TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Negara Republik yang Mempraktikan Politik Dinasti di Tahun 2021

Termasuk Indonesia? 

potret Rodrigo Duterte dan putrinya, Sara (eastasiaforum.org)

Politik dinasti mungkin sudah awam di telinga kita. Pasalnya praktik mewariskan jabatan ternyata sudah beberapa kali dilakukan beberapa pejabat negara. Hal ini wajar jika sebuah negara memegang sistem monarki. Namun, jadi problematik ketika negara bersangkutan menggunakan sistem republik dan presidensial.

Di masa lalu, kita mengenal klan Kennedy dan Bush di Amerika Serikat. Atau Nehru-Gandhi di India dan Shinawatra di Thailand. Ternyata hingga tahun 2021, politik dinasti masih tumbuh subur. Seperti yang terjadi di keenam negara republik berikut. 

1. Azerbaijan 

potret Mehriban dan Ilham Aliyev (insider.com)

Seperti kebanyakan negara pecahan Uni Soviet lainnya, Azerbaijan memang bukan negara demokrasi, tetapi mempertahankan sistem republik dengan Presiden sebagai pemimpin tertinggi. Dibantu dengan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan. Negara ini juga menerapkan trias politica, yaitu pembagian struktur pemerintah berupa eksekutif, legislatif, dan yudikatif. 

Namun, selama ini berdasarkan laporan Freedom House, negara ini masih melakukan pembatasan ketat pada oposisi dan pihak-pihak yang berani mengkritik pemerintah. Politik dinasti bahkan sudah dipraktikan sejak Heydar Aliyev, Presiden pertama Azerbaijan sejak tahun 1993 mundur dari pemilu tahun 2003 karena alasan kesehatan. Ia kemudian digantikan sang putra tertua, Ilham Aliyev yang hingga kini masih memegang jabatan tersebut. 

Di tahun 2016 Aliev mengadakan sebuah referendum untuk mengangkat Wakil Presiden dan menambah masa jabatan Presiden dari lima tahun menjadi tujuh tahunan. Seakan tak bisa dielakkan, referendum tersebut disetujui rakyat Azerbaijan. Padahal, beberapa minggu sebelumnya sejumlah aktivis turun ke jalan untuk memprotes referendum tersebut. Dengan berlakunya referendum, nama Mehriban Alieva dinobatkan sebagai Wapres pertama Azerbaijan. Ia tak lain adalah istri Ilham Aliyeva. Dengan begitu, selama 30 tahun merdeka jabatan pemimpin negara hanya pernah dipegang satu keluarga. 

Hal ini sebenarnya banyak terjadi di beberapa negara bekas Soviet, termasuk Republik Otonom Chechnya yang sejak berdamai dengan Rusia dipimpin oleh klan Kadyrov. Dimulai dari Akhmat dan kini diwariskan pada sang putra, Ramzan Kadyrov. 

2. Nicaragua 

potret Rosario Murillo dan Daniel Ortega (eluniverso.com)

Hal serupa terjadi di Nicaragua. Posisi tertinggi di Nicaragua dipegang oleh Presiden Daniel Ortega yang sudah memenangkan pemilu selama empat kali berturut-turut sejak tahun 2007. Bahkan di tahun 2016, istrinya Rosaria Murillo turut mencalonkan diri sebagai wakil presiden dan bukan kejutan saat ia terpilih. 

Sejak menjabat, Ortega dan Murillo makin sering melakukan tindak represif pada oposisi dan aktivis. Di tahun 2018 misalnya, ratusan orang meninggal dalam protes yang dibubarkan paksa oleh polisi. Sejak itu, Ortega dan Murillo dicap sebagai pelanggar HAM oleh negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat yang memberikan sanksi pada negara Amerika Tengah tersebut. 

Dalam liputan El Pais, banyak pihak dan lingkaran terdekat pasangan tersebut yang menyebut Murillo punya andil besar dalam pembuatan keputusan di Nicaragua bahkan saat ia belum menjabat secara resmi sekalipun. 

Baca Juga: 8 Fakta Sado, Pangeran Dinasti Joseon dengan Gangguan Mental

3. Filipina 

potret Rodrigo Duterte dan putrinya, Sara (eastasiaforum.org)

Politik dinasti di Filipina dimulai oleh Rodrigo Duterte. Karir politiknya dimulai lewat jabatan wakil walikota kemudian walikota Davao selama tujuh periode, walau tidak berturut-turut. Total durasi jabatannya mencapai 22 tahun seperti yang dilaporkan CNN. Terlepas dari keterlibatannya dalam Davao Death Squad yang menangkapi orang dan anak jalanan yang dicurigai sebagai pengedar narkoba tanpa bukti jelas hingga kebiasaannya melontarkan gurauan yang tidak etis, Duterte terpilih menjadi Presiden Filipina di tahun 2016.

Di tahun 2016, jabatan walikota Davao sudah jatuh ke tangan sang putri sulung, Sara Duterte-Caprio. Seakan sudah disiapkan untuk mempertahankan klan Duterte di pemerintahan Filipina, Rodrigo mengumumkan dirinya akan mundur dari politik. Namun, Sara mengonfirmasi pencalonan dirinya sebagai Wakil Presiden di pemilu 2022. Jika Sara terpilih, Duterte berpotensi mempertahankan imunitasnya dari jerat hukum. Privilese yang ia nikmati selama menjadi Presiden lima tahun belakangan. 

Seakan tak mau kehilangan kursi di Davao, putra Duterte lainnya, Sebastian disiapkan untuk bepartisipasi dalam perebutan kursi walikota Davao. Namun, awal November 2021 lalu ia memilih mundur dari pemilu tersebut dan mencalonkan rekannya. 

4. Guinea Kathulistiwa 

potret Teodorin Obiang (globalsecurity.org)

Pola yang sama bisa dilihat pula di banyak negara Afrika. Salah satu yang paling kentara adalah Guinea Kathulistiwa yang selama ini dipimpin oleh Presiden Teodoro Obiang sejak 1979. Ia merebut jabatan itu dari pamannya Francisco Macias Nguema lewat kudeta. Di tahun yang sama, Nguema dituntut atas beberapa kejahatan kemanusiaan dan korupsi. Ia dan beberapa rekan sejawatnya dihukum mati di tahun itu pula.  

Obiang dikenal sebagai salah satu pemimpin diktator terlama dan terbrutal yang pernah ada. Di tahun 2012, seakan tahu kalau waktunya tak bakal lama, Obiang mengangkat putranya yang bernama sama sebagai salah satu Wakil Presiden. Teodorin, nama panggilan sang putra dikenal karena gaya hidupnya yang mencolok, penuh kemewahan bertolakbelakang dengan kondisi mayoritas warganya. Bahkan ia sudah dicekal di beberapa negara atas berbagai kasu penggelapan uang dan korupsi. 

5. Turkmenistan 

potret Serdar Berdymukhamedov (eurasia.net)

Gurbanguly Berdymukhamedov memegang jabatan Presiden Turkmenistan sejak tahun 2006 pasca kematian Presiden pendahulunya, Saparmurat Niyazov. Sejak menjabat, ia menerapkan sistem autokratik atau kekuasaan absolut. Beberapa waktu lalu, ia disorot setelah menunjuk putranya sendiri, Serdar atas jabatan Wakil Perdana Menteri untuk urusan bisnis dan keuangan pada Juli 2021 lalu.

Serdar bahkan diberi tanggung jawab atas mega proyek pembangunan sebuah kota modern yang belum diberi nama. Serdar bukan wajah asing bagi warga Turkmenistan. Ia beberapa kali menempati jabatan strategis di pemerintahan, terakhir sebagai Wakil Gubernur Provinsi Ahal. Provinsi tersebut adalah lokasi pembangunan proyek tersebut. 

Baca Juga: 6 Fakta Dinasti Yuan, Dinasti Asing Pertama di Tanah Tiongkok

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya