TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Perpustakaan Ashurbanipal, Pusat Pengetahuan Bangsa Asyiria 

Epos Gilgamesh tersimpan di sini! 

Ilustrasi Kota Niniveh (dok. Wikimedia Commons)

Menjadi salah satu peradaban tertua di dunia, Mesopotamia menyimpan beragam pengetahuan yang menjadi warisan hingga masa kini. Perpustakaan menjadi tempat yang amat penting sebagai wadah untuk menyalurkan berbagai pengetahuan dari generasi ke generasi bahkan hingga lintas zaman.

Hal ini menyebabkan Perpustakaan Ashurbanipal menjadi sumber penting menggambarkan bagaimana sejarah Mesopotamia berjalan. Simak fakta-faktanya berikut ini!

1. Didirikan oleh raja yang hebat, Ashurbanipal 

Ilustrasi Raja Ashurbanipal di relief bangsa Asyria (dok. Wikimedia Commons)

Perpustakaan ini dibangun oleh seoarang raja yang hebat bagi bangsa Asyiria yang bernama Ashurbanipal. Dilansir British Museum, Ashurbanipal adalah raja kerajaan Neo-Asyiria yang memerintah 669 SM hinga 631 SM. Masa pemerintahannya dapat disebut kekaisaran terbesar di dunia, membentang dari Siprus di barat hingga Iran di timur, bahkan di masa kejaayaannya mencakup Mesir. Kekaisaran ini beribukota di Niniveh (sekarang: Irak) yang mempunyai arsitektur mengagumkan. Sebagai Ibukota kekaisaran, Nineveh menjadi pusat peradaban dunia kala itu.

Pada masa itu, Ashurbanipal bisa membaca dan menulis, yang tidak biasa bagi seorang raja. Ia mempunyai minat yang luar biasa dalam bidang akademik. Ia suka menunjukkan kemampuannya melalui relief istana yang menggambarkan ilustrasi dirinya sendiri.

Selain itu, ia mengirimkan anak buahnya ke seluruh penjuru wilayah kekaisarannya untuk mengumpulkan salinan buku-buku yang dianggap berharga. Salinan dari buku-buku tersebut dikumpulkan dalam sebuah perpustakaan yang terorganisir secara sistematis, sebuah pusat pengetahuan di Asyiria yang dikenal dengan Perpustakaan Ashurbanipal.

Baca Juga: 8 Fakta Bayt Al Hikmah, Pusat Ilmu Pengetahuan di Zaman Keemasan Islam

2. Ditemukan Arkeolog Austen Handery Layard setelah tertimbun ribuan tahun 

Austen Henry Layard (dok. Wikimedia Commons)

Keberadaan perpustakaan termasyhur ini seakaan hilang ribuan tahun kemudian. Merujuk Britannica, penemuan keberadaan Perpustakaan Ashurbanipal pertama kali digali oleh penjelajah sekaligus arkeolog asal Inggris bernama Austen Henry Layard pada tahun 1850. Layard dan tim melakukan ekskavasi dan menemukan sebuah tablet, sisa-sisa istana raja abad ke-9 dan ke-7 SM dan sejumlah besar karya seni penting berupa patung yang diduga peninggalan Raja Ashurbanipal.

Asisten Layard Irak, Hormuzd Rassam, melanjutkan penggalian dan pada tahun 1852 dan menemukan ruang kedua yang di dalamnya terdapat koleksi besar tablet lainnya. Perpustakaan Ashurbanipal terkubur di bawah dinding istana yang terbakar dan hilang selama lebih dari 2.000 tahun. Penggalian sisa-sisa istana pada tahun 1850 membuka jalan untuk menemukan sisa-sisa perpustakaan yang sekarang koleksinya berada di British Museum.

3. Menyimpan koleksi sebanyak 30.000 dokumen yang ditulis dalam bahasa Akkadia dan Sumeria 

Ilustrasi istana bangsa Asyiria (dok. Wikimedia Commons)

Dilansir Britannica, dokumen Asyiria paling awal dalam koleksi perpustakaan berasal dari pemerintahan Sargon II (721-705 SM) dan Sanherib (704-681 SM) yang menjadikan Niniveh sebagai ibu kota Neo-Asyiria. Dari koleksi perpustakaan kita dapat mengikuti intrik pengadilan, mendengarkan laporan intelijen rahasia, mengikuti ritual selangkah demi selangkah, mendengar kata-kata himne dan doa, dan membaca buku pegangan medis, serta membaca dengan sangat detail tentang perbuatan raja-raja.

Berbagai koleksi tersebut didapatkan dari juru tulis yang diperintahkan Raja Ashurbanipal untuk mencari, mengumpulkan atau menyalin teks dari setiap koleksi dari perpustakaan kuil. Kolektsi tersebut di luar dari tambahan koleksi tablet yang diambil dari Ashur, Calah, dan Niniveh sebelumnya.

Koleksi dikelompokkan dalam teks-teks berdasarkan pengamatan peristiwa penting, mulai dari perilaku dan ciri-ciri manusia, hewan, dan tumbuhan; pergerakan Matahari, Bulan, planet, dan bintang; mantera, doa, ritual, cerita fabel, hingga peribahasa. Epos tradisional Mesopotamia seperti kisah Penciptaan, Gilgamesh, Irra, Etana, dan Anzu; dan beberapa cerita rakyat seperti The Poor Man of Nippur diduga pendahulu dari salah satu cerita Seribu Satu Malam Baghdad.

4. Koleksi berupa dokumen ditulis di atas tanah liat yang disebut cuneiform 

Ilustrasi pecahan cuneiform (dok. Wikimedia Commons)

Catatan bangsa Asyiria yang di ditemukan di Perpustakan Ashurbanipal ditulis di atas lempengan tanah liat, bukan di atas kertas. Cuneiform, sebuah istilah yang digunakan, tampak seperti irisan-irisan kecil untuk membentuk simbol.

Mengutip Thought.co, penaklukan Niniveh pada tahun 612 SM oleh Persekutuan Babilonia menyebabkan gedung-gedung dihancurkan, termasuk membakar perpustakaan Ashurbanipal. Banyak koleksi yang berasal dari kertas lenyap, berbeda dengan tanah liat yang teskturnya menjadi lebih keras akibat terpanggang si jago merah dan awet melampaui zaman. Hal ini dapat menjadi alasan masifnya penulisan koleksi di Perpustakaan Ashurbanipal di lempengan tanah liat yang memiliki resiko lebih kecil bila terjadi kebakaran maupun bencana lainnya.

Baca Juga: Sempat Jadi Pusat Pengetahuan, Ini 5 Perpustakaan Tertua di Dunia

Verified Writer

Dina Stevany

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya