TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

14 Penyair Dunia yang Meninggal Secara Tragis 

Seperti puisinya yang gelap, kematian mereka pun tidak biasa

potret Delmore Schwartz (1-2.gr)

Seni puisi dan realitas kematian berjalan beriringan, ketika seseorang meninggal, puisilah yang digunakan untuk pelipur lara, seperti untuk mengingatkan tentang universalitas duka, atau untuk membantu mereka memahami perasaan melalui kata-kata.

Puisi mengacu pada karya-karya paling awal sastra Barat dari Epik Gilgames hingga karya-karya Homer dan Virgil, dan kematian menjadi tema utama dalam puisi selama berabad-abad.

Meskipun begitu, peran penyair sangatlah penting. Namun, bagaimana jika beberapa penyair yang paling terkenal justru meninggal dengan tragis, siapa saja mereka?

1. Sylvia Plath, kematian yang tragis karena bunuh diri

potret Sylvia Plath (letteratour.it)

Kamu yang akrab dengan tulisan Sylvia Plath pasti tidak asing dengan tema tulisannya yang terkait erat dengan penderitaan, penyakit mental, dan kematian. Karyanya yang cukup berpengaruh adalah "The Colossus" dan "Ariel," serta novel "The Bell Jar." Sayangnya, Plath meninggal di usia 30 tahun karena bunuh diri, dengan sengaja menghirup karbon monoksida.

Lahir dan dibesarkan di AS, Plath harus kehilangan ayah tercintanya, karena komplikasi diabetes saat ia baru berusia 8 tahun, ungkap laman Academy of American Poets.

Meskipun Plath sukses sebagai penulis di usia muda, tetapi ia mengalami depresi parah dan harus menjalani perawatan ekstrem, seperti mengkonsumsi obat-obatan dan terapi kejang listrik. Kesehatan mental Plath juga memburuk akibat pernikahannya yang tidak harmonis dengan penyair Inggris terkenal, Ted Hughes. Dikabarkan bahwa Plath mengalami pelecehan secara mental dan fisik, yang menyebabkan Plath keguguran.

2. Kecelakaan tragis yang menimpa Frank O'Hara 

potret penyair Amerika Frank O'Hara (commons.wikimedia.org/Kenward Elmslie)

Terkenal karena karya "Lunch Poems", dan juga tokoh terkemuka di New York School bersama John Ashbury dan Barbara Guest. Frank O'Hara adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah sastra Amerika.

Setelah bertugas sebagai Angkatan Laut AS, memperoleh gelar dari Harvard dan University of Michigan, O'Hara mengembangkan kariernya dari seorang penjual kartu pos menjadi kurator di Museum of Modern Art di New York. Di sana, ia bertemu dengan pelukis ekspresionis abstrak yang memengaruhi karya puisinya.

O'Hara terkenal karena kejeniusannya dalam memaknai kehidupan, yang ia tuangkan dalam puisi-puisinya. Sayangnya, ia mengalami kecelakaan tragis yang mengakhiri hidupnya pada usia 40 tahun. Penyair itu ditabrak oleh sebuah jip saat berada di pantai Pulau Api. Dia meninggal dua hari kemudian di rumah sakit, tulis laporan Fire Island News.

3. Kematian Richard Brautigan yang tak diketahui siapa pun selama lima minggu

Nama Richard Brautigan melambung berkat penerbitan novel puisi prosa tahun 1967 "Trout Fishing In America." Karyanya yang paling fenomenal adalah puisi "All Watched Over By Machines Of Loving Grace," yang menggambarkan bagaimana teknologi membantu kehidupan manusia. Namun, ketika tahun 60-an berakhir dan budaya mengalami pergeseran, karier Brautigan pun meredup.

Pada tahun 1980-an, Brautigan tidak lagi produktif, ia pun mengisi kekosongan hidupnya dengan alkoholisme, paranoia, dan ketertarikannya terhadap senjata api.

Tubuh Brautigan ditemukan telah membusuk selama lima minggu oleh dua temannya di rumahnya di Bolinas, California, pada akhir Oktober 1984, lapor New York Times. Ada indikasi yang menyedihkan bagaimana dia diabaikan sebagai seorang penulis dan tokoh masyarakat di tahun-tahun sebelum kematiannya. Diketahui bahwa Brautigan meninggal karena menembak dirinya sendiri, dan meninggalkan catatan bunuh diri yang bertuliskan "Berantakan, bukan."

4. Percy Bysshe Shelley tewas saat berlayar

potret Percy Bysshe Shelley (commons.wikimedia.org/Alfred Clint)

Kehidupan tragis Percy Bysshe Shelley menjadi bagian tak terpisahkan dari daya tariknya, dan itu dianggap sebagai estetika romantisnya. Namun, kematiannya menimbulkan banyak pertanyaan ketika ia meninggal di usia muda, yaitu 29 tahun.

Di tahun-tahun terakhirnya, ia menciptakan beberapa karya yang paling penting, namun di waktu yang sama, Shelley juga harus kehilangan tiga anaknya sendiri dan keponakan dari istri keduanya, serta istri pertamanya, Harriet, yang meninggal karena bunuh diri, sebagaimana yang ditulis Biography. Mary Shelley, istri keduanya, juga mengalami keguguran pada Juni 1822.

Akibat dari trauma ini, penyair muda itu mulai mengalami perubahan sikap. Pada bulan Juli 1822, dia berlayar di Teluk Spezia, Italia, lalu kapalnya terjebak dalam badai. Beberapa catatan menunjukkan bahwa Shelley berlayar tidak menentu. Jenazahnya dan anak buahnya terdampar di pantai, di mana mereka langsung dimakamkan demi aturan karantina. Sebulan kemudian, jenazahnya dikremasi. Anehnya, hati Shelley diambil dan disimpan oleh temannya, kritikus Leigh Hunt, sebelum akhirnya menjadi milik istrinya, Mary.

Baca Juga: 5 Buku Puisi dari Penyair Kenamaan Aan Mansyur yang Membuai Pembaca

5. John Keats meninggal karena penyakit mematikan di zamannya, yaitu TBC

potret lukisan John Keats (commons.wikimedia.org/William Hilton)

Penyair Romantis John Keats meninggal secara tragis setahun sebelum kematian Percy Bysshe Shelley pada tahun 1881, di usia 25 tahun. Sebagaimana diuraikan dalam jurnal medis Clinical Infectious Diseases yang diterbitkan tahun 2004, kesehatan Keats memburuk, ia menderita salah satu penyakit paling mematikan pada zamannya, yaitu TBC.

Keats tertular penyakit itu karena merawat saudaranya yang terinfeksi TBC, yakni Tom. Saat penyakitnya semakin parah, Keats pindah ke Italia yang iklimnya dianggap lebih baik, agar ia bisa cepat pulih. Sayangnya, takdir berkata lain. Ia meninggal dan dimakamkan di Roma.

6. Guillaume Apollinaire selamat dalam medan tempur, tetapi meninggal akibat Flu Spanyol 

potret Guillaume Apollinaire, 1902 (commons.wikimedia.org/Unknown author)

Guillaume Apollinaire tidak banyak dikenal di luar negara asalnya, Prancis, tetapi avant-garde awal abad ke-20 ini mempengaruhi banyak orang selama hidupnya yang singkat. Dia adalah pencipta istilah "surrealisme," sebelum kariernya sebagai penyair akhirnya diperhitungkan.

Setelah pindah ke Paris pada tahun 1899, Apollinaire menjalin hubungan baik dengan berbagai penulis dan seniman terkenal dalam budaya dan pemikiran Eropa, seperti Pablo Picasso, Marcel Duchamp, Erik Satie, dan Georges Braques, sebagaimana yang dijelaskan Academy of American Poets. Setelah penerbitan koleksi puisinya "Alcools" pada tahun 1913, Apollinaire menjadi pelopor gerakan modernis awal.

Saat Perang Dunia I pecah, Apollinaire mendaftar menjadi tentara Prancis, dan menderita luka parah di kepala karena pertempuran di parit untuk membela negara asalnya (dia lahir di Italia).

Apollinaire selamat dari perang, dan menulis tentang pengalaman hidupnya. Namun tragisnya, Perang Dunia I diikuti oleh pandemi Flu Spanyol, yang merenggut nyawa Apollinaire di usia 38 tahun. Akan tetapi, reputasinya bangkit berkat karyanya yang berjudul "Calligrammes," sebuah koleksi puisi yang diterbitkan tepat setelah kematiannya, dan menjadi salah satu karya terbaiknya.

7. Phillis Wheatley meninggal karena asma

patung Phillis Wheatley (1753-1784), penyair Afrika-Amerika pertama yang menerbitkan puisi (commons.wikimedia.org/Sharon Mollerus)

Penyair Amerika abad ke-18, Phillis Wheatley lahir di Afrika Barat, tetapi ia diculik, dan dibawa ke Amerika saat berusia 7 tahun untuk dijadikan budak, seperti yang dicatat Poetry Foundation. Namanya berasal dari keluarga tempat ia bekerja, yaitu Wheatleys of Boston, pengusaha di bidang tekstil.

Meskipun seorang budak, Wheatley jago menulis puisi. Kemampuannya terus tumbuh, Wheatley pun sukses menjadi penyair di Amerika abad ke-18, dan orang Afrika-Amerika pertama yang puisinya diterbitkan dalam sebuah buku.

Wheatley juga menarik dukungan besar dari para aktivis abolisionis di Eropa. Namun, ia terpuruk dalam kemiskinan setelah kematian anggota keluarga Wheatley, dan meskipun dia menikah tak lama setelah itu, Wheatley, yang menderita asma kronis sepanjang hidupnya, meninggal saat suaminya berada di penjara debitur, pada usia 31 tahun.

8. Pablo Neruda dibunuh?

Pablo Neruda berpidato saat mengunjungi Uni Soviet, Agustus 1950. (commons.wikimedia.org/Archivo Histórico del Ministerio de Relaciones Exteriores de Chile)

Penyair Chili ini terkenal selama periode penuh gejolak di negaranya, dan namanya sekarang identik dengan penggunaan puisi sebagai alat politik. Pablo Neruda menerbitkan karya pertamanya di usia 13 tahun. Kesuksesan pertamanya datang dari koleksi puisinya "Twenty Love Poems and a Song of Despair," yang diterbitkan sebelum dia berusia 20 tahun, ungkap Britannica. Sejak itu telah terjual lebih dari 20 juta kopi di seluruh dunia.

Di usia 20-an, penyair itu menjadi konsul untuk negara asalnya di Burma. Dia masuk politik, dan mengambil posisi serupa di Eropa. Namun, Neruda secara terbuka mendukung Komunis, dan ia mendapat kritik atas dukungannya terhadap pemimpin Soviet, Joseph Stalin.

Neruda meninggal pada tahun 1973 di usia 69 tahun karena kanker prostat. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Chili vokal atas kematiannya, yang menyatakan bahwa Neruda telah dibunuh karena pembersihan lawan politik atas perintah Presiden Chili saat itu, Augusto Pinochet, seperti laporan yang ditulis The Guardian.

9. Kematian Dylan Thomas akibat pola hidup yang buruk

potret Dylan Thomas (algundiaenalgunaparte.com)

Dylan Thomas berasal dari latar belakang keluarga asal Welsh yang sederhana, tetapi kariernya sukses di dunia sastra berkat puisinya yang menakjubkan. Dia kemudian bekerja untuk BBC, sebagai penyiar radio.

Pada bulan November 1953, saat popularitasnya terus melonjak, Thomas pergi ke New York, di sana dia kecanduan minuman keras dan menenggak 18 botol wiski hingga tak sadarkan diri, lalu meninggal pada usia 39 tahun.

Dokter mengatakan bahwa penyebab kematiannya karena adanya pembengkakan di otak dan kolesterol tinggi, diyakini karena gaya hidupnya yang suka minum-minuman keras. Namun, beberapa dekade setelah kematian Thomas, terungkap bahwa penyair itu juga menderita radang paru-paru, membuatnya sempat mengeluh sulit bernapas sehari sebelum dia meninggal, seperti yang dicatat laman Vice.

10. Charlotte Bronte meninggal saat hidupnya bahagia

potret lukisan Charlotte Brontë (commons.wikimedia.org/Evert A. Duyckinck, George Richmond)

Salah satu kematian paling memilukan terjadi kepada novelis Inggris abad ke-19, Charlotte Bronte. Charlotte adalah kakak tertua dari tiga bersaudara Bronte, yang novel-novelnya sangat populer, dan sejak itu mempengaruhi banyak karya seni.

Seperti yang dijelaskan oleh annebronte.org, Charlotte adalah salah satu dari enam bersaudara, tetapi pada tahun 1949 dia adalah satu-satunya yang masih hidup. Ia mengalami depresi dan kesepian karena kematian saudara perempuannya.

Namun, akhirnya, masa kesendirian Charlotte yang kelam dan panjang berakhir. Pada tahun 1954, dia menikah dengan Arthur Nicholls, yang menginspirasi salah satu buku Charlotte Brontes. Namun, satu tahun setelah menikah, Charlotte meninggal karena komplikasi kehamilan pertamanya. Kata-kata terakhir Charlotte yang mengiris hati berbunyi, "Aku tidak akan mati, kan? Dia tidak akan memisahkan kita, kita sangat bahagia." Charlotte meninggal di usia 38 tahun.

11. Delmore Schwartz meninggal sendirian 

potret Delmore Schwartz (1-2.gr)

Delmore Schwartz adalah seorang tokoh penting dalam sastra puisi New York pada pertengahan abad ke-20. Sebagai seorang guru, ia memiliki pengaruh besar bagi banyak orang, termasuk sesama penyair John Berryman dan Lou Reed, yang menjadi siswa Schwartz di New York.

Namun, saat pernikahan keduanya gagal, Schwartz mengisolasi dirinya dari lingkaran pertemanannya, kenalannya, dan pengagumnya. Penyair ini harus berjuang dengan kesehatan mental. Akibat dari keterasingannya pula, ia jadi kecanduan alkoholnya.

Schwartz meninggal sendirian di kamar hotel Times Square pada Juli 1966 karena serangan jantung, dalam usia 52 tahun. Mengutip kabar Poetry Foundation, tubuh Schwartz bahkan disimpan selama tiga hari di kamar mayat sebelum seseorang datang untuk mengidentifikasinya.

12. Lord Byron meninggal karena sakit saat mengikuti pertempuran membela Yunani 

potret lukisan Lord Byron, penyair Inggris (1788–1824) (commons.wikimedia.org/Thomas Phillips)

Lord Byron adalah penyair abad ke-19. Puisinya yang sangat menghibur, sering kali menceritakan tentang petualangan yang berani tentang masyarakat kontemporer. Meskipun puisi Byron terkenal secara luas, tetapi reputasinya menimbulkan kontroversi. 

Pada tahun 1816, ada desas-desus bahwa Byron memiliki hubungan inses dengan saudara tirinya sendiri, akibatnya, dia mengasingkan diri. Pada tahun 1823, ia terlibat dalam perang Yunani untuk kemerdekaan melawan Turki, berjuang untuk Yunani dan menyumbangkan kekayaannya untuk upaya perang.

Dia bahkan memimpin pasukan Yunani. Namun, Byron jatuh sakit pada Februari 1824, dan meninggal di barak tentara pada April tahun itu. Dia dianggap pahlawan perang oleh orang Yunani. 

13. Oscar Wilde meninggal karena kerasnya kerja paksa di tahanan

potret Oscar Wilde (commons.wikimedia.org/Martin van Meytes)

Oscar Wilde adalah laki-laki kelahiran Irlandia yang menjadi seorang selebriti besar di tahun 1800-an, karena kecerdasan dan karya sastranya. Kesuksesan sastra pertamanya dimulai pada tahun 1878, saat ia masih menjadi mahasiswa di Universitas Oxford, dan memenangkan Hadiah Newdigate yang bergengsi untuk puisinya "Ravenna".

Selama dua dekade berikutnya, Wilde memantapkan dirinya sebagai penulis, intelektual, dan advokat terkemuka untuk gerakan seni estetika yang baru didirikan melalui puisi dan jurnalismenya, drama satirnya, seperti "The Importance of Being Earnest," dan novelnya, "Gambar Dorian Gray."

Akan tetapi, kehidupan dan reputasinya hancur setelah ia menuntut ayah dari kekasihnya, Lord Alfred Douglas, yang menuduh Wilde melakukan sodomi. Ketika bukti homoseksualitasnya terungkap, Wilde diadili dan dijatuhi hukuman kerja paksa selama dua tahun. Akibatnya, Wilde jatuh miskin dan kesehatannya terus memburuk, dia meninggal di Paris pada tahun 1900, tiga tahun setelah pembebasannya, pada usia 46 tahun.

Baca Juga: 6 Fakta Louise Gluck, Penyair Perempuan Peraih Nobel Sastra 2020

Verified Writer

Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya