TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Salamander Api, Hewan Berwarna Mencolok yang Beracun 

Hewan ini suka bersembunyi di balik dedaunan!

Salamander api (commons.wikimedia.org/Vasyl Krasnoshtan)

Salamander api yang memiliki nama ilmiah Salamandra salamandra merupakan hewan yang tersebar di wilayah Eropa bagian tengah dan selatan. Amfibi dengan warna yang sangat menarik ini juga dapat ditemukan di wilayah Afrika Utara dan juga Timur Tengah. Spesies salamander ini dapat memiliki panjang tubuh berkisar antara 15 hingga 25 cm. Umumnya, individu betina berukuran lebih besar dibandingkan dengan yang jantan.

Salamander api umumnya aktif pada sore hingga malam hari. Terkadang mereka juga aktif pada siang hari ketika sedang musim hujan. Hewan ini dapat hidup hingga 14 tahun lamanya. Selain itu, masih banyak fakta menarik mengenai salamander api ini. Yuk, simak!

1. Warna yang mencolok

Salamander api memiliki warna yang mencolok (commons.wikimedia.org/Petar Milošević)

Salamander api memiliki tubuh yang berwarna hitam dengan corak berwarna kuning atau oranye dengan pola yang beragam. Bagian bawah tubuhnya umumnya berwarna abu-abu tua dengan corak kuning yang lebih sedikit.

Dilansir Exotic Pets, salamander ini memiliki warna yang mencolok untuk memperingatkan predator atau hewan lainnya bahwa mereka dapat mengeluarkan racun. Warna mencolok ini merupakan sejenis bentuk adaptasi yang disebut dengan ‘aposematisme’ atau warna peringatan.

2. Hewan yang senang sembunyi

Salamander api senang sembunyi (commons.wikimedia.org/Uoaei1)

Salamander api menyukai habitat hutan gugur di bagian perbukitan. Dilansir Kids Kiddle, hewan ini senang bersembunyi di balik daun-daun yang telah gugur atau batang pohon yang cenderung berlumut. Karena merupakan hewan yang pemalu dan sering bersembunyi seperti di bawah batu, kayu, dedaunan, dan tempat lainnya, salamander api cenderung sulit untuk dilihat jelas di alam liar. 

Baca Juga: 7 Hewan Beracun Ini Ternyata Bermanfaat Bagi Kesehatan Manusia

3. Amfibi yang beracun

Salamander api beracun (commons.wikimedia.org/Sergey Ryzhkov)

Dilansir San Diego Zoo Wildlife Explorers, salamander api melindungi dirinya dari predator dengan menyemprotkan cairan beracun dari kelenjar yang berada di belakang matanya. Cairan ini dapat disekresi dan disemprotkan langsung tepat ke bagian mata atau mulut hewan yang mengancam salamander.

Selain itu, bagian kulit salamander api memiliki kelenjar yang juga dapat mengeluarkan racun. Racun ini dapat menyakiti hingga membunuh predator yang menyentuh atau memakan salamander api. Menyeramkan, ya?

4. Sistem perkawinan salamander api

Salamander api (commons.wikimedia.org/Jedesto)

Selama masa hidupnya, salamander api memiliki kesempatan untuk kawin dan menghasilkan keturunan dengan interval setahun sekali. Fertilisasi pada salamander api terjadi secara internal. Proses ini dimulai ketika musim kawin tiba, salamander api jantan akan mengalami pembengkakan kelenjar pada bagian lubang kelaminnya. Kelenjar ini merupakan spermatofor yang menyimpan sel sperma.

Salamander api jantan yang telah mengetahui calon pasangannya akan mengeluarkan sperma pada permukaan batu, tanah, dan sejenisnya. Setelahnya, individu jantan akan mengarahkan betina pada sperma tersebut, yang nantinya akan diambil oleh betina, kemudian terjadilah fertilisasi. Salamander api dianggap vivipar, karena telur yang telah dibuahi akan berkembang dan menetas di dalam tubuh betina. Oleh karena itu, ketika dilahirkan anak salamander api sudah cukup berkembang, dilansir Animal Diversity.

Writer

Fiti Aigaka

Mari mencari tahu lebih banyak lagi!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya