TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengapa Ya Manusia Memakai Celana? Begini 8 Fakta Sejarahnya

Celana dianggap barbar bagi orang Yunani dan Romawi Kuno

ilustrasi ukuran celana pria (Samson Katt/pexels.com)

Kita pasti sudah tidak asing dengan pakaian dari budaya kuno terkenal di Eropa atau Timur, seperti Yunani, Romawi, Mesir, Israel, dan budaya kuno lainnya yang memiliki pengaruh terbesar pada budaya Barat modern. Tapi, mungkin ada satu perbedaan yang sangat jelas, mengenakan celana pada masa ini merupakan hal yang umum, tidak seperti di zaman kuno.

Bagaimana sih manusia beralih mengenakan celana jeans atau kargo, yang sebelumnya hanya mengenakan tunik, jubah, gaun, dan toga? Dan mengapa kita menyebutnya celana? Semua pertanyaan ini akan dijawab di poin-poin berikutnya, jadi baca terus ya!

1. Celana tertua yang pernah ditemukan

Seperti yang dijelaskan oleh Science News, celana tertua diketahui berasal dari Asia Tengah antara 3.000 dan 3.300 tahun yang lalu. Dalam budaya penggembala nomaden, celana dianggap sebagai pilihan terbaik untuk menunggang kuda. Asal muasal berkuda masih misteri, tetapi sejarah mencatat bahwa berkuda sudah ada sejak 4.000 tahun yang lalu.

Celana tertua yang sejauh ini ditemukan berasal dari Cekungan Tarim di China, tetapi celana juga dipakai oleh budaya berkuda nomaden lainnya seperti Scythians (bangsa Skithia) sekitar 2.500 tahun yang lalu. Celana awal ini berbentuk lurus yang dijahit dari kain wol dengan pengikat tali dan tenun di kakinya. Menariknya, celana Cekungan Tarim ditenun tanpa ada pemotongan dalam pembuatannya. 

2. Celana dianggap barbar

thevintagenews.com

Orang Yunani kuno tidak suka memakai celana. Mereka cenderung mengenakan linen atau pakaian wol panjang dan terurai yang diikat atau disematkan pada bagian tertentu. Pria biasanya mengenakan tunik linen yang disebut chiton. Di musim dingin, mereka mengenakan jubah wol yang disebut himation. Wanita mengenakan tunik yang disematkan di bahu yang disebut peplos.

Seperti yang dijelaskan Vintage News, orang Yunani kuno mengira kalau celana itu konyol dan barbar, serta menghubungkannya dengan orang asing. Saat itu, celana dipakai oleh orang Persia, bangsa Skith, dan orang Asia lainnya.

Sementara pandangan orang Romawi terkait celana, tidak jauh berbeda dengan Yunani kuno. Kata Latin bracatus, yang secara harfiah berarti "memakai celana", digunakan untuk merujuk orang-orang yang dianggap orang Romawi sebagai orang asing dan barbar. 

Baca Juga: 7 Lukisan Paling Terkenal Sepanjang Sejarah, Coba Tengok!

3. Celana dilarang untuk masyarakat di Kekaisaran Romawi

Kepala suku Gaul, Vercingetorix, yang mengenakan celana panjang, menyerah kepada Julius Caesar setelah pertempuran Alesia pada tahun 52 SM./ancientpages.com

Seperti yang ditunjukkan Atlas Obscura, kebencian orang Romawi terhadap celana merujuk pada rasisme. Namun, pada masa kekaisaran awal, tentara Romawi mulai mengenakan celana sebagai salah satu taktik mereka untuk melindungi perbatasan dari Goth.

Tak lama kemudian, gaya militer ini juga populer di kalangan warga sipil, dan pada 397 M pada hari-hari memudarnya Kekaisaran Romawi, saudara dan rekan kaisar Honorius dan Arcadius mengeluarkan dekrit yang melarang warga sipil mengenakan celana. Ini dimaksudkan untuk memperkuat identitas budaya Romawi (yaitu, membatasi Perang Togas) agar lebih mudah untuk membedakan tentara dari warga sipil. 

Larangan mengenakan celana berakhir ketika Alaric dan pasukan Visigoth yang mengenakan celana menjarah Roma, membuat jatuhnya Kekaisaran Barat pada tahun 476. Akan tetapi, Kekaisaran Timur terus berlanjut, dan seabad kemudian, celana menjadi mode resmi di istana Bizantium. 

4. Reformasi berbusana di Kekaisaran Rusia

Peter Agung dari Rusia/agaunews.com

Di akhir kekaisaran Romawi, berdiri reformasi wajib mengenakan celana oleh Peter I dari Rusia--lebih dikenal sebagai Peter Agung--di abad ke-17. Peter menjadi satu-satunya tsar Rusia pada tahun 1696.

Sementara itu, Eropa sangat unggul dalam bidang teknologi dan perdagangan, dan hal ini menginspirasi Rusia. Peter dibesarkan oleh ibu yang berpendidikan Barat dan ia juga pernah mengunjungi Eropa pada era Pencerahan. Oleh sebab itu, Peter bertekad untuk membawa Rusia masuk ke era maju di abad ke-18. 

Unsur utama dari upaya modernisasinya adalah reformasi pakaian. Para bangsawan Rusia yang biasanya mengenakan jubah,  diharuskan mengenakan celana dan pakaian gaya Barat lainnya (serta mencukur jenggot mereka) di bawah hukuman denda yang besar jika mereka memasuki Moskow tanpa menaati peraturan tersebut. Reformasi Peter ditentang banyak orang, tetapi celana (dan modernisasi) terealisasi pada akhirnya. 

5. Celana menjadi bahan komedi

Pantalone Komedi Italia/pixels.com

Sejak tahun 1990-an penutur bahasa Inggris British mengartikan celana sebagai sesuatu yang konyol atau lelucon. Kamu mungkin sudah tahu bahwa kata celana (pants) adalah kependekan dari pantalon. Pantalon adalah Anglicization dari kata Italia Pantalone, yang merupakan karakter dalam teater komik Italia era Renaisans yang dikenal sebagai commedia dell'arte.

Seperti yang dijelaskan Merriam-Webster, Pantalone adalah "orang tua yang tamak, dan licik, yang sering kali ditipu dan dipermalukan". Ia dapat dikenali dari kostumnya, dengan topi, jubah hitam terbuka, dan tentu saja celana panjangnya yang ketat. Ketika gaya celana serupa menjadi populer di Restoration England, mereka menamai mode baru itu Daisy Dukes. 

6. Perkembangan celana dari abad ke-16 sampai 20

Celana knickerbockers/fashionhistory.fitnyc.edu

Sebelum akhir abad ke-16, panjang celana biasanya tepat di bawah lutut atau di tengah betis, dipadukan dengan sepatu bot atau stoking. Celana tidak lagi menjadi mode pada tahun 1820 dan digantikan oleh pantalon, yang lebih ramping dan panjangnya mencapai pergelangan kaki. Pada tahun 1840-an, celana pantalon ketat beralih ke celana yang lebih longgar, yang diperkenalkan oleh pelaut.

Tapi celana selutut menjadi popularitas di abad ke-20, yaitu celana baggy-knee yang pas atau tepat di bawah lutut. Celana ini sangat populer untuk anak laki-laki di awal abad ke-20, dan tetap populer saat ini untuk seragam olahraga, seperti olahraga baseball, sepak bola, dan celana golf (disebut plus fours, karena lebih panjang 4 inci di bawah lutut). 

7. Istilah "Tanpa Celana" pada masa Revolusi Prancis dan Pemerintahan Teror

slideshare.net

Partisan radikal militan dari kelas bawah Perancis selama Revolusi Prancis dan Pemerintahan Teror terkenal dengan sebutan sans-culottes, yang berarti "tanpa celana". Tetapi, bukan berarti mereka tidak mengenakan celana, hanya saja mereka tidak mengenakan celana jenis tertentu. 

Sementara itu, "kulot" dalam hal ini mengacu pada celana selutut yang terbuat dari sutera, dan disukai oleh aristokrasi serta borjuasi dari Rezim Ancien yang menjadi sasaran para pemberontak.

Kaum radikal kelas pekerja ini dikenal sebagai sans-culottes, mereka mengenakan pantalon atau celana panjang sampai pergelangan kaki, serta jaket yang dikenal sebagai carmagnole, topi Frigia merah yang dikenal sebagai topi kebebasan, dan sepatu bakiak kayu yang disebut sabot. (Jenis sepatu ini berasal dari kata sabotase, yang memiliki arti kata ceroboh.)

Sans-culottes adalah sekumpulan orang-orang radikal yang menyerukan eksekusi tanpa pengadilan dan mengarah pada Reign of Terror (Pemerintahan Teror). Namun, hubungan antara celana selutut dan aristokrasi menyebabkan kemunduran zaman di tahun 1800-an.

Baca Juga: 9 Kisah Balas Dendam Manis di Mitologi Yunani Kuno

Verified Writer

Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya