TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Fakta tentang Bintang, Terbentuk dari Awan Debu Galaksi

Salah satu benda langit dengan ukuran raksasa!

ilustrasi permukaan Matahari sebagai bintang pusat dalam tata surya kita (pixabay.com/ipicgr)

Ketika kita menadahkan kepala ke langit di malam hari, bintang pasti jadi salah satu benda langit yang paling pertama terlihat. Sejak awal dimulainya penjelajahan luar angkasa oleh manusia, bintang jadi salah satu objek paling menarik untuk diteliti.

Sebab, objek langit yang satu ini punya banyak fenomena yang masih sulit dijelaskan atau bahkan sulit diprediksi oleh manusia. Selain karena jaraknya yang relatif jauh dari Bumi, bintang-bintang yang ada di langit juga punya energi dan ukuran sangat besar, sehingga perlu teknologi yang sangat canggih untuk mengamati sebuah bintang.

Akan tetapi, setidaknya ada deretan fakta menarik dari benda langit satu ini yang telah berhasil diungkap oleh para ilmuwan. Penasaran dengan fakta dari benda langit berukuran raksasa ini? Yuk, simak dalam artikel berikut ini!

1. Jumlah bintang di alam semesta ada banyak, sampai tidak bisa dihitung dengan angka pasti

ilustrasi galaksi yang terdiri atas miliaran bintang di dalamnya (pixabay.com/WikiImages)

Meskipun berukuran raksasa, bintang bukanlah benda alam terbesar di dunia. Bintang-bintang yang ada di langit termasuk ke dalam galaksi yang punya ukuran jauh lebih besar daripada bintang. Dan tentunya, dalam satu galaksi saja, bisa ada jutaan atau bahkan miliaran bintang di dalamnya.

Dilansir National Geographic, bintang merupakan benda langit yang menjadi pembatas antara satu galaksi dengan yang lain. Para peneliti memperkirakan, jumlah galaksi ada miliaran di alam semesta.

Menariknya di Galaksi Bima Sakti, diperkirakan ada 300 miliar bintang! Jadi, pastinya mustahil untuk memperkirakan secara pasti jumlah bintang di alam semesta.

2. Bintang terbuat dari awan debu yang ada di sekitar galaksi

ilustrasi awan debu berbentuk piringan dengan inti bulat di tengahnya (pixabay.com/WikiImages)

Dalam proses pembentukannya, bintang sebenarnya terdiri atas banyak zat hidrogen dan helium. Kedua zat tersebut ada dalam sebuah awan debu raksasa yang akan terus berputar dan menyusut sambil terus tertarik ke tengah hingga membentuk sebuah piringan dengan bola panas di tengahnya.

Laman Stars menyebutkan, kalau proses tersebut membuat gumpalan awan raksasa menjadi protostars. Kemudian ketika tekanan dan suhu di tengah gumpalan tersebut menyentuh angka 1 juta celcius, inti atom di dalamnya akan saling melebur hingga bintang tersebut memiliki ukuran tertentu dengan intensitas cahaya tertentu pula.

Baca Juga: 5 Sampel yang Diambil di Luar Angkasa untuk Diteliti di Bumi

3. Bintang memiliki masa produktif

ilustrasi pancaran energi dari sebuah bintang (space.com)

Selain memiliki proses kelahiran sendiri, siklus hidup dari bintang juga mirip seperti makhluk hidup. Bintang mengalami masa produktif, masa tua, hingga nantinya bintang tersebut mati setelah hidup dalam kurun waktu tertentu.

NASA melansir, untuk memperkirakan usia sebuah bintang dapat digunakan Hertzsprung-Russell Diagram yang menghitung usia bintang berdasarkan jumlah energi radiasi yang dipancarkan dan warna cahaya yang dihasilkan. Jika suhu permukaan dari suatu bintang masih dapat memancarkan energi radiasi dalam jumlah besar dan memiliki fusi nuklir yang stabil, maka dapat dipastikan kalau usia bintang tersebut masih dalam masa produktif. 

Matahari sendiri membutuhkan waktu 50 miliar tahun untuk mencapai usia produktifnya. Peneliti NASA juga memperkirakan kalau usia prima dari Matahari sekitar 10 miliar tahun lagi, sebelum akhirnya menjadi tua dan meledak. 

4. Besaran suhu dari bintang dapat dilihat dari warna cahaya yang dihasilkan

Penampakan Bintang AG Carinae, bintang yang memiliki cahaya berwarna biru. (instagram.com/nasa)

Jika melihat cahaya bintang dari Bumi, mungkin akan sulit untuk memperhatikan warna asli dari bintang tersebut. Sebab, ada banyak faktor yang menyebabkan sulitnya mata kita melihat warna asli dari bintang, semisal jarak dari bintang itu sendiri maupun adanya atmosfer yang menyaring cahaya dari bintang.

Padahal, warna cahaya dapat jadi salah satu penentu besaran suhu yang dipancarkan oleh bintang, lho. DIlansir National Geographic, bintang dengan suhu tinggi biasanya akan memancarkan warna putih dan biru. Sedangkan pada bintang dengan suhu lebih dingin akan memiliki warna merah atau jingga.

5. Ukuran bintang sangat bervariasi

Tangkapan foto awan debu sisa ledakan bintang raksasa yang dikelilingi ribuan bintang di sekitarnya. (instagram.com/nasa)

Sama seperti objek langit lain, bintang juga memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ukuran dari sebuah bintang dapat menjadi patokan apakah bintang tersebut dapat berusia panjang atau tidak. Sebab, bintang dengan ukuran raksasa cenderung memiliki masa hidup yang lebih singkat ketimbang bintang yang berukuran lebih kecil.

Laman Earth Sky melansir, sejauh ini ada 3 kategori ukuran dari bintang, yaitu bintang kerdil, bintang besar, dan bintang raksasa. Bintang kerdil biasanya adalah kumpulan bintang yang sedang ada dalam masa produktif. Sedangkan bintang berukuran besar dan raksasa biasanya telah memasuki usia tua. Secara ukuran dan masa produktifnya, sebenarnya Matahari kita dapat dikategorikan sebagai bintang kerdil, lho.

Baca Juga: 5 Fakta Unik Bimasakti, Galaksi Tua yang Jadi Rumah Matahari

Verified Writer

Anjar Triananda Ramadhani

Animal Lovers and Smartphone Enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya