TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

8 Fakta di Balik Tenggelamnya Yamato, Kapal Tempur Kekaisaran Jepang

Akhir dari kapal tempur terbesar dalam sejarah

history.navy.mil

Pada 7 April 1945, sebuah ledakan besar terjadi dan awan jamur membumbung tinggi di lautan. Yamato, kapal tempur kebanggaan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang telah berhasil dikalahkan oleh Sekutu. Yamato yang keberadaannya telah lama menjadi rumor yang ditakuti oleh angkatan laut negara Sekutu, terutama Amerika Serikat berhasil ditenggelamkan dalam sebuah pertempuran di Teater Pasifik Perang Dunia II.

Tenggelamnya Yamato menjadi tanda semakin redupnya cahaya Kekaisaran Jepang dalam pentas Perang Dunia II, serta memengaruhi doktrin angkatan laut di era modern. Penasaran dengan kisah tenggelamnya Yamato? Mari kita bahas dalam 8 fakta berikut.

1. Dikenal sebagai yang terbesar 

history.navy.mil

Yamato, bersama saudarinya, Musashi merupakan dua kapal tempur dari kelas Yamato yang dimiliki oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Mengutip dari laman The National Interest, kelas Yamato menjadi kapal tempur terbesar dalam sejarah dengan bobot mencapai lebih dari 70.000 ton.

Yamato mulai dibuat di galangan kapal Kure pada tahun 1937. Pembuatan Yamato dirahasiakan oleh Kekaisaran Jepang karena Yamato sudah jauh melebihi batas tonase maksimal kapal yang ditetapkan dalam Traktat Angkatan Laut Washington. Jepang tidak ingin Amerika Serikat tahu bahwa mereka sedang membangun sebuah kapal tempur yang dirancang untuk dapat menandingi kapal dari negara mana pun.

Baca Juga: 8 Informasi Rahasia Ini Berhasil Disadap Sekutu Selama Perang Dunia II

2. Yang terbesar tetap memiliki kelemahan

history.navy.mil

Seperti ditulis dalam laman Naval History and Heritage Command, Musashi sebagai kapal saudari Yamato sudah lebih dulu mengalami nasib tragis ketika harus tenggelam dalam Pertempuran Teluk Leyte 24 Oktober 1944. Tenggelamnya Musashi menjadi pertanda buruk bagi Yamato, menandakan bahwa kapal tempur super Jepang ternyata tetap dapat dikalahkan.

Menurut artikel dalam laman History, Musashi tidak memiliki pertahanan udara yang cukup pada saat bertempur di Pertempuran Teluk Leyte. Dihajar oleh bom dan terkena sekitar 25 torpedo membuat Musashi tidak berdaya dan akhirnya tenggelam.

Cara yang efektif untuk menghancurkan kapal besar seperti Musashi adalah dengan membuat pergerakannya menjadi terbatas, mulai dari kecepatan yang menurun hingga merusak sistem kendali kapal. Namun, akan sangat sulit untuk mengirim kapal tempur mendekati Musashi karena meriamnya dapat dengan mudah menghancurkan kapal musuh. Dengan demikian, cara terbaik adalah dengan menggunakan serangan pesawat dari kapal induk.

Jika sudah tidak dapat bergerak bebas, gempuran torpedo dapat dengan mudah mengakhiri kapal tersebut. Taktik ini sangat dipahami oleh armada Amerika Serikat dan digunakan kembali untuk menenggelamkan Yamato.

3. Dikerahkan dalam Operasi Ten-Go 

history.navy.mil

Meski menjadi kapal tempur terbesar yang dimiliki Kekaisaran Jepang, Yamato tidak terlalu banyak terjun dalam pertempuran. Alih-alih bertempur, Yamato lebih banyak digunakan sebagai kapal pengangkut pasukan dan menghabiskan waktu di galangan.

Hingga akhirnya pasukan Sekutu semakin mendekat ke daratan Jepang, Yamato dipercaya sebagai benteng terakhir Jepang dari serbuan Sekutu dalam Pertempuran Okinawa. Seperti ditulis dalam laman Britannica, Yamato dikerahkan bersama kapal pengawal dan 350 pesawat bunuh diri, kamikaze sebagai serangan balik pertama oleh Jepang pada 6 April 1945 dengan sandi Operasi Ten-Go.

4. Misi bunuh diri 

history.navy.mil

Yamato berangkat dengan bahan bakar yang hanya cukup untuk satu kali perjalanan dan tanpa dukungan pesawat, jelas sekali bahwa ini adalah misi bunuh diri. Rencananya, pesawat kamikaze akan dikerahkan untuk menghajar armada Sekutu. Setelah itu, Yamato akan dijadikan sebagai pertahanan pesisir di Okinawa untuk menggempur dan menghabisi kapal-kapal Sekutu.

Seperti ditulis dalam laman Warfare History Network, armada yang dikirim untuk mengiringi Yamato kalah dari segi jumlah jika dibanding dengan armada yang dikerahkan oleh Amerika Serikat. Kapal penjelajah Yahagi bersama 8 kapal penghancur Jepang harus melawan 60 kapal penghancur milik Amerika Serikat. Serangan pesawat kamikaze ternyata juga tidak membuat armada Amerika Serikat gentar.

Namun, rencana tinggallah rencana. Pergerakan Yamato sudah diketahui oleh Amerika Serikat akibat kode rahasia Jepang yang berhasil dipecahkan. Kapal selam Amerika Serikat juga terus mengintai Yamato, tapi tidak dapat menyerang karena Yamato terus bermanuver zig-zag. Amerika Serikat merencanakan untuk mencegat Yamato sebelum dapat tiba di Okinawa.

5. Strategi kapal induk Amerika Serikat lebih efektif 

history.navy.mil

Ketidakberdayaan Yamato tidak hanya dari segi jumlah musuh yang dihadapi, Yamato juga tidak berdaya dengan strategi yang dikerahkan Sekutu. Ternyata, musuh yang dihadapi Yamato kali ini adalah pesawat dari kapal induk Amerika Serikat.

Mengutip dari laman Warfare History Network, Laksamana Raymond Spruance, komandan Armada Ke-5 Amerika Serikat awalnya memerintahkan untuk mengerahkan 6 kapal tempur untuk menyerang Yamato. Namun, Laksamana Madya Marc A. Mitscher lebih memilih untuk mengerahkan serangan udara melalui kapal induk daripada mengerahkan kapal tempur.

Pesawat Angkatan Laut Amerika Serikat yang terdiri dari F6F Hellcat, F4U Corsair, pengebom tukik SB2C Helldiver dan pengebom torpedo TBF Avenger menggempur Yamato beserta kapal pengawalnya.

6. Yamato tidak dirancang untuk menghadapi pesawat 

history.navy.mil

Yamato memang sudah dilengkapi dengan sistem persenjataan antipesawat yang mutakhir, tetapi ia beserta kapal pengawalnya tetap kewalahan menghadapi gempuran pesawat Amerika Serikat.

Sementara itu, meriam utama 460 mm Yamato dirancang untuk dapat menghancurkan kapal musuh dengan sangat mudah, bukan untuk melawan pesawat. Meskipun meriam 460 mm tersebut sudah menggunakan amunisi khusus untuk menyerang pesawat juga digunakan, tetap tidak efektif menjatuhkan pesawat-pesawat Amerika Serikat.

Andaikan yang dihadapi oleh Yamato adalah armada kapal tempur, maka masih ada kemungkinan Yamato dapat memberikan perlawanan yang berarti dan akan membuat armada Amerika Serikat kewalahan. Dengan ini, dapat dikatakan bahwa taktik Mitscher terbukti efektif.

Mengutip dari laman The National Interest, pada 7 April pagi, Mitscher mengerahkan 280 pesawat sebagai serangan pertama, mencegat Yamato yang masih dalam perjalanan menuju Okinawa. Serangan kedua dilanjut dengan mengerahkan 100 pesawat.

Pertahanan Yamato yang kokoh bertubi-tubi dihajar oleh 7 bom dan 10 torpedo dari pesawat Amerika Serikat. Satu demi satu kapal penghancur yang mengiringi Yamato tenggelam. Yamato babak belur sebelum dapat menemukan kapal tempur musuh yang berlindung di kejauhan, tidak terjangkau oleh jarak tembak meriam Yamato.

7. Yamato meledak dan tenggelam 

history.navy.mil

Setelah kru Yamato berjuang habis-habisan menghalau serangan Sekutu, akhirnya Yamato tidak mampu bertahan. Seperti ditulis dalam laman Warfare History Network, sebuah ledakan besar akhirnya membuat Yamato tenggelam pada pukul 02.23 siang.

Ledakan tersebut diduga berasal dari ruang penyimpanan amunisi Yamato yang terbakar hebat akibat serangan bom dan torpedo. Mengutip dari laman History, sekitar lebih dari 2.400 kru Yamato ikut tenggelam di dalam kapal Yamato yang terbelah dua. Laksamana Madya Seiichi Itō juga memilih untuk ikut tenggelam bersama Yamato, kapal yang ia gunakan untuk memimpin armadanya.

Kapal pengawal Yamato juga mengalami nasib serupa, Yahagi beserta 4 kapal penghancur tenggelam. Kapal penghancur Fuyutsuki, Hatsushimo, Suzutsuki dan Yukikaze berhasil selamat dan mundur dari pertempuran dengan kondisi kru yang terluka dan kapal yang rusak parah. Tenggelamnya Yamato menandakan cahaya Kekaisaran Jepang semakin redup dalam Perang Dunia II.

Baca Juga: Menegangkan! 10 Pertempuran Laut Paling Epik dalam Perang Dunia II

Verified Writer

Farhan Alam

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya