TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mikhail Gorbachev, Pemimpin Uni Soviet yang Mengakhiri Perang Dingin

Pemimpin terakhir Uni Soviet yang membawa perdamaian

Upacara pemakaman Mikhail Gorbachev di Moskow (twitter.com/ReutersWorld)

Perang Dingin yang melibatkan dua negara adidaya di dunia, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet, berlangsung setelah Perang Dunia II selesai dan berakhir saat runtuhnya Uni Soviet pada 1991. Perang ini memperebutkan pengaruh dua ideologi, yaitu Liberalis (Amerika Serikat) dan Komunis (Uni Soviet) untuk mendapatkan pengaruhnya di dunia. 

Mikhail Gorbachev adalah pemimpin terakhir Uni Soviet yang membawa Perang Dingin pada akhir yang damai. Kebijakannya yang bertujuan untuk mereformasi telah membawa Soviet menjadi lebih terbuka, sekaligus menjadi senjata yang menghancurkan Soviet di tahun 1991.

Runtuhnya Uni Soviet menandai berakhirnya Perang Dingin. Berkat dirinya yang mengakhiri Perang Dingin dengan damai, ia diberi penghargaan Nobel Perdamaian untuk peran utama dalam perubahan hubungan Timur-Barat pada 1990.  

1. Berasal dari Keluarga Petani 

pemimpin terakhir Uni Soviet, Mikhail Gorbachev (twitter.com/mgorbachev)

Mikhail Sergeyevich Gorbachev, lahir pada 2 Maret 1931. Ia berasal dari keluarga Rusia-Ukraina di desa Privolnoye, Distrik Krasnogvardeisky, dekat Wilayah Stavropol di Rusia selatan. 

Gorbachev berasal dari keluarga petani. Ayahnya, Sergei, adalah seorang mekanik pertanian di pertanian kolektif. Ia mengoperasikan mesin pemanen di pertanian untuk menghidupi keluarganya. Sergei pernah direkrut menjadi Angkatan Darat Rusia ketika Nazi menginvasi Uni Soviet pada 1941. Tiga tahun kemudian, ia terluka dan kembali ke rumah untuk lanjut bekerja mengoperasikan mesin pemanen.

Sergei mewariskan pengalamannya kepada putranya, yaitu Mikhail Gorbachev. Gorbachev adalah seorang pembelajar yang cepat dan berbakat. Sebagai seorang remaja, Gorbachev berkontribusi pada pendapatan keluarga dengan bekerja di stasiun mesin lokal. Ia adalah seorang pekerja yang sangat keras. Ibunya, Maria, yang bekerja di pertanian kolektif, mencontohkan etos kerja tak kenal lelah ini padanya.

2. Menjabat Sebagai Sekjen Partai Komunis Uni Soviet (CPSU) dan Presiden Uni Soviet

pemimpin terakhir Uni Soviet, Mikhail Gorbachev (twitter.com/antonioguterres)

Pada 1985, Gorbachev terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis. Gorbachev meneruskan masalah yang telah diperjuangkan Andropov dan Chernenko, pendahulunya,  untuk diatasi, termasuk masalah domestik yang serius dan meningkatnya ketegangan Perang Dingin. Energi dan antusiasme muda Gorbachev memberi Uni Soviet harapan pada generasi pemimpin baru ke arah perubahan yang positif. 

Pada Oktober 1988, Gorbachev mengkonsolidasikan kekuasaannya dengan pemilihannya menjadi ketua presidium Soviet Tertinggi (badan legislatif). Ia merestrukturisasi badan legislatif dan eksekutif pemerintah untuk melepaskannya dari cengkeraman CPSU, dengan melakukan perubahan pada konstitusi, yang membentuk parlemen baru bernama Kongres Deputi Rakyat Uni Soviet dengan beberapa anggotanya dipilih langsung oleh rakyat dalam pemilihan umum.

Dengan perubahan tersebut, kekuasaan negara diserahkan kepada Kongres Deputi Rakyat Uni Soviet. Pada 1989, parlemen baru tersebut mengangkat Gorbachev sebagai presiden Uni Soviet.

3. Kebijakan Glasnost dan Perestroika yang Mengakhiri Perang Dingin

pemimpin terakhir Uni Soviet, Mikhail Gorbachev (twitter.com/mgorbachev)

Saat menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Soviet dan pemimpin de facto negara itu di usianya yang ke-54 tahun, Gorbachev telah mulai merevitalisasi sistem dengan memperkenalkan kebijakan Glasnost dan Perestroika.

Kebijakannya tentang 'Glasnost' - keterbukaan - memungkinkan kritik terhadap partai dan negara, telah mendorong kaum nasionalis untuk mulai mendesak kemerdekaan, seperti di Latvia, Lituania, Estonia dan lainnya. Gorbachev tidak dapat mencegah runtuhnya Uni Soviet secara perlahan. Meskipun nantinya akan melahirkan Rusia modern yang kita kenal saat ini.

Kebijakannya tentang 'Perestroika' - restrukturisasi - baik di politik, maupun ekonomi, berusaha untuk memperkenalkan beberapa reformasi sistem yang dijalankan negara, seperti dalam pemilihan umum dan sistem pasar bebas. Tetapi reformasi ini menghadapi perlawanan dari partai dan birokrat pemerintah yang tidak mau melepaskan kendali mereka atas kehidupan negara.

Dua kebijakan yang diusung Gorbachev inilah yang menyebabkan runtuhnya Uni Soviet, sekaligus menandai berakhirnya Perang Dingin pada saat itu.

4. Hubungan dengan Barat Menghangat

mantan Presiden Uni Soviet (kiri), Mikhail Gorbachev (twitter.com/gregorytrane46)

Tidak seperti pemimpin Uni Soviet sebelumnya, pada masa pemerintahan Gorbachev Soviet menjadi lebih terbuka dengan dunia. Hubungan dengan negara-negara Barat yang memanas selama Perang Dingin pun menghangat, dengan dilakukannya beberapa pertemuan dan perjanjian antara Soviet dan AS.

Pada Desember 1987, Gorbachev menandatangani perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) dengan Presiden AS Ronald Reagan agar kedua negara menghancurkan semua persediaan rudal berjarak menengah yang ada. Beberapa pertemuan lain yang membahas kerjasama kedua negara dilakukan seiring meredanya ketagangan.

Tak hanya itu, Gorbachev juga menjalin ikatan yang kuat dengan kanselir Jerman Barat saat itu, Helmut Kohl, seiring dengan diruntuhkannya tembok Berlin dan reunifikasi Jerman. 

Baca Juga: 6 Helm Perang Terkenal dalam Sejarah, Terasa Wibawanya!

Verified Writer

Angga Kurnia Saputra

Self-proclaimed foreign policy enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya