TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ini yang Terjadi di Tubuh dan Otak saat Kamu Berkata Kasar

Siapa sangka ternyata berkata kasar itu sehat, tapi...

Ilustrasi orang berkata kasar (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kata-kata kasar sering kali terdengar di telinga. Kata kasar sudah menjadi bagian dari hidup seseorang. Seolah-olah menjadi kebiasaan, kata-kata kasar bisa terlontar dari mulut di tengah-tengah pembicaraan. Ketika marah, bingung, sedih, bahkan ketika bahagia pun bisa terdengar kata kasar.

Ternyata, ada studi yang mengatakan jika berkata kasar bisa memberikan dampak positif bagi tubuh kita. Studi ini menyatakan bahwa berkata kasar berdampak baik secara fisik dan mental. Melansir berbagai sumber, berikut penjelasan mengenai dampak positif berkata kasar bagi tubuh kita.

1. Membantu meredakan rasa sakit

Ilustrasi rasa sakit (pexels.com/Kindel Media)

Ketika kamu jatuh atau tersandung, secara refleks kata-kata kasar keluar dari mulut. Peneliti dari Universitas Keele mengatakan bahwa seseorang dapat menahan rasa sakit dan mati rasa ketika mencelupkan tangan ke wadah berisi air dan es batu sambil mengumpat dibandingkan berbicara dengan bahasa yang netral.

Sebuah penelitian yang diterbitkan pada The Journal of Pain pada 2011 menyatakan bahwa mengumpat ketika mengalami peristiwa yang menyakitkan dapat menimbulkan respon emosional, respon ‘melawan atau lari’ pada tubuh, dan lonjakan adrenalin.

Namun, penelitian ini tidak berlaku bagi peserta penelitian yang mengaku sangat sering mengumpat, sekitar 60 kali setiap hari.

“Mengumpat adalah bentuk bahasa yang sangat emosional, dan penemuan kami mengusulkan bahwa kata kasar bisa meredakan dampak emosional,” ujar Dr. Richard Stevens, seorang dosen senior jurusan Psikologi di Universitas Keele.

2. Berkata kasar juga bisa menjadi coping mechanism

Ilustrasi rasa stres akibat situasi tidak terkontrol (pexels.com/Andrea Piacquadio

Melansir Healthline, Psikolog Konseling Dr. Raffaello Antonino mengatakan bahwa mengumpat adalah bentuk coping mechanism untuk mengatasi situasi sulit yang sedang dialami. Ketika beberapa penelitian mengusulkan bahwa banyaknya umpatan bisa mengurangi efek peredaan rasa sakit, Antonino mengatakan bahwa hal ini bisa membantu kita agar semakin kuat untuk mengatasi kesulitan yang dialami.

Terapis pasangan Dr. Kyle Zrenchik, PhD mengatakan keuntungan lain mengumpat adalah dapat membantu mengekspresikan kreativitas, membangun hubungan, atau meningkatkan harmonisme.

Baca Juga: Sering Dianggap Sama, Ini 5 Hal yang Membedakan Depresi dan Frustrasi

3. Umpatan muncul sesuai konteks

Ilustrasi rasa amarah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kata-kata kasar yang muncul ketika kamu marah atau senang memiliki arti yang lebih dalam. Umpatan ini diatur secara insting dan konteks. Bagian yang mengatur pilihan kata-kata yang keluar ketika mengumpat adalah korteks serebral, yaitu sebuah lapisan yang membungkus bagian otak besar (serebrum). Melansir BrainFacts, bagian-bagian otak bekerja sama untuk mengolah kejadian yang kita alami dan respon yang akan dikeluarkan oleh kita.

Bagian-bagian otak bisa melakukan kerja sama karena masing-masing memiliki tugasnya sendiri. Contohnya, otak bagian kanan mengolah bagian linguistik, salah satunya adalah umpatan. Sementara itu, bagian otak kiri bertugas untuk memecah hal-hal yang kompleks menjadi beberapa bagian sehingga dapat diproses dengan lebih mudah.

4. Berkata kasar bisa menghindari terjadinya kekerasan fisik

Ilustrasi kekerasan fisik (pexels.com/Karolina Grabowska)

Ketika kamu mengumpat, tingkat emosimu akan menurun sehingga akan muncul rasa lega. Setelah emosimu reda, kamu tidak akan menunjukkan perilaku kasar. Artinya, umpatan bisa menjadi alternatif bagi kamu supaya tidak melukai orang lain atau diri sendiri.

Bahkan, ada istilah untuk menjelaskan perasaan tenang dan lega ketika menggunakan bahasa yang kasar. Istilah ini disebut sebagai lalochezia (dibaca lalokizia). Ketika kamu merasakan lega setelah mengumpat ketika stres atau merasakan sakit, inilah saat terjadinya momen lalochezia.

Baca Juga: Anak-Anak Juga Bisa Stres, yuk Cari Tahu Cara Menghadapinya!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya