bahwa psikolog dan peneliti IQ zaman sekarang tengah menghadapi dilema mengenai peningkatan IQ dan standardisasi IQ.

"Masa kini, para psikolog tengah berhadapan sebuah paradoks: orang-orang zaman sekarang jauh lebih pintar daripada pendahulu mereka, atau setidaknya dalam beberapa situasi, tes IQ bukanlah ukuran kecerdasan yang baik," papar Flynn.

Dikarenakan IQ meningkat seiring zaman, Flynn mengingatkan bahwa tes IQ pun harus terus diperbarui mengikuti norma yang berlaku agar semakin akurat. Jika tidak, maka hasil IQ tidak akurat dan kecerdasan tidak akan disalurkan secara maksimal.

Ilustrasi: IQ manusia. theconversation.com

Sebagai contoh, Flynn dalam penelitiannya pada 1985, "Wechsler intelligence tests: Do we really have a criterion of mental retardation?", mengungkapkan bahwa tes kecerdasan Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) tidak diperbarui selama 25 tahun dari 1947 hingga 1972.

Hasilnya pun cukup fatal, yaitu kesalahan hitung data anak-anak dengan keterbelakangan inteligensi pada 1972 dari yang resminya 8,8 juta menjadi hanya 2,6 juta! Penanganannya pun berpotensi terhalang.

Contoh selanjutnya, pada 1991, dalam penelitiannya, "Asian Americans: Achievement beyond IQ", Flynn membandingkan hasil tes IQ penduduk Asia-Amerika dengan dengan hasil tes IQ orang Amerika zaman dulu. Salah interpretasi, maka para peneliti mengira para kaum Asia-Amerika sebagai "kaum elit ber-IQ tinggi".

Baca Juga: Sukses dalam Hidup, 5 Cara Ilmiah Mengembangkan Kecerdasan Emosi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya