TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Kolonel Paul W. Tibbets Jr, Pilot Pembawa Bom Atom Pertama

Memiloti pesawat bomber B-29 Enola Gay ke Hiroshima

potret Kolonel Paul W. Tibbets yang sedang melambaikan tangannya dari atas pesawat pengebom B-29 Enola Gay (commons.wikimedia.org/public domain)

Kolonel Paul Warfield Tibbets Jr (23 Februari 1915 – 1 November 2007) merupakan perwira menengah AU AS (United States Army Air Forces ) di masa Perang Dunia II yang menjadi terkenal karena ia merupakan pilot pesawat pengebom (bomber)  jarak jauh AS B-29 yang bersama krunya pada tanggal 6 Agustus 1945 menjatuhkan bom atom pertama yang memiliki nama julukan "Little Boy"  di kota Hiroshima Jepang. 

Peristiwa bom atom kota Hiroshima (dan kemudian kota Nagasaki di tanggal 9 Agustus 1945) pada akhirnya mengakhiri Perang Dunia II di wilayah Pasifik dengan menyerah tanpa syaratnya Jepang kepada pihak Sekutu. Namun, hingga saat ini peristiwa pengeboman  kota Hiroshima dan Nagasaki tersebut masih menjadi kontroversi mengingat besarnya korban jiwa dan kengerian yang ditimbulkannya. Pada peristiwa tersebut untuk pertama kalinya senjata nuklir yang dahsyat digunakan manusia dalam peperangan dan turut menentukan sejarah dunia saat ini.

Ingin tahu lebih lanjut tentang sosok Kolonel Paul Warfield Tibbets Jr, pilot yang membawa bom atom pertama ini? Simak lima faktanya berikut ini yuk!

Baca Juga: 7 Fakta Kolonel Quaritch, Antagonis yang Kembali di Avatar 2

1. Pilot yang memiliki banyak pengalaman

potret Paul W. Tibbets, Jr. ketika telah berpangkat Brigadir Jenderal di tahun 1960 (commons.wikimedia.org/United States Air Force)

Paul W. Tibbets merupakan seorang pilot yang telah memiliki banyak pengalaman di medan pertempuran dalam era Perang Dunia II. Dilansir Theguardian, pada awalnya ia bercita-cita ingin menjadi seorang dokter dengan belajar kedokteran di Universitas Cincinnati, ia lalu meninggalkan cita-citanya tersebut dan mendaftar ke militer AS dengan kecabangan udara karena ia mencintai dunia penerbangan dan diterima. Pada tahun 1938 di usianya yang ke-23 tahun ia lulus dari sekolah pilot di Texas.

Kariernya berlangsung cukup mulus, pada bulan Juni tahun 1941 ia ditugaskan ke Skuadron pengebom ke-9 di Savannah sebagai perwira teknis kemudian bergabung dengan Grup pengebom ke-29 di tahun yang sama untuk berlatih dengan pesawat pengebom legendaris AS B-17 Flying Fortress. Setelahnya ia juga terlibat dalam patroli anti kapal selam di perairan Samudra Atlantik. Pada tahun 1942 ia menerima penugasan di Eropa dan dengan B-17 ia memimpin 100-an armada pengebom AS  untuk melakukan pengeboman pertama di wilayah Prancis yang diduduki Jerman pada tanggal 9 Oktober 1942.

Setelah misi besarnya tersebut, masih di tahun 1942 ia terpilih untuk menerbangkan petinggi militer Sekutu yaitu Mayor Jenderal Mark W. Clark dan Panglima tertinggi Sekutu Letnan Jenderal Dwight D. Eisenhower ke Gibraltar. Setelahnya Tibbets dengan cepat mendapatkan reputasi sebagai salah satu pilot terbaik di angkatan udara.

Baca Juga: 5 Alasan Aoy Enggan Ikuti Jejak Chef Paul di Film Hunger

2. Terpilih sebagai komandan 509th Composite Group di tahun 1944

potret bom atom Little Boy sesaat sebelum dimuat ke ruang bom pesawat pengebom B-29 Enola Gay di Pulau Tinian (commons.wikimedia.org/Public domain)

Dilansir Nuclearmuseum, pada tahun 1943  Tibbets kembali ke AS untuk membantu pengembangan pesawat pengebom terbaru AS B-29 serta menjadi pilot uji untuk pesawat tersebut. Pada tahun 1944 ketika berpangkat Letnan Kolonel ia dipilih untuk menjadi komandan 509th Composite Group karena pengalaman misi pengeboman di Eropa dan jam terbangnya yang paling tinggi dengan B-29 di antara pilot-pilot lainnya. 509th Composite Group merupakan unit pasukan udara yang merupakan bagian dari Manhattan Project yang dikepalai oleh Oppenheimer dalam menciptakan senjata baru, senjata nuklir.

509th Composite Group memiliki kekuatan armada B-29 yang telah dimodifikasi dan telah melalui sejumlah pelatihan intensif serta dipersiapkan untuk membawa senjata nuklir. Kekuatan udara ini berbasis di Pulau Tinian, Kepulauan Mariana. Anak buah dan kru Tibbets adalah yang terbaik di militer AS, selain itu Tibbets diyakini sebagai perwira loyal dan sanggup menjaga rahasia demi kesuksesan misi ini. Pada bulan Januari 1945, Letnan Kolonel Tibbets menerima kenaikan pangkat menjadi Kolonel. Pada tanggal 6 Agustus 1945 ia membawa B-29 Enola Gay dan anak buahnya terbang dari Pulau Tinian selama sekitar 6 jam ke Hiroshima, kota militer penting Jepang dengan muatan senjata baru, senjata nuklir.

3. Menamai pesawat pengebom B-29 yang dipilotinya dengan nama ibunya

Dilansir Britannica, Kolonel Tibbets menamai pesawat pengebom B-29 yang akan dipilotinya untuk membawa bom atom ke Hiroshima dengan nama ibunya: Enola Gay karena ibunya adalah sosok yang terus mendukungnya sejak masa kanak-kanak hingga masa-masa sulitnya seperti ketika memutuskan untuk merubah cita-cita dari seorang dokter menjadi seorang pilot. Sejumlah informasi menuliskan bahwa Kolonel Tibbets berdasarkan rekomendasi dari seorang supervisor produksi penerbangan sipil memilih sendiri pesawat pengebom yang akan diterbangkannya tersebut sejak masih diproduksi di pabriknya, ia memilih pesawat dengan no seri 4486292.

Bomber B-29 yang juga dikenal dengan nama Superfortress, merupakan pesawat pengebom AS 4 mesin tercanggih pada masanya yang terbang perdana pada tahun 1942 dan langsung menjadi populer serta menjadi senjata yang ditakuti Jepang di medan perang Pasifik. Sepak terjangnya di medan peperangan menyebabkannya dijuluki sebagai "algojo Pasifik". Merupakan pengebom pertama dengan kabin bertekanan yang mampu terbang jarak jauh dengan ketinggian hingga 9.000 m dan kecepatan 560 km/jam sehingga sulit dijangkau pertahanan udara dan dicegat oleh pesawat pemburu AU Kekaisaran Jepang.

4. Mendapatkan lencana Distinguished Service Cross

Mayor Jenderal Carl Spaatz menyematkan tanda penghargaan kepada Kolonel Paul W. Tibbets Jr setelah misi Hiroshima (commons.wikimedia.org/United States Air Force)

Dilansir Nuclearmuseum, setelah berhasil menjalankan misinya di Hiroshima, sesaat setelah mendarat di Tinian, Kolonel Tibbets dianugerahi lencana kehormatan Distinguished Service Cross oleh Mayor Jenderal Carl Spaatz. Lencana tersebut merupakan penghargaan militer tertinggi kedua yang diberikan kepada Anggota Angkatan Darat AS (dan pada era PD II juga untuk AU AS yang masih merupakan kecabangan AD AS) untuk kepahlawanan yang luar biasa dalam membela AS dari musuh-musuhnya di dalam peperangan.

Ketika berita kesuksesan misi tersebut muncul di surat kabar keesokan harinya ia dan keluarganya langsung terkenal. Bagi pendukungnya Tibbets dikenal sebagai pahlawan nasional yang mengakhiri perang dengan Jepang, namun bagi para pengkritiknya ia dianggap sosok yang bertanggung jawab atas kematian ribuan warga sipil Jepang yang terus menuai kontroversi hingga hari ini.

Baca Juga: 6 Fakta Paul Pogba, Dari Mualaf hingga Jadi Fans Arsenal

Verified Writer

Dodi Wijoseno

Penyuka Sejarah, mountain hiking dan olah raga

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya