TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Tokoh Belanda Penjajah Indonesia Terkejam, Populer di Buku Sejarah

Kamu pasti tak asing lagi dengan nama mereka

Berbagai Sumber

Penjajah itu memang kejam, tapi sudah tahu seberapa kejamnya?

Selama tiga abad masa penjajahannya, ada sejumlah tokoh Belanda terkejam yang tak bisa dihilangkan dari benak rakyat. Tokoh-tokoh ini begitu fenomenal hingga namanya didokumentasikan ke dalam buku sejarah Indonesia. 

Mereka adalah orang yang “tangannya berlumuran darah” rakyat. Sebab mereka memimpin dengan begitu kejam dan membuat kebijakan yang merugikan dan bahkan membuat ribuan nyawa melayang.

Ingin tahu siapa saja tokoh Belanda yang dimaksud? Simak daftar dan kisah mereka berikut ini! Kamu 

1. Pieter Both

wikimedia.org

Tokoh Belanda pertama yang pasti kamu kenal adalah Pieter Both. Ia merupakan gubernur jenderal Hindia Belanda pertama yang menjabat pada 1610 hingga 1614. Pieter Both memiliki banyak "pencapaian" di masa jabatannya.

Ia terlibat dalam berdirinya VOC pada tahun 1602, berhasil mendirikan pos perdagangan di Banten, mengusir Spanyol dari Tidore, serta membuat perjanjian dengan penguasa di Maluku untuk menguasai rempah-rempah. 

Pencapaian terakhir itulah yang membuat rakyat semakin menderita. Semua tenaga dan keringat diperas habis-habisan untuk bercocok tanam. Namun semua hasil pertanian direbut oleh Pieter Both demi kepentingan pemerintah Hindia Belanda. 

2. Jan Pieterszoon Coen

geni.com

Jan Pieterszoon Coen atau J.P. Coen. Kamu pasti mengenal tokoh Belanda yang satu ini. Ia adalah gubernur jenderal VOC keempat yang menjabat pada 1619-1623. Pemerintah Hindia Belanda menilai bahwa J.P. Coen sangat sukses dan menguntungkan mereka sehingga ia dilantik kembali di tahun 1627-1629.

J.P. Coen memang membawa banyak keuntungan untuk VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Contohnya adalah memindahkan markas VOC dari Banten ke Jayakarta yang kemudian diubah menjadi Batavia. Dengan pemindahan ini, organisasi dagang tersebut semakin melebarkan sayapnya ke berbagai penjuru Nusantara. 

Salah satu ciri khas dari kepemimpinan J.P. Coen adalah politik adu domba atau devide et impera. Ia sering kali mendekati para pemimpin kerajaan dan menghasut mereka agar berperang dengan satu sama lain serta berbalik mendukung VOC. 

Baca Juga: Ini 7 Museum Tertua yang Ada di Indonesia, Sudah Pernah Ke Sana?

3. Herman Willem Daendels

pinimg.com

Siapa yang tak kenal Herman Willem Daendels atau yang "akrab" disapa Daendels ini? Ia adalah gubernur jenderal dari Hindia Belanda yang menjabat pada tahun 1808 hingga 1811. Walaupun masa kepemimpinannya cukup singkat, kekejaman Daendels tak ada saingannya. 

Ialah tokoh di balik munculnya istilah kerja rodi. Ia mempraktikkan kebijakan tersebut untuk membuat jalan raya dari Anyer, Jawa Barat hingga Panarukan, Jawa Timur yang dinamakan Jalan Raya Pos. 

Pemimpin otoriter itu memiliki ambisi besar di balik pembangunan jalan raya tersebut. Ia ingin melancarkan pengangkutan komoditas pertanian serta menjadikannya sarana untuk pertahanan militer terhadap Sekutu.

Sesuai keinginan Daendels, hanya butuh waktu satu tahun untuk menyelesaikan jalan sepanjang 1.084 kilometer tersebut. Namun proyek Anyer-Panarukan sering disebut sebagai gerakan genosida karena menelan ribuan korban. 

4. Godert van der Capellen

wikimedia.org

Jika kita lihat ke belakang, Belanda sempat "pergi" sebentar dari Indonesia karena kekuasaannya direbut oleh Inggris. Hanya berlangsung selama lima tahun, Belanda kembali lagi menjajah negeri ini.

Saat itu, Godert van der Capellen-lah orang yang ditunjuk untuk menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda (1816-1826). Ia mengemban tugas yang sangat besar, yaitu memperbaiki situasi ekonomi Belanda, memperkuat pengaruh, dan melindungi wilayah kekuasaan dari potensi serangan Sekutu. 

Semasa menjabat, Van der Capellen ingin merebut hati rakyat Indonesia. Oleh karena itu ia banyak membuat kebijakan yang pro pribumi. Di antaranya adalah mengurangi monopoli perdagangan rempah-rempah, membangun sekolah dasar, hingga melakukan imunisasi cacar. Itulah kenapa pemerintahan Van der Capellen dinilai tidak sekejam tokoh Belanda lainnya.

Akan tetapi, pemerintah pusat di Belanda tidak menyukai cara Van der Capellen karena dinilai terlalu lemah. Ia pun segera dipulangkan dan digantikan dengan Hendrik Merkus de Kock. 

5. Johannes van den Bosch

weebly.com

Johannes van den Bosch. Kamu pasti tak asing lagi dengan nama pemimpin Belanda yang satu ini. Selama menjabat, yaitu di tahun 1830 hingga 1834, ia memiliki satu kebijakan yang sangat terkenal dan sukses di mata Belanda. Ialah culturstelsel atau tanam paksa. 

Sistem tanam paksa dilakukan Van den Bosch demi mengisi kosongnya kas Belanda akibat Perang Diponegoro yang terjadi pada 1825 hingga 1830. Pada saat yang sama, terjadi Perang Kemerdekaan Belgia di negara Belanda sehingga mereka butuh banyak rempah-rempah dan hasil bumi untuk dijual.

Melalui kebijakan tersebut, rakyat dipaksa menanam lada, kopi, tebu, karet, dan teh untuk Belanda. Volume ekspor pun berhasil digenjot hingga 14 persen . Semua utang Belanda lunas, kas kerajaan pun penuh kembali. 

Akan tetapi, perlu diketahui bahwa pelaksanaan sistem tanam paksa melenceng dari perjanjian. Jumlah setoran petani terus dinaikkan, upah semakin ditekan, dan luas tanah untuk menanam hasil bumi lainnya kian sempit. Rakyat sangat menderita dengan diberlakukannya kebijakan ini. 

6. JB Van Heutsz

wikimedia.org

JB van Heutsz adalah perwira tentara Belanda yang menguasai Aceh. Setelah menjadi gubernur sipil dan militer, ia berhasil naik jabatan menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda di tahun 1904. Ia melaksanakan kebijakannya berlandaskan kekerasan.

Van Heutsz bersama dengan Snouck Hurgronje, penasihatnya selalu menyerang wilayah yang ingin ditaklukkannya dengan senjata. Pertumpahan darah adalah makanan sehari-hari saat ia berkuasa.

Tak hanya itu, ia pun sering melakukan devide et impera. Rakyat, kaum ulama, dan bangsawan, semua elemen masyarakat diadu domba agar meminta bantuan kepada Belanda. Van Heutsz tercatat pernah melakukan pembantaian terhadap ratusan warga di Gayo, Aceh untuk melaksanakan semua ambisinya. 

Baca Juga: 7 Pejuang Keturunan Tionghoa Ini Bertarung untuk Kemerdekaan Indonesia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya