TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Milky Sea, Serbuan Cahaya di Tengah Laut! 

Fenomena ini juga muncul di Indonesia, lho

Milky sea di laut selatan Jawa (earthobservatory.nasa.gov)

Berbeda dengan milky way alias galaksi Bima Sakti yang bisa muncul di langit malam, milky sea adalah versi langka dari fenomena laut bercahaya. Fenomena ini terjadi di tengah laut lepas yang jarang terjamah manusia, kecuali para pelaut yang kebetulan sedang berlayar.

Sesuai namanya, fenomena alam langka milky sea membuat citra lautan yang diambil dari satelit pada malam hari menjadi lebih putih dari sekitarnya yang mirip seperti sedang "ketumpahan susu". Untuk lebih jelasnya, yuk, simak uraian penjelasan tentang milky sea di bawah ini!

1. Berawal dari kisah para pelaut 

ilustrasi kapal laut (pixabay.com/Myriams-Fotos)

Mengutip HowStuffWork, fenomena ini sudah lama menjadi kisah yang diceritakan oleh para pelaut. Mereka menceritakan mengenai air di tengah lautan luas yang tiba-tiba bercahaya, menyerbu mereka dengan warna yang pucat mirip seperti susu, dan membentang lebar sejauh mata memandang. Karena tidak ada yang bisa membuktikannya, kesaksian para pelaut akhirnya dianggap sebagai sebuah cerita rakyat selama ratusan tahun.

Saking menariknya, jauh sebelum fenomena ini diteliti ilmuwan, Jules Verne sampai memasukkan cerita para pelaut sebagai referensi untuk novel fiksi ilmiah klasik ciptaannya, berjudul Twenty Thousand Leagues Under the Sea yang terbit pada tahun 1870. Verne memberi istilah milk sea untuk fenomena ini.

Baca Juga: 5 Fakta Light Pillar, Fenomena Alam Seindah Aurora

2. Pembuktian fenomena milky sea melalui citra satelit 

ilustrasi satelit (unsplash.com/NASA)

Kisah yang terus menerus datang dari pelaut tentu saja menggelitik rasa penasaran ilmuwan, salah satunya Steven D. Miller dan timnya, yakni peneliti di U.S. Naval Research Laboratory. Berangkat dari kesaksian pelaut kapal S.S. Lima, pada tahun 2000 Miller mencoba menggunakan satelit Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) untuk mencari tahu apa yang ada di barat laut Samudra Hindia.

Hasilnya, dengan sederet komponen pendukung, satelit VIIRS mendeteksi adanya jalur putih di tengah lautan. Singkatnya, jalur putih itu terbukti sebagai fenomena milky sea. Penelitian Miller dan timnya dipublikasikan dalam sebuah jurnal ilmiah tahun 2005.

“Hal menarik dari milky sea yaitu fakta bahwa fenomenanya sukar dipahami, biasanya berlokasi di tengah laut lepas, jauh dari jalur pelayaran,” ungkap Miller, dilansir EarthObservatory NASA. “Alhasil, kesaksian mereka bertahan sebagai cerita rakyat dari masyarakat maritim.”

3. Penyebab fenomena milky sea 

ilustrasi bioluminescense di pesisir laut (apod.nasa.gov/Taha Ghouchkanlu)

Tahun 1995, kapal dangang Inggris yang melintas Laut Arab mencoba mengambil sampel air yang tiba-tiba terlihat bercahaya. Menurut kesaksian pelaut di kapal dagang, butuh waktu setidaknya enam jam untuk menyebrang dari ujung ke ujung lautan bercahaya. Itu menjadi pengalaman yang cukup menakutkan bagi mereka. Waktu enam jam itu cukup untuk menjelaskan luasnya fenomena milky sea di laut lepas.

Setelah diteliti, sampel air itu ternyata mengandung bakteri laut Vibrio harveyi, sejenis bakteri yang dapat bercahaya. Hampir mirip seperti fenomena bioluminescense yang umum terjadi di pesisir pantai, organisme-organisme laut yang dapat mengeluarkan cahaya adalah dalang dari fenomena langka ini.

Vibrio harveyi pada dasarnya bercahaya untuk memikat ikan-ikat di laut agar memangsanya karena bakteri ini senang hidup dalam usus ikan. Tapi, masih tidak ada yang mengetahui mengapa bakteri itu bisa berkumpul dalam jumlah yang sangat besar.

4. Lokasi munculnya fenomena milky sea 

ilustrasi lokasi milky sea (earthobservatory.nasa.gov)

Mengutip EarthObservatory NASA, selama dua dekade, Miller dan timnya mengumpulkan lebih dari 200 dokumen sejarah dan laporan kapal mengenai kesaksian munculnya air laut bercahaya. Hasilnya, fenomena milky sea pada umumnya muncul di barat laut Samudra Hindia, Laut Arab, dan Benua Maritim, termasuk perairan Indonesia.

Dalam jurnal ilmiah Miller dan timnya yang dirilis tahun 2005, tertulis bahwa Fenomena milky sea muncul selama beberapa hari di laut lepas, tidak terpengaruh oleh kecepatan angin, dan bersinar sepanjang malam. Fenomena ini seringnya terjadi saat angin muson bertiup dari barat daya yang mengalir dari Asia (musim dingin) ke Australia (musim panas).

Baca Juga: Sudah Tahu? 9 Nama Fenomena Alam dalam Bahasa Jawa 

Verified Writer

Fira Yultiara

📎 yultiara19@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya