Mengapa Bumi Bagian Utara Punya Waktu Puasa yang Lama?
Faktor astronomi dan geografi juga pengaruhi durasi berpuasa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Puasa merupakan ibadah wajib bagi umat Muslim yang dilakukan selama satu bulan penuh setiap tahunnya pada bulan Ramadan. Namun, bagi umat Muslim yang tinggal di wilayah bumi bagian utara, durasi puasa cenderung lebih lama dibandingkan dengan yang tinggal di wilayah bumi bagian selatan dan khatulistiwa. Seperti Norwegia yang memiliki durasi puasa selama musim panas bisa mencapai 20 jam.
Fenomena ini telah menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat dan para ilmuwan selama bertahun-tahun. Perbedaan durasi puasa antara belahan bumi utara, khatulistiwa, dan selatan merupakan fenomena alamiah yang terjadi karena sejumlah faktor astronomi dan geografis. Apa saja sih faktor-faktor tersebut? Untuk mengetahuinya mari simak pembahasan berikut!
1. Rotasi Bumi
Rotasi Bumi berpengaruh pada lamanya durasi berpuasa di belahan bumi bagian utara karena pergerakan Bumi mengelilingi matahari menyebabkan perubahan dalam panjang hari. Pada belahan Bumi bagian utara, selama musim panas, hari-hari menjadi lebih panjang, sedangkan selama musim dingin, hari-hari menjadi lebih pendek.
Dalam konteks berpuasa, perubahan ini dapat memengaruhi lamanya waktu puasa karena waktu puasa dimulai dari terbit fajar dan berakhir saat matahari terbenam. Namun, perubahan lamanya waktu puasa tidak selalu sama di seluruh belahan Bumi bagian utara, hal itu tergantung pada posisi geografis setiap tempat.
Baca Juga: Lagi Puasa di Belahan Bumi Utara? Ini 5 Tipsnya Agar Puasamu Lancar
Editor’s picks
Baca Juga: Belahan Bumi Utara Dilanda Gelombang Panas, Ilmuwan Beri Peringatan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.