TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sejarah Antraks, Penyakit Zoonosis dari Ribuan Tahun Silam

Disebut sebagai salah satu penyakit tertua juga

ilustrasi sapi (pexels.com/Pixabay)

Virus antraks kembali populer setelah tiga warga Gunungkidul meninggal dunia. Bukan hanya itu, penyakit tersebut juga menginfeksi lebih dari 80 orang di kawasan tersebut.

Nah, tahukah kamu bahwa antraks bukanlah penyakit baru? Sejarah antraks menunjukkan bahwa infeksi ini sudah ada bahkan sejak zaman kuno. Gak berhenti di sana, infeksi akibat bakteri tersebut bahkan digunakan sebagai senjata biologis. 

Apa itu antraks?

Dilansir Mayo Clinic, antraks adalah infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri pembentuk spora bernama Bacillus anthracis. Spora antraks terbentuk oleh bakteri yang secara alami ada di dalam tanah di sebagian besar belahan dunia. 

Penyakit ini terhitung langka, tetapi bisa menginfeksi hewan dan manusia. FYI, spora yang dibentuk dari aktivitas bakteri antraks dapat bertahan di tanah selama bertahun-tahun, lho. Lebih lanjut, diperlukan pengendalian khusus untuk mengentaskan infeksi antraks tersebut.

Pada manusia, ada empat sasaran umum infeksi antraks, seluruhnya memiliki gejala berbeda. Pada kulit, dapat muncul benjolan gatal seperti digigit serangga. Jika menyerang gastrointestinal, infeksi ini dapat memicu mual, muntah, sakit perut. Gejala lain yang dapat muncul yakni sesak napas, gejala mirip flu, hingga pembengkakan signifikan. 

Baca Juga: Wangi Parfum Cleopatra Terungkap, Ini Aroma Sang Ratu Mesir

Sejarah antraks

ilustrasi domba (pexels.com/Trinity Kubassek)

Banyak penyakit pada zaman kuno yang digambarkan menyerupai antraks. Meski gak sepenuhnya bisa dipastikan, peneliti mempercayai bahwa antraks memang sudah ada bahkan sejak era kuno.

Antraks diperkirakan berasal dari Mesir dan Mesopotamia. Penyakit ini diperkirakan jadi salah satu dari 10 tulah Mesir. Wabah tersebut adalah penyakit yang menyerang kuda, sapi, domba, unta, dan lembu, melansir CDC.

Lebih jauh, antraks juga dikenal pada zaman Yunani Kuno dan Roma. Antraks bahkan diilustrasikan dalam banyak tulisan kuno. Salah satunya digambarkan oleh Homer dalam The Iliad yang ditulis sekitar 700 SM. Beberapa bahkan berpendapat bahwa penyakit ini berkontribusi atas jatuhnya Roma. 

Sudah dikenal sejak zaman kuno, penyakit antraks baru diidentifikasi secara klinis oleh Maret pada 1752 dan Fournier (1769). Sementara itu, penelitian antraks dan siklus hidupnya dilakukan oleh ilmuwan Robert Koch pada 1877. 

Penelitian tersebut dilakukan dengan menyuntikkan organisme penyebab antraks kepada hewan. Studinya menghasilkan postulat Koch yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara mikroorganisme tertentu dengan penyakit ini.

Vaksin antraks

Setelah teridentifikasi penyebabnya pada 1800-an, seorang kimiawan Prancis bernama Louis Pasteur membuktikan bagaimana penyebaran antraks. Bukan hanya itu, ia juga membuat vaksin untuk hewan dari bakteri antraks yang dilemahkan. 

Pada 1937, Max Sterne mengembangkan vaksin spora hidup antraks untuk hewan. Vaksin ini masih digunakan di sebagian besar negara. Berkat adanya vaksin ini, kasus antraks menurun secara signifikan sepanjang abad ke-20.

Sementara itu, penisilin atau antibiotik digunakan sebagai obat antraks untuk manusia pada 1944. Hal tersebut dilakukan sebagai pengganti serum dan kemoterapi. Namun, vaksin antraks untuk manusia sendiri baru tersedia pada 1950 dan diperbarui pada 1970. 

Baca Juga: 7 Ciri-Ciri Kucing Merasa Kesepian, Coba Cek Anabulmu

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya