TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jangan Sembarangan, Ini 6 Mitos soal Polyglot Si Cerdas Berbahasa

Selalu dianggap "berkah" sejak lahir

rcinet.ca

Kamu ingin bisa semua bahasa? Oh, semua orang pastinya mau.

Bukan hanya gampang bepergian, namun, kamu bisa dengan mudah berkomunikasi dengan orang asing tanpa bantuan Google Translate.

Orang yang memiliki pengetahuan lebih dari 1 bahasa disebut "polyglot". Beberapa media merepresentasikan kaum polyglot sebagai seseorang yang cukup "berada" dan memiliki dana yang cukup untuk berkeliling dunia untuk mendalami bahasa dan budayanya.

Beberapa orang menyangka hal tersebut adalah berkah alami yang sudah ada sejak lahir; beberapa bahkan menyangka mereka memiliki daya ingat luar biasa.

Itu hanya segelintir. Inilah beberapa pandangan orang terhadap polyglot yang sebenarnya... Salah besar!

1. Talenta sejak lahir

dreamstime.com

Hoaks: Para polyglot sudah "diberkahi" dengan talenta kecerdasan bahasa sejak lahir.

"Anak jurusan Sastra, kamu sering mendengar hal ini?"

Kami yakin, kamu sering mendengar hal tersebut. Hoaks ini sering terdengar dari mulut mereka yang kagum saat kamu mulai cas-cis-cus dalam bahasa asing seperti Inggris, Tionghoa, Jepang, atau bahasa asing lainnya.

Mereka menganggap bahwa menjadi polyglot berarti mereka memiliki beberapa set gen khusus di DNA yang membuat mereka mengerti bahasa lain "SEJAK LAHIR".

Pandangan ini muncul, kemungkinan besar, karena persepsi luas masyarakat yang seolah "fobia" dengan bahasa baru. Dengan kata lain, mereka takut akan kehilangan bahasa ibu. Namun, apakah benar para polyglot memang sudah seperti itu sejak lahir?

thespoof.com

Fakta: Semua orang bisa menjadi polyglot!

"Tidak adil kalau dunia seperti itu."

Kalau segalanya beralaskan "berkah" dan "genetik", berarti mutlak, dong, kalau kamu tidak dapat menguasai bahasa? Faktanya, semua orang, bahkan kamu pun, bisa menjadi polyglot! Hanya saja, mereka yang memang suka mendalami bahasa, lebih sering mencari berbagai kiat agar dapat menguasai bahasa lebih cepat.

"Kami lebih sering menelusuri apa saja trik yang bisa dilakukan agar dapat mempelajari bahasa baru secara lebih efektif. Hal tersebut menjadikan kami lebih berani meng-explore bahasa baru. Berani salah, istilahnya." - A (19), mahasiswa Sastra Jepang -

Berbahasa adalah sebuah "kemampuan". Sama seperti musik, basket, badminton, dan lainnya, hal tersebut "bisa" dipelajari, walaupun kecepatan belajar setiap orang berbeda-beda.

2. Suka bepergian ke luar negeri

unsplash.com/Guilherme Stecanella

Hoaks: Polyglot punya banyak uang dan suka berkelana!

Banyak orang yang melihat polyglot sebagai sebuah kelompok orang yang bisa menguasai bahasa karena mereka suka melancong. Dengan kata lain, mereka bilang,

"Duit mereka banyak binggo!"

Bayangkan saja, harga tiket yang mahal dan akomodasi? "Lebih baik les," pikir mereka.

Unsplash/Simon English

Fakta: Suka melancong, tetapi bukan secara mevvah.

Baik, sebagian memang bukan hoaks. Memang, polyglot suka berkelana. Tetapi, ingat satu hal: tujuan mereka berbeda. Jika tujuan utama kita melancong adalah untuk kesenangan, mereka bepergian demi bahasa.

Oleh karena itu, mereka tidak memikirkan hotel mewah atau makanan enak. Mereka pun lebih memilih melancong saat harga tiket sedang off-season.

Baca Juga: 9 Trik Psikologis Cerdik untuk Menutupi Ekspresimu di Depan Orang Lain

3. Daya ingat luar biasa

astar.tv

Hoaks: Daya ingat yang luar biasa.

Selain berkah sejak lahir, orang-orang juga menganggap polyglot memiliki ingatan sekuat gajah.

Bagaimana tidak? Untuk mengingat lebih dari satu bahasa (tata bahasa, kosa kata, dan berbagai frasa), dibutuhkan ingatan ekstra yang lebih dari orang normal, kan? Setidaknya, itulah pendapat masyarakat luas.

buzzfeed,com

Fakta: Kamu pun bisa membiasakan mengingat seperti polyglot.

Sekali lagi, bahasa adalah sebuah "kemampuan". Kamu pun bisa mempelajarinya dan menjadi seorang polyglot juga.

Oleh karena itu, kamu pun juga dapat membiasakan untuk mengingat layaknya seorang polyglot. Berikut beberapa cara untuk mengingat bahasa secara lebih efektif:

  • Mnemonik/jembatan keledai
  • Pengulangan berjeda (Spaced Repetition System)

Kedua metode tersebut terbukti memang sering digunakan para mahasiswa/i jurusan Sastra untuk memahami satu bahasa.

4. Orang yang santai

Pexels.com/olly

Hoaks: Polyglot punya waktu menganggur lebih banyak.

Mitos satu ini bagaikan koin dengan dua sisinya. Maksudnya?

  • Di satu sisi, polyglot terlihat meninggalkan segala aktivitas untuk mengejar bahasa-bahasa lain, dan
  • Di sisi lain, orang-orang melihat polyglot sebagai "orang yang kurang kerjaan" karena mereka kerjanya hanya "mempelajari bahasa".

"Serba salah, ya?"

Sama seperti hoaks yang pertama, pandangan yang satu ini juga muncul dari masyarakat yang seolah-olah benar-benar menghargai waktu. Karena polyglot terlihat menggunakan waktunya untuk kegiatan yang "menurut mereka" tidak signifikan, mereka malah mengecilkan polyglot.

DOK Humas UMN

Fakta: Polyglot belajar menggunakan waktu sebaik-baiknya.

Kalau kamu memang percaya dengan hoaks tersebut, begini,

"Mind your own business."

Kalau polyglot memang menyukai bahasa, maka waktu yang mereka luangkan untuk bahasa bukanlah hal "tidak penting" seperti yang kamu pikirkan.

Sebagai contoh, kamu suka merakit Gundam di waktu luang? Beberapa orang mungkin akan menganggapnya buang-buang duit, lho. Intinya, pandangan orang akan satu hobi berbeda-beda dan tidak seharusnya kita mengecilkan hobi orang lain.

Lagipula, sama seperti cara-cara tersendiri untuk mempelajari bahasa, polyglot memiliki cara sendiri agar dapat menggunakan waktu luang secara efektif untuk mempelajari bahasa. Seperti apa?

Salah satunya adalah "Teknik Pomodoro", dengan membuat program 25 menit dengan jeda istirahat setiap 5 menit.

Atau, mereka tetap melakukan hal yang mereka suka sambil belajar bahasa. Mereka bisa mencatat berbagai kosa kata atau mengingat tata bahasa bahasa yang tengah mereka pelajari sambil mendengar lagi, menonton film/drama, bermain gim, atau membaca buku/komik. Jadi, walaupun terlihat nganggur, bukan berarti mereka benar-benar nganggur!

5. Suka menjadi pusat perhatian

Unsplash/Zachary Nelson

Hoaks: Polyglot adalah pribadi ceria yang suka menjadi pusat perhatian.

Entah disebabkan rasa iri atau apapun itu, masyarakat menganggap para polyglot sebagai orang-orang yang suka menjadi pusat perhatian karena kemampuan mereka mengganti bahasa semau mereka.

Polyglot lazim mengikuti aktivitas sosial demi bertemu dengan orang-orang dari belahan dunia yang memiliki satu visi. Namun, apakah benar, mereka ingin jadi pusat perhatian?

pageuppeople.com

Fakta: Ada yang introvert dan ada juga yang extrovert.

Satu hal yang pasti: polyglot tertarik dengan berbagai kebudayaan dan bahasa dari seluruh belahan dunia. Namun, hal tersebut bukan berarti mereka mudah bergaul dengan semua orang.

Sama seperti manusia pada umumnya, polyglot pun ada yang pendiam; ada juga yang suka ngobrol. Tidak terbesit sedikit pun di pikiran polyglot untuk memamerkan kemampuan bahasanya.

Berkat sering berinteraksi dengan orang-orang dengan latar belakang budaya dan bahasa berbeda, polyglot tidak begitu canggung bertemu dengan orang baru. Hal tersebut beda dengan haus perhatian, ya!

Baca Juga: 7 Dampak Psikologis Ditolak saat Nembak Gebetan, Sakit sih tapi...

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya