TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Hewan dengan Populasi di Bawah 100, Mendekati Kepunahan

Ada yang populasinya di bawah sepuluh

macan tutul Amur (commons.wikimedia.org/Colin Hines)

Berita kepunahan flora dan fauna selalu menyakitkan. Baik bagi pencinta hewan, pencinta tumbuhan, maupun masyarakat umum, kepunahan menimbulkan rasa kasihan.

Lagi pula, mereka yang dulunya hidup berdampingan dengan manusia di muka bumi telah menjadi bagian dari sejarah. Kepunahan menjadi pelajaran bahwa flora dan fauna membutuhkan perlindungan, bukan sekadar rasa kasihan.

Terkadang, kita tidak merasakan kegentingan terkait keberlangsungan hidup hewan dan tumbuhan. Tanpa disadari masyarakat luas, hewan dan tumbuhan tersebut menjadi satu langkah lebih dekat menuju kemusnahan. Dalam konteks hewan, berikut sejumlah hewan dengan populasi di bawah seratus di alam liar.

1. Macan tutul Amur (Panthera pardus orientalis)

Macan tutul Amur (commons.wikimedia.org/Abigail Brodsky)

Kepunahan ada di depan mata hewan yang elegan ini. Menurut World Wildlife Fund, populasi macan tutul Amur melebihi 84. Angka ini didukung data Rosamond Gifford Zoo yang menunjukkan bahwa estimasi populasi hewan tersebut di alam liar adalah 60 sampai 80.

Macan tutul Amur biasanya ditemukan di daerah Rusia dan China. Pemburuan dan kehilangan habitat menjadi penyebab utama rendahnya populasi hewan tersebut. Mengutip Fair Planet, manusia melakukan pemburuan untuk mengambil bulu salah satu macan paling langka di dunia tersebut. Selain keindahan bulunya, tulang macan tutul Amur diambil dan digunakan dalam obat tradisional Asia.

2. Vaquita (Phocoena sinus)

Vaquita (porpoise.org)

Dengan estimasi populasi sekitar 10, vaquita merupakan salah satu hewan yang akan punah apabila tidak ada tindak lanjut dari manusia, pihak yang menjadi pelaku sekaligus penyelamat. Mamalia laut yang sering disamakan dengan lumba-lumba ini merupakan spesies porpoise yang hidup di Meksiko

Angka yang memprihatinkan tersebut disebabkan oleh tertangkapnya vaquita dalam jaring insang yang digunakan operasi penangkapan ikan ilegal di kawasan lindung laut. Akibatnya, hewan laut yang langka ini tenggelam karena tidak dapat bernapas, sebagaimana dicatat World Wildlife Fund

Baca Juga: Mengenal Welwitschia, 'Fosil Hidup' di Padang Gurun     

3. Tikus Belanda Santa Catarina (Cavia intermedia)

tikus Belanda Santa Catarina (commons.wikimedia.org/Carlos H. Salvador)

Secara geografis, distribusi tikus Belanda Santa Catarina sangat kecil. Di Pulau Moleques do Sul, Brasil, yang memiliki luas sampai 10.5 hektar, habitat mereka mencakup daerah seluas 4 hektar saja.

Laman IUCN SSC Small Mammal Specialist Group menyebutkan bahwa estimasi populasi hewan yang juga disebut guinea pig ini berada di angka 24 sampai 60. Daerah yang dilindungi tersebut dapat diakses dengan mudah dan penegakan peraturannya tidak tegas. Dipercaya bahwa tikus Belanda itu terancam karena pemburuan dan bencana alam.

4. Penyu raksasa tempurung lunak Yangtze (Rafetus swinhoei)

penyu raksasa tempurung lunak Yangtze (turtlesurvival.org)

Satu penyu jantan di penangkaran China, dua penyu yang belum diketahui jenis kelaminnya di Vietnam. Sejauh ini, hanya tiga penyu itu yang diketahui keberadaannya di seluruh penjuru dunia.

Jika menghitung hewan di alam liar saja, populasi penyu hanya mencapai dua. Dengan kata lain, pencarian penyu raksasa tempurung lunak Yangtze lainnya diikuti pembiakan harus segera dilakukan sebelum terlambat.

Melihat dari sudut pandang sejarah yang panjang, Edge of Existence menjelaskan bahwa ancaman utama yang dihadapi penyu ini adalah pemburuan untuk dagingnya. Polusi dan hancurnya habitat juga memperparah situasi.

5. Lumba-lumba Māui (Cephalorhynchus hectori maui)

Lumba-lumba Māui (onegreenplanet.org)

Awalnya, estimasi populasi lumba-lumba asal Selandia Baru ini mencapai 63. Walaupun demikian, informasi Sea Shepherd menunjukkan bahwa angka populasi subspesies lumba-lumba Hector tersebut menurun menjadi 54. Bahkan, organisasi konservasi laut ini percaya bahwa angka itu ada di bawah 50.

Dilansir situs resmi Department of Conservation Selandia Baru, terdapat banyak ancaman yang dihadapi lumba-lumba Māui, mulai dari penangkapan, penyakit, kebisingan laut, sampai eksplorasi minyak dan gas. Populasinya juga berkurang karena lumba-lumba Māui memiliki hidup yang relatif pendek, tingkat reproduksi yang rendah, dan membutuhkan waktu yang lama sebelum menjadi dewasa.

6. Kungkang berjari tiga kerdil (Bradypus pygmaeus)

Kungkang berjari tiga kerdil (slothconversation.org)

Pada tahun 2012, estimasi populasi kungkang berjari tiga kerdil mencapai 79. Kini, tidak diketahui jumlah kungkang kecil yang hidup di Isla Escudo de Veraguas, Panama. Menurut Edge of Existence, jumlah hewan tersebut diperkirakan ada di bawah angka 100.

Berkurangnya populasi kungkang ini disebabkan oleh perusakan habitat. Mengingat mereka senang bergantung pada pohon, tidak heran apabila kehilangan habitat berpengaruh besar terhadap populasinya.

Baca Juga: Sedih, 11 Ras Anjing Ini Sudah Punah karena Ulah Manusia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya