TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

11 Fakta Pembantaian di Lapangan Tiananmen

Aksi unjuk rasa yang berujung pembantaian ribuan orang

Jumlah pengunjuk rasa meningkat secara dramatis dan menjadi demonstrasi terbesar dalam 40 tahun terakhir. (timetoast.com)

Ketika rakyat memberontak, pemerintah otoriter akan menindak mereka. Seperti yang terjadi di China pada tahun 1989. Pembantaian Lapangan Tiananmen, juga dikenal sebagai insiden 4 Juni, adalah peristiwa mengerikan di mana pemerintah membantai ribuan orang yang melakukan unjuk rasa.

Namun, informasi mengenai pembunuhan massal ini telah disembunyikan selama beberapa dekade. Tetapi, ada salah satu momen paling kuat di abad ke-20 dari aksi unjuk rasa ini, yaitu "Manusia Tank", seorang pria tak dikenal yang memblokir jalan tank selama aksi ini. Inilah kisah bagaimana protes dimulai, ketika darurat militer diumumkan, dan dampak berkelanjutan dari kekejaman sejarahnya hingga hari ini. 

1. Sejarah singkat Lapangan Tiananmen 

Gerbang (Tian An Men), pintu masuk utama Kota Terlarang. (thoughtco.com)

Saat ini, kata-kata Lapangan Tiananmen identik dengan pembantaian. Namun, tidak selalu. Pertama kali dibangun pada tahun 1651, menurut Encyclopedia Britannica, nama lokasi tersebut diambil dari batu besar Tiananmen — "gerbang kedamaian surgawi" — yang terletak di dalam sisi utaranya, yang dibangun lebih dari dua abad sebelumnya untuk memisahkannya dari Kota Terlarang.

Sejak itu, Lapangan Tiananmen menjadi lokasi yang penting dalam sejarah Tiongkok. Dan hari ini, area tersebut dihiasi oleh sejumlah monumen dari peristiwa di masa lalu: sejak tahun 1958, misalnya, perlengkapan Monumen Pahlawan Rakyat berdiri di tengah alun-alun, dan sejak tahun 2003, sisi timur alun-alun ditandai oleh Museum Nasional China. Di sebelah barat, ada Aula Besar Rakyat, sebuah lokasi politik aktif di mana Kongres Rakyat Nasional bertemu setiap tahun, di aula yang menampung 10.000 kursi. 

Di tempat ini juga, terjadi momen besar pada abad ke-20. Yang pertama, pada tahun 1919, adalah pecahnya Gerakan 4 Mei. Pemberontakan ini digaungkan 70 tahun kemudian, pada tahun 1989, dengan protes yang sejak itu disebut gerakan 4 Juni — dan yang secara tragis, menyebabkan tindakan keras militer yang masih bergema di seluruh dunia hingga saat ini, dan selamanya merusak reputasi Lapangan Tiananmen. 

2. Kematian Hu Yaobang memicu terjadinya protes 

Massa berkabung di Lapangan Tiananmen Beijing untuk menyampaikan belasungkawa atas kematian Hu Yaobang dan memulai demonstrasi untuk mempercepat laju reformasi di China. (timetoast.com)

Pada tahun 1989, percikan yang memicu unjuk rasa ini adalah kematian Hu Yaobang, menurut Guardian, ia adalah seorang pejabat partai Komunis, dan anggota terkemuka partai "sayap liberal". Hu dicintai oleh kaum muda, ia rela kehilangan haknya karena advokasinya untuk reformasi sosial dan ekonomi, tetapi aksinya ini justru dihina – dan dihukum, dengan penurunan pangkat – oleh musuh-musuh konservatifnya di pemerintahan.

Sepanjang tahun delapan puluhan, menurut South China Morning Post, Hu terkenal sebagai seorang liberalis yang penuh semangat, ia berusaha untuk melembagakan reformasi demokratis yang dituntut oleh mahasiswa muda yang aktif secara politik di China. 

Hu, sebagai kritikus sengit era Mao Zedong, mencoba membongkar struktur kekuasaan otoriter yang ada, memperkenalkan langkah-langkah seperti batasan masa jabatan, batasan usia, dan kepemimpinan kolektif untuk pejabat pemerintah. Karena itu, para siswa menganggapnya sebagai salah satu dari sedikit pejabat pemerintah yang tidak korup, dan dia mencari keadilan bagi jutaan orang yang telah dianiaya di bawah pemerintahan Mao.

Ketika Hu meninggal karena serangan jantung pada usia 73 tahun, ribuan siswa berkabung memberikan penghormatan dengan membanjiri Lapangan Tiananmen, menurut Atlantic. Segera, pertemuan massal ini menjadi protes massal terhadap pemerintah, yang selalu merusak upaya Hu di setiap kesempatan. Seiring berjalannya waktu, para pengunjuk rasa ini tersulut emosi, dan menolak meninggalkan Lapangan Tiananmen. 

3. Dimulainya protes di Lapangan Tiananmen  

Jumlah pengunjuk rasa meningkat secara dramatis dan menjadi demonstrasi terbesar dalam 40 tahun terakhir. (timetoast.com)

Untuk lebih jelasnya, protes di Lapangan Tiananmen tidak muncul begitu saja. Sebelumnya, rakyat China memang sudah muak dengan korupsi di pemerintahan dan ketidaksetaraan pendapatan, terutama di kalangan pemuda. Kematian Hu Yaobang hanyalah momen tak disengaja di mana mereka meluapkan kemarahan.

Atas nama Hu Yaobang, menurut PBS, mahasiswa-mahasiswa ini menuntut reformasi seperti pers yang bebas, upah yang lebih setara, perumahan yang lebih adil dan merata, serta kekhawatiran lain yang mirip dengan masalah yang masih diprotes di banyak negara saat ini. Para pekerja pun bergabung dengan para mahasiswa.

Pada pertengahan Mei 1989, kerumunan orang yang berkumpul di Lapangan Tiananmen melonjak dari puluhan ribu, 100.000, hingga menjadi kumpulan massa sekitar 1,2 juta. Dari sana, Reuters melaporkan bahwa gerakan itu tumbuh lebih kuat karena demonstrasi pro-demokrasi terjadi di bagian lain Beijing dan seluruh China, juga. Pada titik ini, pemerintah semakin prihatin, Perdana Menteri Li Peng berargumen bahwa protes harus "segera dihentikan." 

4. Unjuk rasa menyebar di luar Lapangan Tiananmen 

Universitas dan kota di seluruh negeri mulai melakukan demonstrasi. (timetoast.com)

Lapangan Tiananmen menjadi titik fokus dari protes besar-besaran ini, tetapi gerakan tersebut terjadi di seluruh kota, dan tidak hanya di kalangan mahasiswa. Ketika protes tumbuh secara eksponensial, menurut PBS, orang-orang yang berpartisipasi semakin beragam: Profesional medis, ilmuwan, dan bahkan anggota Angkatan Laut China bergabung dalam perjuangan untuk reformasi politik, berbaris bersama para mahasiswa. Tua dan muda, pekerja industri dan polisi, gerakan tersebut berkembang ke titik di mana 1 dari 10 penduduk Beijing bergabung.

Namun, kaum muda tetap menjadi pemimpin gerakan tersebut. Pada tanggal 22 April 1989, lebih dari 100.000 mahasiswa berkumpul di luar Aula Besar Rakyat, dan menuntut untuk bertemu dengan Perdana Menteri Li Peng. Namun, Li menolak untuk menemui mereka. Dia justru meyakinkan tetua Partai Deng Xiaoping bahwa para mahasiswa berusaha menggulingkannya, dan menyarankan agar ditindak tegas.

Hal ini menempatkan Li dan faksinya dalam oposisi dengan faksi minoritas Sekretaris Jenderal Zhao Ziyang, yang juga ingin mengekang protes, tetapi menganjurkan untuk negosiasi dengan mahasiswa. Sementara itu, menjelang akhir April, pers asing memperbesar situasi, dan meliputnya dengan cermat, yang membuat pemerintah China kecewa. 

Baca Juga: Kanada vs China, Adu Pernyataan soal HAM

5. Aksi mogok makan massal

aksi mogok makan (theepochtimes.com)

Protes melambat pada hari-hari awal Mei, menurut PBS, ketika mahasiswa kembali menghadiri kelas. Namun, api kembali berkobar pada 13 Mei, dengan mogok makan massal oleh 160 mahasiswa, yang dilakukan untuk mengantisipasi kunjungan bersejarah Mikhail Gorbachev dari Uni Soviet.

Deng Xiaoping menuntut agar para mahasiswa meninggalkan Lapangan Tiananmen sebelum Gorbachev tiba. Mereka menolak, karena pemerintah tidak mau membahas reformasi dengan mereka, dan mencetak sebuah manifesto yang berbunyi: "Bangsa ini dalam krisis - dilanda inflasi yang merajalela, transaksi ilegal oleh pejabat yang mencari keuntungan, penyalahgunaan kekuasaan, birokrat korup, kerusakan hukum dan ketertiban. Rekan-rekan, sesama sebangsa yang menghargai moralitas, tolong dengarkan suara kami!" Dengan seruan ini, para pengunjuk rasa tidak mau mundur. Dengan demikian, kedatangan Gorbachev tidak bisa disambut dengan upacara penyambutan tradisional di Lapangan Tiananmen. 

Pada tanggal 19 Mei, Zhao Ziyang (yang menganjurkan untuk bernegosiasi dengan para mahasiswa, alih-alih aksi militer) mengambil tindakan sendiri, ia secara terbuka meminta para pengunjuk rasa untuk meninggalkan alun-alun dengan damai. Sayangnya, upaya kompromi Zhao tidak disukai oleh kelompok garis keras di pemerintahan: 19 Mei adalah hari terakhir Zhao terlihat di depan umum. Gelarnya dicopot, ia dikecam sebagai pengkhianat, menurut New York Times, dia menjadi tahanan rumah selama tahun-tahun yang tersisa. 

6. Aksi keras militer terhadap mahasiswa pengunjuk rasa

Pada 20 Mei 1989, seperti yang dijelaskan oleh Reuters, Li Peng mengumumkan darurat militer. Tiga hari kemudian, 100.000 pengunjuk rasa berbaris di Beijing, menyatakan bahwa Li harus disingkirkan, dan kerumunan di Lapangan Tiananmen membangun penghormatan setinggi 33 kaki, yang disebut Dewi Demokrasi. Militer pun terlibat, sementara itu, pers asing menangkap setiap momen agar dilihat dunia. 

Pada bulan Juni, semuanya menjadi tak terkendali. Pada tanggal 3 Juni, ribuan tentara Tiongkok bersenjata api dan gas air mata — menyerbu ke Lapangan Tiananmen, tetapi dipukul mundur oleh para mahasiswa. Keesokan paginya, tank turun ke alun-alun, dan menembaki ribuan warga China yang tidak bersenjata.

Seperti yang dijelaskan History, mahasiswa mati-matian melarikan diri dari tembakan sementara yang lain mencoba membela diri dengan membakar kendaraan militer. 10.000 pengunjuk rasa ditangkap, dan diyakini bahwa ribuan lainnya dibantai oleh tangan pemerintah mereka sendiri. Peristiwa tragis dan mengerikan ini dikenal sebagai "insiden 4 Juni," menandai berakhirnya protes Lapangan Tiananmen. 

Dunia menyaksikan. Sekutu dan musuh China sama-sama mengecam tindakan keras militer tersebut. China mengklaim bahwa 300 orang tewas, dan 23 dari korban itu adalah perwira militer. Namun, Deng Xiapoing memuji militer, dan mengutuk para mahasiswa yang terbunuh. Sementara Li Peng, mempertahankan posisinya hingga tahun 1998. 

7. Berapa banyak pengunjuk rasa yang dibunuh di Lapangan Tiananmen

Korban yang berusaha di selamatkan dalam insiden 4 juni. (wtop.com)

Ketika dunia mengutuk tindakan keras militer China terhadap warganya sendiri, China membela diri dengan mengatakan bahwa tindakan itu diperlukan untuk melawan "kontra-revolusioner," menurut Reuters. Klaim China tentang 300 kematian, dan sebagian besar yang meninggal adalah anggota militer, merupakan kebohongan. Namun, jumlah korban tewas yang sebenarnya tidak pernah dikonfirmasi.

Selama bertahun-tahun, para saksi yang berada di tempat kejadian berspekulasi bahwa ada ribuan pengunjuk rasa yang tewas. Seperti yang diumumkan BBC pada tahun 2017, dokumen Inggris yang baru dirilis dari duta besar Inggris untuk China melaporkan bahwa jumlah korban tewas di Lapangan Tiananmen jauh lebih tinggi — bahkan mungkin mencapai 10.000.

Laporan itu juga berisi penjelasan tentang kebrutalan pembunuhan, salah satunya mahasiswa yang ditusuk dengan bayonet, beberapa diantaranya bahkan dicacak-cacak sampai tubuh mereka tak berbentuk sebagaimana mestinya, yang kemudian dikumpulkan oleh buldoser. 

8. Tank Man, momen ikonik di Lapangan Tiananmen 

Meskipun pemerintah China melakukan segala cara untuk membungkam gerakan tersebut, dunia mengingat salah satu momen yang terjadi. Satu gambar yang menjadi simbol abadi kebebasan perlawanan — Tank Man.

"Manusia Tank," seperti yang dijelaskan New York Times, terjadi setelah pembantaian, seorang pria menghadapi konvoi tank sendirian tanpa senjata untuk menghalangi mereka. Bahkan ketika dia hampir tertabrak, dia tetap tidak menyingkir. Sayangnya, tidak ada yang tahu siapa Tank Man itu sebenarnya, atau apa yang terjadi padanya. Jadi, tidak jelas bagaimana nasibnya setelah ia menghalangi tank, apakah dia dipenjara, dibunuh, atau diselamatkan.

9. Kebohongan, propaganda, dan ditutupnya kasus pembunuhan di Lapangan Tiananmen 

Sejak awal, bahkan sebelum tindakan keras militer terjadi, pemerintah China memfitnah para aktivis mahasiswa, menurut Guardian, mereka menyebut unjuk rasa itu sebagai "konspirasi serta kekacauan yang direncanakan dan terorganisir." Propaganda semacam ini sudah sangat umum dilontarkan oleh pemerintah otoriter ketika rakyat mereka sendiri memberontak.

Dalam beberapa dekade sejak pembantaian Lapangan Tiananmen, insiden 4 Juni tidak lagi dibahas, dan dihapus dari semua sekolah, program media, dan buku teks Tiongkok. Bahkan sekarang, di Tiongkok, siapa pun yang memperingati acara tersebut di depan umum akan ditindas. Kerabat pengunjuk rasa yang dibantai tidak diizinkan untuk berkabung di depan umum.

Saat peringatan 30 tahun setelah pembantaian, para penulis, pemikir, dan aktivis Tiongkok menjadi tahanan rumah agar mereka tidak banyak berbicara, wartawan asing pun diblokir (atau diusir) dari Lapangan Tiananmen. China mencoba menghapus peristiwa itu langsung dari buku sejarah mereka, menurut Washington Post, mereka menyangkal bahwa mereka membunuh ribuan warganya sendiri seperti pembunuh berdarah dingin. 

10. Kegagalan internasional menanggapi pembunuhan Lapangan Tiananmen

George H.W. Bush (asia.nikkei.com)

Seperti yang ditulis oleh Foreign Policy, komunitas internasional mengutuk kekerasan yang dilakukan pemerintah China. Setelah ditekan oleh kongres, Presiden AS George H.W. Bush bahkan memberlakukan embargo penjualan senjata ke China. Namun, pemerintahan Bush mengirim pejabatnya untuk bertemu dengan para pemimpin RRT, hanya beberapa bulan setelah pembantaian, untuk mempererat hubungan kedua belah pihak. Bush percaya, seperti yang digariskan oleh Diplomat, bahwa stabilitas masa depan kawasan Asia-Pasifik bergantung pada hubungan perdagangan bilateral yang kuat antara AS dan China. 

Seperti yang ditunjukkan oleh Psychology Today, terlepas dari itu, kegagalan AS mengutuk tindakan China telah menjadi preseden yang berlanjut hingga hari ini: Meskipun China telah berkembang pesat dalam hal kekuasaan dan pengaruh, skandal hak asasi manusia di China masih terus berlanjut. 

Baca Juga: Menguak Catatan Hitam Tiongkok: Peristiwa Berdarah Tiananmen

Verified Writer

Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya