Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Selain bisa menghibur, banyak klaim yang menyatakan jika bermain game bisa membuat seseorang menjadi lebih pintar. Kamu mungkin merasakan demikian, terlebih jika bermain game yang melatih otak. Game-game brain trainer ini memberikan kamu sejumlah kuis dan tes yang melatih kemampuan otak kamu.
Ternyata, peneliti di Ontario menemukan bukti terkait hubungan kedua hal ini. Meskipun kamu sudah menjawab berbagai kuis logika dan memori, permainan melatih otak ini tidak benar-benar 'melatih' otak. Simak informasi lengkapnya di bawah ini.
1. Belum ada penelitian yang memastikan
Ilustrasi membaca hasil penelitian (pexels.com/Lukas) Ahli ilmu syaraf kognitif Bobby Stojanoski dari Western University di Ontario mengatakan bahwa belum ada hasil penelitian yang benar-benar memastikan kebenaran tentang game pelatih otak ini. Melansir ScienceNews, Bobby mengatakan, "Di setiap penelitian yang menemukan bukti (game mampu meningkatkan kemampuan otak), ada penelitian dengan jumlah yang seimbang yang tidak menemukan buktinya."
Stojanoski lalu ingin membuktikan apakah memang benar permainan pelatihan otak ini mampu meningkatkan kemampuan otak manusia.
2. Ujicoba ke ribuan orang
Ilustrasi penelitian otak (pexels.com/Anna Shvets) Stojanoski bersama dengan timnya melakukan perbandingan di kondisi nyata. Mereka mengumpulkan lebih dari seribu orang yang biasa menggunakan game brain trainer. Lalu, mereka akan dibandingkan dengan 7.500 orang yang tidak menggunakan aplikasi tersebut.
Hasilnya, hanya terdapat sedikit perbedaan dari performa kedua kelompok. Kemampuan berpikir mereka tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Tim ilmuwan ini lalu menyimpulkan bahwa permainan brain trainer tidak menghidupi nama mereka sendiri. Laporan ini diterbitkan di Journal of Experimental Psychologi: General edisi April.
3. Penelitian lain berpendapat sama
Ilustrasi penelitian (pexels.com/Lukas) Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Peneliti kognitif University of Illinois di Urbana Champaign Elizabeth Stine-Morrow juga meneliti tentang permainan brain trainer ini. Penelitian ini tidak menemukan mengapa aplikasi tersebut tidak memberikan keuntungan. Kemudian, studi ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara banyaknya waktu yang dihabiskan untuk bermain brain trainer dengan program pelatihan otak dan kemampuan kognitif yang sebenarnya.
Penelitian ini mengajak sekitar 8.500 relawan melalui Cambridge Brain Sciences, sebuah perusahaan di Toronto yang memberikan penilaian untuk mengukur fungsi otak yang sehat. Peserta penelitian lalu mengisi kuesioner daring tentang kebiasaan latihan mereka, pendapat tentang keuntungan yang akan didapatkan, dan program yang mereka gunakan. Sekitar 1.009 peserta menjawab bahwa mereka menggunakan program pelatihan otak rata-rata selama delapan bulan (hasilnya bervariasi dari dua minggu hingga lima tahun).
4. Kemampuan berpikirnya sama saja
Ilustrasi orang sedang berpikir (pexels.com/Julia M Cameron) Relawan penelitian diminta untuk mengerjakan 12 tes kognitif. Tes ini menilai kemampuan memori, pemikiran, dan kemampuan verbal. Tes yang dilakukan antara lain adalah melihat bangun ruang tiga dimensi, tes urutan Simon, dan mencari pola.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa permainan pelatihan otak tidak memiliki kemampuan mental seperti tes kognitif sebenarnya. Bahkan pengguna yang paling banyak memainkan game setidaknya selama 18 bulan tidak membantu kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir mereka tidak lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang tidak bermain game pelatih otak.
Baca Juga: Riset: Cara Tikus Bisa Mengurangi Berat Badan Tanpa Diet